27. Kemarahan

275 45 87
                                    

.
..
...
..
.

Setelah insiden yang hampir merenggut nyawanya selesai, hampir dua minggu ini Hinata tidak melihat sosok Rin. Kabarnya, senpai bergigi mirip hiu itu mendapat hukuman skorsing selama tiga minggu dari kepala sekolah. Saat Hinata bertanya kenapa hukumannya begitu lama, Hashirama menjelaskan jika belum aman mempertemukan Hinata dengan Rin setelah insiden percobaan pembunuhannya. Hashirama belum sepenuhnya bisa memastikan dendam bertahun-tahun itu akan hilang setelah mendengar penjelasan dari Hinata. Mengingat cerita dari tuan dan nyonya Matsuoka jika Rin sangat menyayangi adiknya, Hashirama tidak yakin hati Rin akan mau menerima Hinata dengan lapang dada. Hashirama hanya takut jika Rin tetap bertemu Hinata, maka niat mencelakai akan timbul dan membahayakan Hinata.

Semenjak itu pula ke dua sahabatnya sangat over dalam menjaganya. Bukannya Hinata tidak suka dengan perhatian yang mereka berikan, hanya saja Hinata merasa tidak enak jika ke toilet saja ke dua sahabatnya sampai memaksa ikut. Hinata juga membutuhkan ruang untuk dirinya sendiri. Hinata ingin menyendiri guna memikirkan bagaimana ekspresinya saat bertemu dengan Nijimura nantinya. Dia dengan seenak jidat mencium pipi Nijimura serta menyatakan perasaannya yang lama terpendam lalu pergi begitu saja. Bahkan, dia tidak melihat kebelakang bagaimana reaksi Nijimura saat itu. Mengingatnya membuat Hinata malu dengam tindakannya yang bodoh. Saat ini perasaannya bercampur aduk antara senang dengan patah hati. Ketika nantinya penolakanlah yang keluar Hinata takut dia akan menangis di depan Nijimura.

Hinata butuh sesuatu untuk mengalihkan pikirannya agar ke dua sahabatnya tidak khawatir. Hinata sudah cukup banyak menghela napas hari ini.

"Kau sungguh baik-baik saja, Hina-chan?" Kiba bertanya. Jelas sekali jika dia khawatir dengan ekspresi tidak terlalu murungnya Hinata.

"Aku baik-baik saja, Kiba-kun." Jawab Hinata lembut.

"Aku tidak begitu mempercayainya. Kau terlihat sedikit murung. Kenapa? Apa para senpai mencoba memaksamu menerima pernyataan Cinta mereka? Katakan padaku, Hina-chan. Aku akan segera melaporkannya pada komandan sadako-chan!" Ucap Kiba.

"Pfffttt... Komandan sadako-chan? Jika Neji-nii tahu, aku yakin sekali gigi taring kebanggaan Kiba-kun akan hilang dari tempatnya."

Hinata tertawa ringan, gadis itu menggunakan ke dua jari telunjuknya untuk menunjuk giginya sendiri seolah-olah itu adalah gigi taring Kiba. Melihat ledekan Hinata, spontan Kiba bergidik ngeri karenanya.

"Kau jangan bilang-bilang pada Neji-nii jika aku memanggilnya begitu. Aku tidak ingin dianiaya olehnya. Nii-chan mu tidak punya belas kasihan jika menganiayaku, Hina-chan."

"Hehehe... Aku janji tidak akan bilang tapi, nanti saat pulang belikan aku dua ice cream ya."

"Ught... Kau membuat kantongku kempes!" Kiba manyun.

"Ya ya ya!?"

"Iya deh iya. Sekarang berhenti memasang wajah minta dipungut begitu kepadaku." Kata Kiba seraya mengetuk-ngetuk dahi Hinata menggunakan jari telunjuknya.

"Yey..! Nanti aku juga mau minta Shino-kun juga ah. Hehehe..."

"Oh, Bagus itu. Kalau minta ke Shino, mintanya yang banyak sekalian ya, Hina-chan. Nanti kita bagi dua. Ehe..."

"Aku enggak mau berbagi. Kali ini mau aku makan sendiri jatah rampasan dari kalian berdua. Hehehe..."

"Idih,,, kok pelit begitu sih. Nanti dada mu jadi makin besar mau?"

Hinata dengan ikhlas memberikan pukulan gratis pada perut Kiba. Bunyi gubrak pun terdengar karena Kiba membuat suara berisik sebelum jatuh dan memegangi perutnya. Hal tersebut tentu saja membuat beberapa anak yang masih di dalam kelas tertawa terbahak-bahak, bahkan ada yang menyorakinya. Jagan lupakan pula pipi mereka yang memerah akibat ucapan Kiba. Tanpa Kiba katakan pun mereka tahu jika satu-satunya siswi di sekolah ini memiliki aset yang tidak perlu diragukan lagi.

That GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang