23. Pencarian

364 73 106
                                    

.
..
...
..
.

"Tekan sekali lagi!"

"Bangunlah, nak! Tou-san mohon, bangunlah!?"

"Tenanglah, otou-san. Hinata pasti akan bangun."

"Otou-san aku akan melihat keadaan gadis itu dulu. Otou-san tetaplah disini menemani Hinata."

Samar-samar Hinata mendengar suara riuh orang-orang disekitarnya bercampur dengan dengungan menyakitkan di telinganya. Hinata merasakan dadanya ditekan beberapa kali. Gadis itu merasa dadanya sesak dan napasnya tak beraturan hingga dirinya memuntahkan air yang membuat tenggorokannya amat sakit. Dapat Hinata dengar, suara ayahnya yang terus meneriakkan namanya dengan panik.

Di sampingnya, ada kerumunan orang berwajah sedih dengan air mata berlinang. Teriakan menyakitkan dapat Hinata dengar dari kerumunan tersebut. Dalam pudarnya pandangan Hinata, seorang wanita yang tengah memeluk erat anak perempuan berwajah pucat memasuki retinanya. Tangisan wanita itu terdengar memilukan hingga tanpa sadar Hinata juga ikut meneteskan air mata. Di samping wanita itu, ada anak laki-laki yang lebih tua dari Hinata tengah berdiri sembari mengepalkan tangannya. Anak tersebut tanpa sengaja bersitatap dengan Hinata, yang dapat Hinata lihat dari tatapan tersebut adalah kebencian.

'Merah.' Batin Hinata sebelum kesadarannya menghilang.

.
..
...
..
.

Tobirama pada akhirnya menghela napas lega. Keterangan yang disampaikan dokter Tsunade sedikit menenangkan. Hinata telah dipindahkan ke ruang lain setelah mendapatkan penanganan terbaik. Gadis itu masih belum sadar. Tidak ada luka memar atau bekas penganiayaan di tubuh Hinata, dokter Tsunade telah memeriksanya dan menyimpulkan bahwa Hinata pingsan murni karena tenggelam.

Untung saja Tobirama bertindak cepat, jika telat sedikit saja dapat dipastikan nyawa Hinata telah melayang. Beribu-ribu ucapan syukur laki-laki itu gumamkan kepada kami-sama.

Saat ini, Tobirama tengah menunggu kedatangan Neji. Dia berdiri di samping ruang rawat Hinata dengan tangan terlipat. Laki-laki itu tidak peduli dengan hawa dingin yang timbul akibat bajunya masih basah lantaran menyelamatkan Hinata. Rasa panik yang melandanya membuat hawa dingin tidak terasa.

"Paman!"

Tobirama segera menegakkan badan. Dia menoleh pada sumber suara yang tak lain adalah Neji, kakak Hinata. Neji berlari tanpa mengindahkan peraturan rumah sakit guna menghampiri Tobirama.

"Paman, bagaimana keadaan Hinata?" Tanya Neji dengan panik.

"Dia baik-baik saja. Saat ini, Hinata masih belum sadarkan diri." Jawab Tobirama.

Neji mulai mengatur napasnya, dia juga mengusap keringat di dahinya. Setidaknya mengetahui Hinata baik-baik saja mampu membuat laki-laki bersurai panjang itu sedikit tenang.

"Baju paman basah. Sebaiknya paman ganti dengan yang kering dulu. Aku akan di sini menunggu Hinata sadar."

"Tidak perlu, sebentar lagi pakaianku juga akan kering dengan sendirinya."

Neji menghela napas pelan. Dia tidak akan memaksa Tobirama, dari ekspresinya Neji tahu jika Tobirama tengah merasa bersalah.

"Terimakasih telah menyelamatkan adikku." Kata Neji setelah keheningan yang menyusup diantara mereka.

That GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang