maaf teman2, baru sempat update
btw, part 20 sudah hadir di karya karsa ya. mohon dukungannya teman2 agar aku semakin semangat update dan berkarya. makasih buat yang udah dukung.
unduh app karya karsa, lalu cari nama evathink, jangan lupa follow ya.
oh ya, rencananya aku akan aktif di youtube, share cerita gratis di youtube, jangan lupa follow ya. skr lagi pelan2 bikin kontennya.
met baca
19
Ketika pulang ke rumah, kursi dan meja milik Avery telah tiba. Ia pun meminta bantuan pada sekuriti dan Pak Hasto untuk membawakannya ke kamar dan meletakkannya di dekat jendela berkaca lebar dan tinggi yang menghadap halaman samping.
Kedua benda tersebut adalah rancangan khusus dengan siku-siku sandaran yang bisa diatur dan meja yang pas untuk meletak laptop tepat beberapa senti di atas pangkuan.
Avery menyeduh teh melati dan mencampurkan sedikit madu, lalu duduk di kursi tersebut dan menyalakan laptop.
Sembari sesekali melirik pemandangan hijau nan indah di bawah sana, Avery membuka kotak pesan di salah satu platform menulis.
Matanya seketika melebar ketika membaca sebuah nama. Dengan tak sabar ia membuka pesan tersebut, lalu berteriak gembira, "Yeay!"
Yang telah lama ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Naskah Avery mendapat pinangan dari sebuah penerbit ternama tanah air.
Avery pun membalas pesan tersebut dengan meninggalkan nomor ponselnya.
Tak lama kemudian ponselnya berdering. Nomor asing. Avery menerimanya. Ternyata dari kantor penerbit. Mereka pun mulai membicarakan garis besar kerja sama yang ditawarkan.
Diakhir percakapan, Avery memberi alamat surel. Tak sampai lima menit Avery menerima draf kontrak kerja sama dan membacanya dengan mata berbinar.
***
Gabriel masuk ke kamar. Ia melepas beberapa kancing teratas kemejanya. Gerakannya terhenti ketika matanya menangkap sebuah kursi yang tampak empuk nan nyaman dan meja dengan laptop di atasnya di dekat jendela samping.
Pasti kursi dan meja tersebut milik Avery. Gabriel tidak benar-benar tahu apa pekerjaan istrinya itu sebelumnya, ia tak pernah bertanya dan tak pernah ingin tahu, tapi melihat wanita itu memenuhi kamarnya yang rapi dengan meja, kursi dan laptop yang sepertinya untuk bekerja, Gabriel diserang rasa gusar. Jika membutuhkan ruang kerja, Avery bisa memilih salah satu kamar kosong, kenapa harus memenuhi kamar yang sudah rapi?
Suara pintu kamar mandi yang terbuka membuat Gabriel menoleh. Seluruh rasa gusar Gabriel seketika menguap entah ke mana. Avery keluar dari kamar mandi, lagi-lagi hanya berbalut handuk dari dada hingga setengah paha.
"Eh, Gabriel! A..ku tidak tahu kau sudah pulang," ucap Avery terkejut dengan gugup.
Kemudian wanita itu segera berjalan cepat menuju lemari pakaian.
Gabriel mengikuti langkah wanita itu dengan mata. Kaki Avery putih dan mulus. Paha dan betisnya langsing, menggoda dielus.
Belum lagi titik-titit air yang menghiasi punggung dan pahanya.
Punggung.
Gabriel ingat rasa menyentuh punggung itu ketika membantu Avery melepaskan ritsleting gaun pengantinnya.
Gairah yang telah susah payah Gabriel singkirkan jauh-jauh, kembali datang. Gabriel bisa merasakan celananya dengan cepat menyempit. Apa yang salah dengan dirinya? Bukan sekali dua kali ia bertemu wanita yang memakai pakaian minim, tapi belum pernah dirinya bereaksi seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avery and Her Ice Husband
Romance[Follow Evathink sebelum membaca, agar mendapat Info update!] Unexpected Love #3 Tak mau menikah dengan pria pilihan orangtuanya membuat Avery Larasati nekat mengklaim seorang pria asing yang ia temui di pesta sebagai calon suaminya. Adalah Gabriel...