"Arka Gamma Erdic, siapkan mentalmu dalam menghadapiku, oke? Semoga saja aku berhasil menaklukkan hatimu, dan pasti bisa!"
***
Pagi-pagi sekali ini, aku sudah rapi dengan memakai kemeja biru jeans dan rok selutut rample warna hitam. Aku juga mengikat sebagian rambutku dengan bandul pita senada dengan rok-ku. Pagi ini, rencananya aku mau memberikan kejutan untuk tetangga depan rumah. Ya, siapa lagi kalau bukan keluarga Arka? Yah, meski aku tidak yakin mereka akan terkejut atau tidak.
Kepalaku celingak-celinguk sambil lalu menuruni anak-anak tangga, mencari keberadaan sang bunda. Biasanya bunda sudah masak di dapur, tapi rupanya semesta sedang berpihak padaku sekarang. Buktinya, bunda tidak kelihatan.
Ah, katanya aku ini penurut, tapi bolehlah langgar sekali ini saja.
Maafkan anakmu ini, Bundaku sayang.
"Mau ke mana, Bii? Pagi-pagi udah rapi aja."
Astaga! Hampir copot jantungku karena ucapan bunda yang tiba-tiba terdengar dari belakangku sambil membawa penyedot debu.
"A-abii mau ke luar sebentar, Bunda," ucapku sebagai alasan. Semoga saja bunda tidak curiga.
Bunda memicing, wajahnya justru terlihat tidak percaya. Aduh, bikin jantung jadi dag-dig-dug serrr, deh!
"Ke mana?"
"Emm ...." Aku menerawang langit-langit rumah sambil berpikir alasan pergi ke mana, dan ya akhirnya ketemu alasannya. "Ke minimarket, Bunda. Abii mau beli sesuatu."
"Beneran?" Aku mengangguk cepat dengan wajah polos. "Hmm, okelah!" seru Bunda. Tentu saja bikin wajahku berbinar dong. Senang rasanya, padahal bunda tidak tahu kebenarannya. Merasa bersalah, sih.
"T-tapi, Bunda, abis dari mana? Kok ke atas?" Aku heran aja, memangnya Bunda ada perlu apa di atas? Cari aku? Tapi, kan, masa gak papasan?
Bunda tersenyum. "Itu, Bunda baru beresin kamar sebelah," jawabnya. Aku mengerutkan dahi. "Buat apa?"
"Mas kamu, baru sampe di Indonesia, tapi katanya mau mampir dulu ke perusahaan Ayah."
Mas? He'em, aku punya abang yang super duper keren. Gak kalah deh sama si Arka. Namanya Mas Bumi. Dia itu anak Bunda dan Ayah sekaligus abang aku yang pinter banget sampai dikirim ke sekolah luar negeri, sekolah terbaik di sana. Ah, bikin iri aja. Tapi .... Ada tapinya, nih. Mas Bumi orangnya ngeselin, suka jahil. Aku jadi bingung, mau senang atau bete' atas kepulangannya Mas Bumi, ya?
Bunda lalu mendahuluiku menuruni tangga dan menuju ke dapur dengan wajah santai. Dua detik kemudian bunda berbalik menghadapku dengan wajah seperti baru mengingat sesuatu.
"Ah, Bunda lupa!"
Tuhkan!
"Lupa apa, Bun?"
"Itu, Bunda tadi mau minta tolong ke kamu buat anterin Tante Erma kue buatan Bunda. Sebagai tanda terimakasih karena kemarin kasih oleh-oleh yang kece banget."
"Tante Erma? Tante yang manaan, Bunda? Emang kita punya Tante dengan nama Erma, ya?"
Bingunglah aku, mana tahu siapa namanya Tante Erma-Erma itu, gak kenal.
"Hehe, itu Mamanya Arka."
Duh, buset! Ternyata calon mama mertua, toh! Udah aja bilang gak kenal. Salahnya Bunda, sih.
"Kenapa gak bilang dari tadi, sih, Bundaaaaa? Kan Abii emang mau ke sana!"
"Apa?"
Ups! Aku ketauan bohong, deh.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐢𝐧𝐲𝐚𝐥 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚 (𝓞𝓷 𝓖𝓸𝓲𝓷𝓰)
أدب المراهقين[𝙵𝙰𝚂𝚃 𝚄𝙿𝙳𝙰𝚃𝙴] 𝚂𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚊𝚢𝚊 𝚑𝚒𝚊𝚝𝚞𝚜 𝚍𝚞𝚕𝚞, 𝚐𝚞𝚢𝚜. 𝚂𝚎𝚕𝚎𝚜𝚊𝚒𝚒𝚗 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚕𝚊𝚑. 𝚈𝚞𝚔, 𝚋𝚊𝚌𝚊 𝚓𝚞𝚐𝚊!^^ *** 𝓑𝔂 𝓼𝓹𝓵𝓮𝓷𝓼𝔂𝔂𝔂_ 𝐀𝐫𝐤𝐚 𝐆𝐚𝐦𝐦𝐚 𝐄𝐫𝐝𝐢𝐜 𝐧𝐚𝐦𝐚𝐧𝐲𝐚. 𝐓𝐞𝐭𝐚�...