12. Kejutan

587 106 56
                                    

.
..
...
..
.

Semenjak Neji menutup teleponnya, Hiashi gencar sekali menghubungi Hinata. Sudah tiga puluh panggilan dia lakukan namun sayang, tak satupun yang Hinata angkat. Hiashi memijit keningnya keras, menghela napas kasar berkali-kali berharap mampu mengurangi rasa frustasi.

"Hinata, kau kemana? Angkat telponnya."

Gumamnya untuk kesekian kali.

Hiashi kembali menghubungi Putri kesayangannya. Berharap panggilannya kali ini dapat tersambung.

Tok... Tok... Tok...

CLEK...

"Otou-san, aku pulang!"

pip!

Hiashi berdiri, meletakkan ponselnya dengan berat hati. Berdehem sebentar dan menyambut kepulangan anak kebanggaannya dengan pasrah.

"Hm."

.
..
...
..
.

Manik Hinata bergerak liar. Bibir bawahnya dia gigit keras guna mengurangi kegugupan.

"Senpai, aku benar-benar minta maaf karena lupa mengunjungi club renang ini. Sungguh, itu bukan sebuah kesengajaan, senpai. Aku lupa. Beneran deh!"

Hinata duduk bersimpuh di depan Sasuke. Makoto menggaruk pipinya yang tidak gatal, laki-laki baik hati itu merasa kasihan dengan Hinata yang mendapat tatapan tajam dari ketua clubnya.

Haru tak peduli, laki-laki itu malah menceburkan dirinya ke kolam dan berenang bak ikan.

Sedangkan Rin mendengus senang melihat ketua clubnya memberi pelajaran pada satu-satunya siswi di sekolah ini. Bagi seorang Rin, hal ini adalah tontonan yang menarik.

"Kau membuatku menunggu lama dan membuang waktuku yang berharga dengan menunggumu disini. Kau tahu betapa kesalnya berada diposisiku, HA?!"

"I-iya, senpai. Ma-maafkan aku."

"Maaf-maaf saja yang bisa kau katakan. Dasar tidak berguna."

"Lalu senpai maunya apa? Bukankah jika bersalah harus minta maaf? Aku sudah melakukannya, bahkan aku dengan setulus hati meminta maaf atas kesalahanku yang tidak disengaja."

"Kau...! Masih bisa bicara selancar itu?!"

"Aku bukan anak TK lagi, senpai. Jelas-jelas aku sudah sebesar ini, tentu saja aku bisa berbicara lancar. Senpai bagaimana sih!"

Hinata memicing. Gadis itu kesal dengan Sasuke seolah-olah ketua club renang itu menyamakannya dengan anak TK yang tak lancar bicara.

Akhirnya Makoto tertawa, begitu pula dengan Rin. Melihat Sasuke yang angkuh diladeni dengan santai seperti itu membuatnya terhibur. Jarang-jarang ada seorang gadis yang melawan sang ketua yang selalu dielu-elukan kaum hawa.

Sasuke memijit keningnya. Merasa kesal berlebihan saat menghadapi perempuan yang tak terpengaruh dengan aura intimidasinya.

"Terserah. Sekarang isi kertas ini dan aku akan memaafkan kesalahanmu, Hyuga!"

Hinata menautkan alisnya, meski begitu Hinata menerima lembaran dengan warna biru yang diberikan Sasuke.

"Baca saja!"

Seolah mengerti isi pikiran Hinata, Sasuke mengatakannya.

Hanya membaca tulisan yang lebih besar dari tulisan lainnya manik Hinata membulat sempurna.

That GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang