hai hai
sorryyyy baru sempat masukin konten nih.
ini kisah avery dan gabriel ya gaes
ingat gabriel, kan? temennya drake(dari novel valencia and her devil husband) dan sebastian (dr novel pamela and her bastard hausband)
met baca ya. moga suka. jangan lupa vote dan komennnyaaaaa. makasiiii
1
Gabriel Vinson berdiri di balkon kamarnya dan menatap taman yang terawat rapi di bawah sana dengan sorot hampa. Dadanya berat bak ditindih gunung. Ia menghela napas panjang lalu membalikkan badan dan meninggalkan balkon.
Saat memasuki kamar, Gabriel menyeringai sedih. Desain kamarnya modern, elegan, tapi terkesan dingin dan hampa, persis dirinya.
Gabriel berjalan menuju ranjang. Saat tiba di sana, ia membungkuk, meraih kartu undangan yang tergeletak di atas nakas—yang sudah puluhan kali ia lihat sejak menerimanya tiga hari lalu. Kartu tersebut didesain dengan elegan, berwarna krem yang dipadu dengan tulisan berwarna emas.
Di luar sana matahari pagi bersinar cerah, sementara di dalam dada Gabriel turun hujan badai dengan petir yang sambar menyambar. Gabriel sedih sekaligus marah. Bagaimana mungkin ia begitu polos? Claura sudah menunjukkan tanda-tanda kalau hati wanita itu tak lagi bersamanya, tapi ia tak menyadarinya.
Sekitar delapan bulan yang lalu Claura pamit ke Jakarta, konon untuk tinggal bersama sang kakak perempuan yang sedang hamil tua. Claura tidak pulang meski kakaknya sudah melahirkan dengan alasan sang kakak butuh ditemani karena suaminya sering ke luar negeri.
Gabriel berusaha memaklumi itu, meski mereka harus menjalin hubungan jarak jauh. Sesekali di sela kesibukannya Gabriel mengunjungi sang kekasih.
Dua minggu yang lalu Claura kembali. Gabriel tentu saja orang yang paling bahagia dengan kepulangan wanita berusia 27 tahun yang sudah tiga tahun menjadi kekasihnya itu. Setelah berbulan-bulan terpisah, akhirnya mereka bisa bersama-sama lagi.
Sayangnya khayalan tak seindah kenyataan.
"Maafkan aku, Gab, tapi kita tak bisa meneruskan hubungan ini. Kita ..., tidak cocok."
Gabriel remuk redam ketika beberapa jam setelah pertemuan mereka di bandara Sepinggan, di sebuah restoran, Claura mengakhiri hubungan mereka, lalu pergi begitu saja. Meninggalkan Gabriel tenggelam dalam kebingungan, seolah Claura menggunakan bahasa planet lain yang tak ia pahami.
Beberapa hari selanjutnya Gabriel mencoba menghubungi Claura, berusaha menemuinya, tapi tak berhasil.
Tiga hari yang lalu, sebuah undangan bertuliskan nama mempelai: Claura Anatasia dan Jonathan Putra dengan telak menampar wajah Gabriel.
Gabriel ingin percaya, bahwa entah bagaimana Claura sedang iseng dan ingin mengerjainya, tapi foto pernikahan yang tercetak jelas di kartu undangan tersebut sontak mematah baik sangkanya itu. Claura tampak cantik dalam balutan gaun pengantin berwarna putih dan sedang berpose mesra dengan pria bersetelan jas warna hitam.
"Maafkan aku, Gab, tapi kita tak bisa meneruskan hubungan ini. Kita ..., tidak cocok."
Kalimat-kalimat itu sekali lagi terngiang di telinga Gabriel. Mungkin ini untuk kesekian ribu kalinya.
Tidak cocok!
Gabriel ingin mengumpat. Bagaimana mungkin Claura merasa seperti itu setelah mereka menjalin hubungan tiga tahun lamanya?
Gabriel meremas kartu undangan tersebut dengan geram. Jadi apa arti hubungan mereka selama ini bagi Claura? Dengan mudah gadis itu berpaling darinya. Yang paling menyakitkan, dengan mudah gadis itu melupakannya dan menikah dengan pria lain!
Remasan Gabriel pada kartu undangan semakin kuat. Tiga tahun ini, ia mencintai Claura sepenuh hati, ia bahkan sudah melamar gadis itu beberapa kali, tapi Claura selalu menolak dengan alasan belum siap.
Sekarang gadis itu akan menikah dengan pria lain, hanya berselang dua minggu setelah hubungan mereka berakhir! Apa selama ini Claura tidak mencintainya? Apa diam-diam Claura berselingkuh??
Gabriel ingat ciuman panas Claura, ingat perhatian wanita itu kepadanya. Ingat kata-kata manis nan penuh cinta Claura. Lalu di mana salahnya? Kenapa Claura mengkhianatinya dan memilih pria lain?
Dering ponsel membuyarkan lamunan Gabriel. Ia melirik ponselnya yang tergeletak di atas nakas dan sedang menjerit-jerit meminta perhatian. Gabriel meraih benda canggih tersebut dan melihat nama Drake tertera di layar.
Ada apa sahabatnya itu menghubunginya? Setengah tahun terakhir ini Drake terlalu sibuk menjadi budak cinta Valencia Oliver.
"Ya?" sambut Gabriel setelah menyentuh ikon hijau di ponsel.
"Apa ini benar??"
"Apa?" tanya Gabriel tak mengerti.
"Claura akan menikah. Aku baru melihat undangannya."
Gabriel terdiam dan menghela napas panjang. Claura mengenal Sebastian dan Drake cukup baik, jadi ia tak perlu terkejut jika kedua sahabatnya itu juga menerima undangan pernikahan mantan kekasihnya itu, bukan?
Setelah sesaat, Gabriel menjawab pelan, "Ya."
"Bagaimana mungkin?? Bukankah kalian—"
"Hubungan kami sudah berakhir," kata Gabriel dingin. Drake jelas ketinggalan banyak berita, terutama karena Gabriel sendiri tak pernah bercerita.
Keheningan membentang. Tanpa sadar Gabriel menyeringai masam, sepertinya ini kali pertama Drake yang banyak bicara kehilangan kata-kata.
"Gab—"
"Aku baik-baik saja, Drake. Sudah dulu." Lalu tanpa menunggu respons Drake, Gabriel mengakhiri panggilan.
Gabriel tahu responsnya itu tidak sopan. Drake jelas peduli dan ingin menghiburnya. Sayangnya Gabriel yang sedang sedih dan terluka parah tak ingin membahas situasi yang menyedihkan sekaligus memalukan itu lagi.
Sembari mengembus napas kasar, Gabriel melempar pelan ponselnya ke ranjang.
Wanita memang makhluk yang kejam, bukan? Gabriel menyesal dulu berpendapat bahwa wanita adalah makhluk yang indah dan menyenangkan. Jelas ia salah besar.
***
Evathink
Ig/dreame/innovel: evathinkHayookk vote dan komen yang cetar gaess
KAMU SEDANG MEMBACA
Avery and Her Ice Husband
Romance[Follow Evathink sebelum membaca, agar mendapat Info update!] Unexpected Love #3 Tak mau menikah dengan pria pilihan orangtuanya membuat Avery Larasati nekat mengklaim seorang pria asing yang ia temui di pesta sebagai calon suaminya. Adalah Gabriel...