.
..
...
..
.Bukan pulang menuju kediaman Hyuga, Hinata melangkahkan kaki menuju belokan lain ke tempat tinggal barunya. Sebuah apartemen kecil yang nyaman. Apartemen berlantai tiga yang dirawat dengan baik oleh sang pemilik, seorang pasangan suami-istri berusia setengah abad.
Apartemen sederhana itu terasa asri dengan berbagai jenis bunga serta beberapa pohon sakura dan momiji yang tumbuh dengan subur. Halaman apartemen itu lumayan luas, sehingga ada satu meja dan dua kursi taman disana yang digunakan untuk bersantai. Harga sewa apartemen itu tidak mahal, harga sedang yang dapat dijangkau oleh kantong pelajar ataupun anak kuliyahan yang memiliki kerja sambilan.
Hinata salah satunya. Remaja berusia 16 tahun itu memutuskan untuk mencoba hidup mandiri. Bekerja sebagai seorang pramusaji di cafe yang terletak tak terlalu jauh dari apartemennya. Uang bulanan yang ayahnya kirim cukup dia simpan agar tabungannya menggembung nantinya.
Beberapa menit yang lalu Hinata berpisah dengan Kiba dan Shino. Dua sahabatnya itu berbeda jalan setelah melewati taman bermain yang didirikan oleh penduduk setempat. Mereka berdua berjalan lurus sedangkan Hinata harus berbelok.
"Baru pulang, Hinata-chan?"
Suara khas wanita tua menyapa Hinata. Gadis itu tersenyum ramah dan menghampiri sosok wanita tua yang kini tengah menyiram bunga.
"Iya. Aku pulang, nek. Kakek dimana?"
"Kakek tengah berbicara dengan beberapa anak muda yang mau tinggal disini."
"Oh."
Kepala bersurai indigo itu mengangguk. Tas yang tersampir apik di bahu kirinya dia letakkan dengan hati-hati di atas meja santai. Menggulung lengan seragamnya dan mengambil alih selang ditangan nenek dengan sopan.
"Kau pasti lelah. Istirahat saja."
"Tidak nek. Nenek yang harusnya istirahat. Sekarang biarkan Hinata yang menyelesaikan sisanya."
"Kau tidak mengganti seragammu dulu?"
"Tidak nek. Seragam baruku akan dikirim nanti, ini seragam dari sekolah lama."
"Baiklah kalau begitu."
Sebelum menuruti kata-kata Hinata, tangan renta sang nenek terlebih dulu membelai puncak kepala Hinata penuh sayang. Menyusul seulas senyum keibuan yang membuat Hinata bahagia tak terkira.
.
..
...
..
.Zraaakkk...!!!
Hinata baru saja akan membuka pintu apartemennya saat suara benda jatuh terdengar ditelinganya.
Ternyata, suara tersebut berasal dari depan kamar sebelah Hinata. Sepertinya dia tetangga barunya di apartemen ini.
"Bi-biar aku bantu."
Sikap tanggap gadis itu membuat tetangga barunya terkejut. Hinata memberikan seulas senyum ringan meski tak melihat wajah tetangga barunya, gadis itu lalu memunguti beberapa buku yang tak muat di dalam kardus. Tetangga barunya melirik Hinata dari balik tumpukan kardus yang menutupi area wajahnya.
"Terima kasih."
Suara maskulin terdengar. Dari postur tubuh, Hinata sudah mengira jika tetangga barunya berbeda genjer dengannya. Tapi, menolong orang bukan masalah berbeda gender kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
That Girl
FanfictionTeiko Senior High School merupakan sekolah unggulan yang menciptakan banyak lulusan menakjubkan. Bukan hanya bidang akademiknya saja, melainkan dalam bidang apa saja. Bertahun-tahun sistem didalam sekolah terebut dijalankan dengan baik, akan tetapi...