2

3.6K 400 20
                                    

2

Avery Larasati Batara duduk di salah satu sofa ruang keluarga dengan bibir cemberut. Sang ibu yang duduk di samping, mengelus-elus tangannya yang terkulai di pangkuan, sementara sang ayah yang duduk di seberang, tampak menatapnya tegas.

"David Arsalan anak yang baik, dia juga pewaris tunggal bisnis raksasa dan seluruh kekayaan orangtuanya. David sangat tepat untukmu, Sayang," kata Harry Batara.

Avery menghela napas panjang. Zaman sudah modern, bagaimana mungkin ayahnya berpikir menjodoh-jodohkan anak masih bisa diterima kaum muda? "Aku tak mencintainya, Pa, bahkan sama sekali tak mengenalnya."

"Cinta bukan yang terpenting dalam berumah tangga, Nak," nasihat Harry. "Banyak orang yang menikah karena saling mencintai, tapi kemudian bercerai. Yang terpenting adalah bagaimana pasangan suami istri itu bisa saling menyayangi, menghormati dan menghargai."

Avery bungkam dengan sejuta penolakan di dada. Ya, banyak pasangan yang katanya saling jatuh cinta setengah mati, tapi kemudian berakhir menyedihkan, bercerai karena merasa tak cocok lagi atau pun salah satunya berselingkuh. Akan tetapi Avery yakin, cinta juga sangat dibutuhkan sebagai pondasi rumah tangga. Tidak mungkin dengan hanya saling menyayangi, menghormati dan menghargai saja sudah cukup.

Avery tahu sang ayah berkata begitu karena pengalaman. Dulu Harry dan Karmila menikah karena dijodohkan, dan mereka bahagia, juga setia pada satu sama lain hingga saat ini.

Namun mungkin ayahnya tidak sadar, Avery yakin, ada cinta tumbuh di antara keduanya. Avery percaya, dua manusia yang tak saling mencintai tak akan bisa bertahan lama dalam sebuah hubungan.

"Ma ...," Avery menatap ibunya penuh harap. "Aku tak mau dijodohkan dengan David atau siapapun itu ...."

Karmila Batara meremas lembut tangan anaknya. "Ini demi dirimu, Sayang .... Kau sudah berusia dua puluh delapan tahun, sudah saatnya berumahtangga. Sepupu-sepupumu yang seusia denganmu semuanya sudah menikah, bahkan memiliki anak."

"Aku bisa mencari suami sendiri," kata Avery dengan bibir cemberut.

Harry menghela napas panjang. "Sampai hari ini kau belum mengenalkan satu pria pun kepada kami. Kau tenggelam dalam pekerjaanmu. Mau menunggu berapa lama lagi, Avery? Kau tak mau menyandang status perawan tua, kan?"

"Papamu benar, Nak. Usiamu terus bertambah, sedangkan kau terlalu sibuk mengurusi bisnismu. Izinkan kami memilih jodoh untukmu, Sayang. Kami akan memilih yang terbaik."

"Nanti malam David dan orangtuanya akan makan malam di rumah kita. Berdandanlah secantik mungkin, dan bersikaplah manis, Sayang," kata Harry.

***

Vote dan komen yahhh yang banyak biar cpt update. Makasi.

Evathink
Ig: evathink

Avery and Her Ice HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang