Maaf baru sempat update, sibuk banget.
Btw,
Teman2, versi tamat
> valencia and her devil husband
> pamela and her bastard husband
> avery and her ice husbandTersedia di:
GOOGLE PLAY BUKU
KARYA KARSA
(Unduh app di google play)Versi buku cetak bs order di saya, WA 08125517788
Cerita tetap dilanjutkan di wattpad sampai TAMAT!
11
Avery sangat gugup ketika hari pernikahannya dengan Gabriel Vinson tiba. Meskipun tidak mencintai pria itu, tetap saja hari pernikahan adalah hari yang paling mendebarkan.
Jantung Avery berdegup liar ketika melangkah menuju sang mempelai pria yang sedang berdiri di depan altar
Setelan jas lengkap yang mengilap membalut sempurna tubuh tinggi kekar Gabriel. Wajah pria itu tanpa senyum, tapi tampak sangat tampan.
Saat langkahnya semakin mendekat, dada Avery berdebar kian tak keruan.
Ketika akhirnya tiba di depan Gabriel dan sang ayah menyerahkan tangannya ke tangan sang calon suami, Avery tahu, dunianya tak akan pernah sama lagi.
***
Avery sangat cantik. Ketika melihat wanita itu melangkah menuju dirinya yang berdiri di depan altar, dan bagaimana para tamu terpesona akan kecantikan sang mempelai wanita, rasa bangga merayapi hati Gabriel.
Saat ayah Avery menyerahkan tangan sang putri padanya, ada getar samar menabuh dada Gabriel. Ini kali pertama mereka bersentuhan meski sebenarnya tidak secara langsung karena Avery memakai sarung tangan yang sangat indah.
Kemudian mereka bersatu dalam janji suci pernikahan. Tepat saat ia menunduk ke arah Avery dan bibir mereka bertemu dengan disaksikan para tamu, Gabriel tahu, babak baru dalam hidupnya kini telah dimulai.
***
Langit malam begitu pekat berpayung awan mendung tebal. Tak ada satu bintang pun yang mampu menampakkan diri. Sebuah mobil mewah berwarna merah parkir dengan mulus di garasi rumah Gunawan Vinson.
Dengan wajah dingin Gabriel Vinson melangkah keluar dari mobil. Avery Larasati Batara yang sejak tadi membisu di kursi penumpang, menggigit bibir, lalu dengan enggan ikut keluar. Angin malam bertiup kencang. Tubuhnya yang berbalut gaun pengantin dengan model bahu terbuka, menggigil kecil.
Avery mengusap kedua lengan untuk mengusir rasa dingin. Setelah itu ia melihat ke arah Gabriel yang kini sudah mencapai pintu rumah.
Awan mendung yang sejak pagi menyelimuti Avery, kini kian mengental. Avery menghela napas panjang. Sembari memegang tas kecilnya yang mahal nan elegan, ia melangkah menuju rumah.
Gabriel tampak membuka pintu rumah, lalu pria itu masuk dan membiarkan pintu dalam keadaan terbuka, sama sekali tidak menoleh untuk memastikan Avery mengikutinya.
Seringai sedih samar menghiasi bibir Avery. Ia harus bermimpi jika mengharapkan Gabriel akan bersikap hangat kepadanya.
Tanpa kata Avery mengikuti langkah Gabriel yang menaiki anak tangga menuju lantai atas.
Saat tiba di anak tangga teratas, Avery melihat pintu sebuah kamar yang menutup. Ia menebak Gabriel-lah yang masuk ke kamar tersebut.
Sesaat Avery mematung. Tertutupnya pintu mengindikasikan pria itu tak ingin Avery ikut masuk.
Avery berjalan perlahan, sedikit mendekati kamar yang barusan dimasuki Gabriel. Baiklah. Ia akan menunggu, mungkin sebentar lagi Gabriel akan keluar dan ia bisa bertanya pada pria itu mana kamar tidur yang bisa ia tempati. Jelas mereka tidak akan tidur sekamar. Meski kini berstatus suami-istri, tapi mereka nyaris asing satu sama lain.
Lima menit berlalu. Hanya ada kesunyian yang membekukan jiwa. Avery menatap lekat-lekat pintu kamar Gabriel, berharap pintu tersebut terbuka. Ketika beberapa menit kembali berlalu dan kakinya yang sudah pegal karena telah berdiri lama menyambut tamu saat resepsi tadi, Avery pun mengembus napas kasar lalu menyeret langkah mendekati kamar Gabriel. Ia mengetuk pintu perlahan, lalu memasang telinga tajam-tajam. Tak ada sahutan.
Avery kembali mengetuk. Setelah beberapa saat dan masih tidak ada sahutan, Avery pun memberanikan diri menyentuh gagang pintu.
Ketika pintu terbuka, Avery melihat kamar yang luas dengan perabotan yang elegan di tempat yang pas. Ada satu ranjang berukuran besar di tengah-tengah kamar, satu buah sofa dan meja kecil, televisi berukuran besar lengkap dengan perangkat audionya, juga lemari pakaian dan meja rias.
Suara pintu yang terbuka, lalu menutup, menyentak Avery. Ia menoleh ke sumber suara. Tampak Gabriel keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit asal-asalan di pinggang. Titik-titik air yang belum dilap kering, menghiasi kulit tubuhnya yang agak kecokelatan.
Gabriel mengangkat alis.
Wajah Avery memanas. "Aku ..., hanya ingin bertanya, mana kamar yang bisa aku tempati?"
Gabriel menatap Avery seakan wanita itu sudah gila.
"Kenapa?" tanya Avery bingung.
"Apa kau tak tahu ayahku ada di rumah ini? Kamarnya di lantai bawah."
Seketika Avery tersadar dan diam-diam memarahi diri sendiri. Ia melupakan hal itu sepenuhnya. "Ja..di kita tidur sekamar?"
"Tentu saja. Bukankah kita sudah menikah?" Setelah mengatakan itu dengan datar, Gabriel melangkah tak acuh menuju lemari, memamerkan punggung kekarnya yang berhias titik-titik air dan tampak seksi.
Tanpa memedulikan Avery yang berada di ruangan yang sama, Gabriel menarik lepas handuknya lalu mengelap badannya sampai kering, kemudian membuka lemari dan meraih celana dalam dan celana pendek, lalu memakainya. Berikutnya pria itu mengenakan kaus oblong.
Avery tercengang melihat itu. Seumur hidupnya, ia belum pernah melihat tubuh telanjang lelaki. Kini ia melihatnya jelas dengan jarak hanya beberapa meter. Bokong Gabriel tampak kencang dan indah. Tanpa sadar Avery menelan ludah sementara seluruh tubuhnya memanas secara tiba-tiba.
Gabriel berbalik dan melihat Avery masih terpaku.
Tanpa merasa berdosa karena telah menodai mata Avery yang polos, pria itu naik ke ranjang dan berbaring di sana.
***
Evathink
Instagram: evathinkYuks voteee dan komen cetar biar cpt update!
KAMU SEDANG MEMBACA
Avery and Her Ice Husband
Romance[Follow Evathink sebelum membaca, agar mendapat Info update!] Unexpected Love #3 Tak mau menikah dengan pria pilihan orangtuanya membuat Avery Larasati nekat mengklaim seorang pria asing yang ia temui di pesta sebagai calon suaminya. Adalah Gabriel...