38. || Inara

10 2 0
                                    

Dengan langkah gontai aku menaiki 3 buah tangga didepan rumah untuk masuk kedalamnya, pintu tidak dikunci karena didepan sudah ada satpam yang menjaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan langkah gontai aku menaiki 3 buah tangga didepan rumah untuk masuk kedalamnya, pintu tidak dikunci karena didepan sudah ada satpam yang menjaga.

Rumah ini terasa dingin seperti tidak dihuni orang-orang, semuanya tertata rapi pada tempatnya, tak ada masakan didapur, ac tidak menyala, aku beralih ke kamarku dan masih sama rapinya. Aku juga pergi ke kamar bimo disana sudah rapi, ke kamar dhika juga sama keadaanya.

Kalau digambarkan sepertinya disini seperti tidak dihuni saja, tapi tunggu-. Aku menuruni tangga untuk keruang tengah dimana tv LED besar ada disana, aku lamat lamat memperhatikan atasnya dan juga beberapa nakas disampingnya.

Debu, tak ada yang membersihkan ya. Atau dhika lupa tidak memanggil jasa kebersihan? Aku berinisiatif bertanya kepada satpam didepan, dengan tergopoh hopoh aku bertanya menyembunyikan rasa panik pula.

"Loh bukanya emba udah tau ya? Mas bimo sama mas dhikanya banyak lembur terus tidur di studio"

Tak ada, tak ada seorangpun yang memberi tahunya, setelah mengucapkan terima kasih aku sedikit merasa lebih lega, aku masuk kembali kedalam rumah lalu membersihkan beberapa perabotan yang segera dipakai juga membuat sup sebagai makan malam.

Entah berapa waktu yang kuhabiskan pada jam 9 malam aku telah selesai melakukan segalanya, bersih bersih, makan juga melamun.

Dari jendela kamarku, aku menenggak secangkir kopi sebagai teman memperhatikan halaman rumah. Tak ada tanda tanda seseorang akan pulang kecuali pak satpam yang sedang berbincang dengan bapak bapak yang ronda didepan jalan.

Entah mengapa setelah mendengar kedua laki laki itu sedang lembur distudio aku berusaha tenang walau kenyataanya perasaanku menunjukan hal berbeda.

Panggilanku ke nomor regional negara korea itu sudah di reject 3 kali sejak sore tadi. Dalam keadaan ini aku bimbang setengah mati. Perasaanku malah semakin bercampur aduk.

"Halo, .. ten?"

"Hm, halo" setelah beberapa menit aku mencoba menghubunginya lagi ditengah malam aku mendapat telfon balik darinya.
Dari nada suaranya yang begitu lelah membuatku sungkan untuk mengajaknya berbicara banyak. Dia benar benar sudah bekerja keras.

"Sesibuk itu kau, hingga kau bisa menelpon lagi  malam ini. Maaf kalau menganggu"

"Tak apa, iya aku sedang sibuk dan seharusnya aku juga minta maaf atas perlakuanku selama ini yang kurang perhatian" aku tersenyum miris

"Susah payah aku menelfonmu ditengah malam begini" aku memandangi langit yang hanya memiliki satu bulan purnama tanpa bintang bintang.

"Aku terlalu lelah maaf, aku juga takut jika ada seo-"

"Aku tahu, kau seorang publik figur sekarang. Aku mengerti" jika diingatkan kata itu lagi berulang kali aku juga jengkel mendengarnya.

"Terima kasih"

5 Juni || Ten ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang