.
..
...
..
.Kediaman keluarga Hyuga tengah diliputi aura gelap yang mencekam. Tepatnya diruang tengah yang biasanya digunakan untuk bersantai aura tersebut menguar amat pekat. Hiashi, Hashirama, Tobirama, Neji, Nijimura, Shino, serta Kiba terlihat marah bercampur khawatir.
"Apa yang harus kita katakan saat Hinata sadar nanti, tou-san?" Neji bertanya. Jelas sekali jika laki-laki yang gemar menyiksa Nijimura itu tengah kebingungan.
Hiashi menghela napas kasar seraya memijit dahinya penuh tekanan.
"Aku masih memikirkannya." Jawab Hiashi seadanya.
Keheningan kembali menyelimuti.
"Kiba, Shino, kalian tidak pulang?" Tanya Hiashi.
Kedua sahabat Hinata itu kompak menggelengkan kepalanya sebelum menjawab.
"Tidak, paman. Aku dan Kiba akan menunggu Hinata sadar."
"Paman tidak perlu khawatir, aku dan Shino sudah mengabari rumah."
Hiashi menganggukkan kepala sebagai responnya.
Di sisi lain, gadis yang tengah mereka khawatirkan mulai membuka matanya. Mengedipkan mata khas clan Hyuga beberapa kali sebelum merenggangkan tubuh. Lalu, terdiam untuk beberapa saat.
'Lho, ini kan kamarku di rumah. Kenapa aku bisa ada di sini?' batin Hinata.
Hinata mulai mengingat satu persatu kejadian sebelum dia sadar. Mulai dari menunggu Kiba selesai piket, lalu membantu temannya yang bernama Arashi mengembalikan buku di perpustakaan sampai dia merasakan ada seseorang yang membekapnya. Hinata tiba-tiba duduk saat ingatan terakhir melintas di kepalanya.
"Siapa yang membekap ku ya? Pasti ada siswa jahil yang ingin mengurungku di perpustakaan." Gumam Hinata.
Hinata melakukan peregangan kecil lagi, tiba-tiba dia merasa ada bagian tubuhnya yang terasa perih.
"Hmmm... Apa aku baru bergesekan dengan benda kasar tanpa ku sadari?" Gumam Hinata.
Gadis itu buru-buru turun dari ranjang queen sizenya dan berjalan menuju cermin rias berbentuk oval di kamarnya.
"A-apa ini? Astaga... Leherku!" Hinata tersentak tak percaya.
Pantulan dirinya di cermin sangat mengerikan. Ada banyak bekas kemerahan di sisi kanan-kiri lehernya memanjang hingga tulang selangkanya. Kemeja kebesaran yang Hinata yakin milik Nijimura memudahkan gadis itu untuk melihat penyebab perih di kulitnya.
Tanpa pikir panjang, Hinata segera berlari ke bawah guna mencari keberadaan sang ayah.
Drap... Drap... Draaappp...
"Tou-chaaan!" Teriak Hinata seraya berlari menuruni tangga.
"Tou-chaaan!" Teriaknya sekali lagi.
Mendengar teriakan Hinata, semua orang yang berada di ruang tengah menjadi kaku. Tak ada yang bergerak atau sekedar membalas teriakan Hinata, terutama Hiashi.
"Ah, tou-chan. Akhirnya..." Hinata menghela napas lega tanpa menyadari ekspresi kaku di wajah tersenyum Hiashi.
Gadis itu segera berlari menghampiri Hiashi dengan kemeja kedodoran yang hampir menutupi rok sekolahnya. Terlihat lucu dan manis.
Mungkin karena Hinata sangat panik, gadis itu sampai tidak menyadari jika di ruangan tersebut tidak hanya ada Hiashi seorang.
"Ada apa, sayang?" Tanya Hiashi pelan dan lembut. Laki-laki itu juga mengelus Puncak kepala Hinata yang saat ini bersimpuh di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Girl
FanfictionTeiko Senior High School merupakan sekolah unggulan yang menciptakan banyak lulusan menakjubkan. Bukan hanya bidang akademiknya saja, melainkan dalam bidang apa saja. Bertahun-tahun sistem didalam sekolah terebut dijalankan dengan baik, akan tetapi...