30. Larangan

31 8 4
                                    

30. LARANGAN

.

.

"Ada apa, Nek?"

"Ini soal Ratu." Nenek berkata dengan wajah serius, "kamu percaya Ratu bunuh diri?"

Abii tentu saja menggeleng, membantah pernyataan itu. "Ratu gak mungkin mikir begitu, 'kan, Nek? Abii yakin, itu bukan bunuh diri."

Suara embusan napas dari hidung nenek terdengar pelan. "Sebenarnya ...."

Abii mengerutkan keningnya dalam-dalam. Ia penasaran apa sebenarnya yang akan dikatakan nenek. Intinya, ia rasa ini berhubungan dengan Ratu.

"Nenek nemuin ini di kamarnya Ratu," kata nenek akhirnya sambil mengangkat sebuah kotak yang entah apa isinya.

Abii menatap lekat dengan penuh tanda tanya di kepalanya.

***

Semua orang bubar setelah selesai memakamkan Ratu. Abii masih di sini, terus menatap rumah baru sahabatnya dengan tatapan pasrah.

Gue ikhlas lo pergi, tapi kenapa kayak gini?

Abii tersentak, lamunannya terbuyar ketika seseorang menepuk pundaknya pelan.

"Lo gak pa-pa?"

Abii terdiam. Dia masih menatap sosok di depannya itu dengan lekat.

Mungkin karena ditanya keadaannya, Abii merasa diperhatikan hingga tangis yang ia kubur sedari tadi, meluap seketika.

Abii berhambur memeluk Samuel. Menenggelamkan kepalanya di dada lelaki itu sambil meraung dan membuat kemeja hitam yang dikenakan Samuel basah.

Samuel membiarkan saja. Ia mengerti perasaan Abii saat ini, karena ia juga merasakannya.

Samuel memberikan elusan lembut dan hangat di kepala Abii.

"Jangan ditangisin terus, nanti Ratu sedih. Oke?" Abii mengangguk pelan.

Samuel mengulas senyum tipisnya. "Pulang, ya? Kita makan, kata nenek lo belum makan dari semalem." Samuel mendorong pelan tubuh Abii, mengangkat dagu gadis itu agar bisa menatapnya.

"Jangan bikin gue khawatir, hm?"

"Iya, El."

Abii lalu menatap Samuel dan matanya berkaca-kaca melihat wajah tenang lelaki itu atas kepergian Ratu.

"Lo juga, jangan bikin gue khawatir," ujar Abii dengan suara gemetar dan pelan.

"Apa?"

Abii menghela sedikit napasnya sebelum berkata, "Jangan mendem sedihnya. Lo bisa cerita ke gue, gue siap dengerin semuanya."

"Lo ngomong apa, sih?" bingung Samuel.

"Tenang banget, sih. Gue tau lo paling sedih karena kepergian Ratu, cewek yang lo sayang." Perkataan Abii membuat sedikit perubahan di wajah Samuel, matanya sedikit melebar karena terkejut.

"Tadi pas gue peluk, gue denger detak jantung lo kenceng banget. Pasti sesak, ya?"

Entah mengapa, Samuel tidak bisa mengeluarkan alasan untuk menjawab perkataan Abii yang memang menohoknya.

"G-gimana lo bisa tau?"

"Dari awal, gue perhatiin lo sama Ratu. Kalian sembunyi-sembunyi dari gue, ckckck. Tapi sekarang—ssst."

Abii tidak menyelesaikan perkataannya karena merasa kepalanya berdengung hebat. Pandangan Abii memburam dalam sekejap. Ia oleng dan Samuel kalut langsung menangkap tubuh Abii dengan wajah cemas.

𝐒𝐢𝐧𝐲𝐚𝐥 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 (𝓞𝓷 𝓖𝓸𝓲𝓷𝓰)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang