10. Persaingan

639 108 33
                                    

.
..
...
..
.

Hampir sebagian besar club telah Hinata datangi. Tinggal beberapa club saja yang tersisa. Gadis bersurai panjang itu menghela napas lega. Ternyata, senpai-senpai yang mengetuai club disini memiliki kepribadian yang bermacam-macam. Semuanya jauh dari kata berwibawa namun menjanjikan. Contohnya saja seperti Shikamaru, ketua club sains yang gemar tidur melebihi Koala tapi hebat juga. Hinata tahu dari berbagai penghargaan yang didapat club sains. Atau seperti Sasori, ketua club seni yang terobsesi membuat boneka yang persis seperti manusia. Senpai itu seperti psikopat namun lumayan baik, buktinya sebelum Hinata pergi, senpai itu memberinya permen agar Hinata tidak kelaparan.

"Tinggal club basket dan renang saja ya."

Gumamnya.

Tak terasa, kini langkah kaki Hinata berhenti didepan ruangan club basket. Sama seperti sebelumnya, Hinata mengetuk pintu lalu masuk.

Gadis itu mendesah lelah, ruangan club basket yang memiliki lapangan indoor mini sendiri itu ternyata sepi. Mengerling pada jam yang tergantung apik disana, Hinata menerka jika sang ketua club telah pulang.

Niatnya langsung pulang sirna saat maniknya tak sengaja menangkap benda bulat bewarna orange. Seulas senyum terbentuk dibibirnya, tak ada salahnya bermain sebentar. Mungkin lima belas menit atau dua puluh menit cukup.

Hinata mendekat dengan semangat. Mengambil bola basket tersebut dan memantulkannya. Melakukan pemanasan singkat dan melesat cepat menuju ring kemenangan. Meliuk-liukkan badannya seolah-olah tengah melewati hadangan lawan dengan gerak leluasa. Saat tiba di depan ring, Hinata melompat. Melompat tinggi hingga bola tersebut masuk sepenuhnya ke dalam ring melalui giringan tangannya. Bunyi benturan bola dengan lantai menggema jelas. Hinata tersenyum puas. Dia kembali mengambil bola yang menggelinding sembarangan dan kembali memainkannya. Melakukan berulang-ulang teknik crossover dan beberapa kali slam dunk.

Gadis itu pasti akan terus memainkan si bundar orange jika sebuah suara laki-laki tak menginterupsinya. Akibatnya, Hinata terkejut dan dribble-annya gagal. Kakinya saling bersinggungan karena konsentrasi yang terpecah dan...

Bruuuk!

Hinata jatuh ke depan dengan sangat tidak elit.

"Ught... Sa-sakit."

Keluhnya. Hidung mungil gadis itu memerah, begitu pula dengan dahinya.

Suara langkah kaki mendekat. Alih-alih memberi Hinata pertolongan, laki-laki bersurai merah itu malah menghampiri bola basket tersebut dan menaruhnya diantara lengan dan pinggangnya.

"Kau boleh juga."

Katanya.

Hinata mendongak, maniknya bersirobok dengan manik heterokom yang tajam.

"Te-terimakasih, senpai. Maaf, a-aku tidak sopan dengan memainkan bola itu tanpa ijin."

Hinata segera berdiri dan berojigi di depan sang senpai.

"Tak masalah. Aku Akashi Seijuro. Kapten tim basket unggulan di Teiko Senior High School."

"Aku Hyuga Hinata. Salam kenal, senpai."

"Hn. Aku lihat kau tak terlihat canggung saat bermain basket. Apa kau pernah bermain sebelumnya?"

"Hai'. Sewaktu aku smp basket adalah salah satu olah raga kegemaranku, senpai."

"Oh, pantas saja. Aku sempat terkejut dengan teknik crossover dan slam dunk yang kau lakukan beberapa waktu lalu. Gerakanmu cepat dan luwes."

"Terimakasih, senpai. Ta-tapi gerakanku masih kalah bagus dengan pemain berbakat di luaran sana."

That GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang