20. Peringatan

449 78 50
                                    

.
..
...
..
.

Seijuro, Shintaro, Atsushi, serta Nagisa dibuat tercengang oleh Hinata. Mereka berempat melotot tak percaya saat melihat sendiri bahwa gadis manis bertubuh langsing itu ternyata makannya banyak. Sebelumnya, Kiba datang dengan dua kantong besar makanan dari kantin sekolah. Setiap kantong berisi tiga cup ramen instan yang siap disantap, beberapa botol minuman, serta beberapa roti yakisoba. Makanan sebanyak itu hampir semua dihabiskan oleh Hinata seorang. Kiba, Shino, dan mereka para senpai hanya kebagian roti yakisoba yang di bagi menjadi dua serta satu botol minuman yang diminum secara bergantian.

Melihat betapa banyaknya makanan yang dimakan oleh Hinata membuat mereka -para senpai- kenyang sendiri. Sekarang mereka tahu, kemana perginya semua lemak dari makanan yang dimakan Hinata. Dalam hati, mereka berterimakasih kepada Kiba karena laki-laki manis itu telah memberi tahu mereka tanpa sadar. Bagi Shino dan Kiba sendiri hal yang dilakukan Hinata sudah biasa. Bahkan, mereka pernah melihat Hinata memakan tujuh mangkok berisi mie ramen. Mereka cukup satu atau dua mangkok saja. Mereka berdua tidak mempermasalahkan berapa banyak Hinata makan, asalkan gadis manis mereka itu sehat dan kuat mereka sudah sangat senang dan bersyukur. Senang karena tidak ada yang akan membantai mereka dan bersyukur karena mereka tidak akan bertemu dengan manusia-manusia super protektif yang akan memberi mereka tekanan batin.

"Hina-chan, makanannya kurang? Kalau kurang aku akan kembali ke kantin dan membelikanmu yang lain dengan uang Shino." Celetuk Kiba.

Bletak!

Kiba mengerang dan memegangi kepalanya yang berdenyut-denyut. Laki-laki bersurai coklat itu lalu memandang tajam Shino yang baru saja mendaratkan jitakan di kepalanya.

"Jangan menawari orang makanan jika kau menggunakan uang orang lain. Dasar kismin kau!" Kata Shino.

Kiba memanyunkan bibirnya. Dia tidak miskin, hanya saja dia tidak punya uang saku lebih saat ini. Dia baru saja kena hukuman karena jahil menggunduli anjing kesayangan kakaknya.

"Mengertilah, Shino. Aku baru saja kena musibah. Hana-nee menahan uang sakuku sampai anjing kesayangannya menumbuhkan bulu."

"Itu salahmu sendiri. Kenapa juga tanganmu itu jahil membabat habis bulu kepala anjing kakakmu? Kau makhluk kurang kerjaan, makanya bodohnya tingkat dewa."

"Hey! Bilang apa kau barusan?!" Kiba tidak terima dengan kata-kata Shino yang benar sekali.

Kiba sudah siap memukul Shino yang tetap tenang. Dia menggulung lengan bajunya dan mulai memukuli Shino namun tidak berhasil. Shino pandai berkelit.

Hap! Hap!

Shino dan Kiba menoleh. Hinata berada di samping mereka dan tersenyum dengan manis.

"Jangan berkelahi. Aku tidak mau makan lagi. Makanannya cukup kok. Ini kalian makan dari pada bertengkar. Batinku sudah tidak kuat." Ucap Hinata.

Shino dan Kiba mengangguk patuh. Mereka berdua lalu dudu di pinggiran ranjang Hinata sembari mengunyah roti yang baru saja Hinata suapkan ke mulut keduanya.

"Aaaaaaa..."

"Hm? Atsushi-senpai juga mau?" Tanya Hinata pada Atsushi yang mendekatinya seraya membuka mulutnya lebar-lebar.

"Mau." Jawabnya.

Hinata mengangguk dengan ringan. Gadis itu juga tersenyum girang. Respon Hinata yang biasa-biasa saja membuat Nagisa, Shintaro, serta Seijuro melongo. Atsushi tidak tahu malu! Begitu batin ketiganya.

Hinata mengambil roti yakisoba yang masih tersisa dua bungkus. Gadis itu membagi satu bungkus roti tersebut menjadi dua bagian dan menyuapkannya ke dalam mulut Atsushi.

That GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang