20. Merenggang

35 9 0
                                    

Happy Reading

***

Pagi ini masih gelap. Udaranya juga sangat sejuk dan di jalan masih sepi. Aku saat ini sedang memakai sweater merah muda dan celana leging hitam lengkap dengan sepatu spot putih. Tau apa yang akan kulakukan?

Yup! Joging.

Sebenarnya ini baru pertama kali aku joging karena biasanya malas lari-larian dan nanti keringatan, panas. Tapi, berhubung pikiranku sedang kacau sampai tengah malam gelisah memikirkan hal yang itu itu saja, jadi aku ingin menghirup udara segar dengan melakukan kegiatan yang belum pernah kulakukan guna menenangkan pikiranku.

Aku berlari kecil sampai ke sebuah taman baru berhenti. Cahaya jingga dari mentari baru muncul saat aku melihatnya dari tangga. Taman ini memiliki bukit kecil yang biasanya banyak orang kunjungi. Pengunjungnya merupakan pe-joging seperti dirinya.

Aku naik, lalu duduk di gundukan tanah yang dilapisi batu besar yang bisa kududuki. Aku menatap langit pagi yang masih sedikit gelap dengan matahari setengah itu, namun sangat indah.

Semilir angin menerpa wajahku hingga rambut-rambutku ikut tersibak dan melambai-lambai ke samping.

Aku memejamkan mata. Menghirup udara pagi ini dengan tenang.

"Arka nyariin kamu terus, tapi kamunya gak ada di rumah. Tante tanya bunda kamu, katanya kamu nginep di rumah temen, ya?"

Kata-kata tante Erma kemarin malam saat aku pergi ke supermarket membeli camilan dan bertemu di sana dengan tante.

"Lagi marahan ya sama Arka?"

"Abii gak ketemu Arka, Tante."

"Lah, kan sekelas?"

"Abii gak merhatiin Arka di kelas. Kita sama-sama fokus ke pelajaran seharian."

"Oh gitu? Tapi kamu tau gak, Arka dari pagi gak semangat gitu. Apalagi waktu bunda bilang kamu gak di rumah pas Arka jemput. Ini Tante ke sini buat beliin makanan buat dia, dia gak nafsu makan katanya."

"Arka gak biasanya begini. Bantu Tante ya tanyain ada masalah apa sama Arka. Tante khawatir dia sakit nanti. Besok libur kan? Pagi-pagi ke rumah Tante ya, kita sarapan bareng."

Aku membuka mata dan mengembuskan napas panjang. Hari ini, dan tinggal menghitung detik aku akan ke rumah Arka untuk sarapan bersama keluarganya seperti yang tante Erma minta padaku.

Aku bertanya-tanya, kenapa juga Arka begitu? Apa karena aku? Karena dia kecewa dan marah padaku? Tapi ... Lani pasti bisa hibur Arka, 'kan? Dia pacarnya.

Hah.... Kenapa aku jadi pusing memikirkan dunia percintaan ini? Ayo, Abii, singkirkan sesuatu hal yang memusingkan kepalamu itu! Bukankah duniamu bukah hanya seputar itu saja?

Oke, aku bergelut dengan pikiranku sendiri.

Aku menarik napas panjang dan mengembuskannya panjang pula. Sudut bibirku terangkat beriringan dengan binaran di wajahku.

Aku akan membuka lembaran baru. Maksudnya, tidak akan terpaku dengan masalah misi menaklukan Arka. Meski berat, aku pasti bisa.

Kulirik jam tanganku dan sudah menunjukkan pukul tujuh lebih beberapa menit. Aku bangkit dari dudukku dan kembali berlari menuju rumah.

Maksudnya, rumah Arka.

Aku mengumpulkan tekad untuk ke sana dan bertemu Arka. Bersikap biasa saja. Ah, aku melupakan satu hal. Bukankah Arka memberitahuku tentang perasaannya tanpa tau kalau aku terbangun? Jadi, anggap tidak ada yang terjadi. Tapi, tetap terima kenyataan. Bahwa Arka sudah menjadi kekasih orang ... yaitu Lani, orang yang baru-baru ini hadir dan menjadi temannya.

𝐒𝐢𝐧𝐲𝐚𝐥 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 (𝓞𝓷 𝓖𝓸𝓲𝓷𝓰)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang