.
..
...
..
."Perkenalkan dirimu!"
"Hai'."
Dengan wajah panas, gadis mungil bersurai gelap itu menghadap kedepan. Menyambut beratus-ratus pasang mata yang kini menatapnya. Dia gugup, sangat gugup hingga menelan ludah saja terasa begitu sulit.
"Pe-perkenalkan, namaku Hyuga Hinata. Mohon bantuannya, minna-san!"
.
..
...
..
.Sekarang Hinata tahu kenapa paman Hashirama memintanya untuk datang saat jam istirahat. Paman Hashirama memang licik, dia tahu jika Hinata pasti akan lari sekencang-kencangnya saat tahu bahwa sekolah yang direkomendasikan olehnya adalah sekolah khusus laki-laki -coret- mantan sekolah khusus laki-laki.
Helaan napas berat meluncur mulus dari celah bibir mungil Hinata. Selama jam pelajaran ke lima-enam ini berlangsung, dia tidak pernah sekalipun bisa fokus. Pasalnya, gadis itu tahu jika seluruh pasang mata di kelasnya tengah mencuri-curi pandang bahkan menatapnya dengan terang-terangan. Rasanya, Hinata seperti maling ayam yang ketangkap basah saja.
"Baiklah, pelajaran kita akhiri sampai disini. Bereskan buku kalian dan tunggu sensei berikutnya dengan tenang."
"Hai'!"
'Ught... A-aku merasa tidak bisa bergerak, bahkan bernapas pun sulit.'
"Hai!"
Suara maskulin menyapa gendang telinga Hinata. Gadis itu menoleh ke samping kiri demi mendapati seorang siswa laki-laki tengah tersenyum lebar kearahnya.
"H-hai."
"Kau Hinata kan? Hinata yang dulu dikira laki-laki saat sekolah dasar kan?"
"Eh, k-kok kamu tahu?"
Tanpa diduga, laki-laki pemilik gigi taring itu memeluk Hinata girang.
"Tega sekali kau melupakanku, Hina-chan. Ini aku, cowok yang kau bilang paling manis saat sekolah dasar! Heheh..."
Hinata mengedipkan matanya berulang kali, mencoba mengingat-ingat memorinya sewaktu kecil yang kabur. Manik besar sewarna batu amethys itu menatap intens laki-laki narsis di depannya.
"Eeehhh!"
"Ingat kan?"
"Iya, aku ingat. Kamu yang dulu manjat pohon tapi tidak bisa turun kan? Ta-tapi, nama kamu siapa ya? Ma-maaf, a-aku lupa. Hehehe..."
Hinata tertawa canggung, gadis itu memainkan rambut yang menjuntai di sisi kiri wajahnya yang bulat dengan pipi merona. Kebiasaan sedari kecil jika dirinya merasa canggung serta bersalah.
Laki-laki di depannya memanyunkan bibir. Bergumam betapa teganya Hinata melupakan namanya dengan jelas.
"Ma-maaf, mungkin karena a-aku pergi terlalu lama ja-jadi lupa dengan namamu tapi sungguh, a-aku tidak pernah bermaksud melupakan kamu kok. Sungguh!"
Di wajah manis Hinata tercetak jelas raut bersalah. Gadis itu benar-benar menyesal karena membuat teman yang mengenalnya kecewa.
Puk... Puk... Puk...
Tepukan ringan mendarat di kepala bersurai gelap Hinata.
"Jangan khawatir. Meski aku sedikit kecewa tapi aku senang kau mengingatku. Memang wajahku ini sulit untuk dilupakan. Aku tahu itu. Hehehe...
Meski namaku tidak begitu."Anak yang lain mendengus kasar mendengar ucapan narsis laki-laki tersebut. Mereka kesal, baik karena ucapannya terlebih kedekatan laki-laki tersebut dengan Hinata, satu-satunya siswi perempuan yang ada di Teiko Senior High School. Iya, Hinata benar-benar menjadi siswi tunggal disini. Tidak ada siswi pun yang mendaftar di sekolahan ini kecuali Hinata.
"A-ano, nama kamu?"
"Oh oh... Aku Kiba. Inuzuka Kiba, Hina-chan."
Cengiran lebar Kiba seketika membuat memori semasa kecil Hinata bermunculan satu persatu di dalam kepalanya. Gadis itu tanpa sadar tersenyum lebar dengan wajah berbinar bahagia.
"Ki-kiba-kun. Lama tidak bertemu."
Blussshhh...!!!
.
..
...
..
."Sistem baru yang diterapkan sekolah memang berhasil meski hanya ada satu siswi yang mendaftar. Itu lebih baik dari pada tidak ada sama sekali, nanodayo. Kau setuju, Sei?"
"Hn. Siswi itu tidak gentar meski tahu hanya dirinya satu-satunya gadis disini."
Akashi Seijuro menanggapi ucapan Shintaro dengan wajah datar. Laki-laki bersurai merah itu tidak terlalu tertarik dengan sistem baru yang diterapkan sekolah, namun keberadaan satu-satunya siswi perempuan disekolah ini yang tidak merengek minta keluar dari sekolah sedikit membuat sebagian kecil dirinya tertarik.
"Kau benar, nanodayo."
"Siswi itu seperti seekor kelinci di kandang singa."
Plak!
"Ouch!"
"Hentikan seringaian mesummu itu, Daiki. Kau menjijikkan."
"Jaga ucapanmu, Taiga. Siapa yang menyeringai mesum? Aku hanya girang saja."
"Tch! Dasar aho-mesum."
"Aku mendengarmu, bakagami."
Dan perdebatan yang selalu saja terjadi diantara mereka terus berlanjut.
"Ada apa, nanodayo?"
"Aku tidak asing dengan keluarga itu. Selama ayah berbisnis dengan Hyuga, aku baru kali ini melihatnya."
.
..
...
..
.To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
That Girl
FanfictionTeiko Senior High School merupakan sekolah unggulan yang menciptakan banyak lulusan menakjubkan. Bukan hanya bidang akademiknya saja, melainkan dalam bidang apa saja. Bertahun-tahun sistem didalam sekolah terebut dijalankan dengan baik, akan tetapi...