halo teman2
maaf banget ya baru sempat update.
met baca, moga suka!
btw, dalam waktu deket, aku akan mengadakan giveaway berhadiah pdf di ig aku yah, id evathink, silakan follow.
26
Avery menghidangkan kopi panas untuk Gabriel, semetara untuk dirinya sendiri, ia membuat cokelat panas. Avery duduk di kursi di samping Gabriel dibatasi oleh sebuah meja kecil. Mereka berdua sedang berada di teras. Menikmati udara dingin dan pemandangan asri nan indah gunung Tangkuban Perahu nun jauh di sana.
Saat itu menjelang siang. Mereka baru saja bangun tidur setelah percintaan panas yang kesekian kalinya.
Avery meniup cokelat panasnya yang mengepulkan uap, lalu menyesap sedikit. Ia melirik Gabriel yang duduk di sisinya. Pria itu menyesap kopi dengan mata memandang pemandanan hijau di depan mereka.
Seperti sebelumnya, kali ini pun Gabriel tidak berkata-kata setelah percintaan mereka. Bedanya, kali ini Avery sudah tahu reaksi apa yang akan ia terima.
Detik demi detik berlalu. Keduanya masih tidak berkata-kata. Setelah minuman cokelat Avery hampir habis, ia berdeham. "Aku akan memasak," kata Avery sambil berdiri.
Gabriel mengangkat wajah dan memandang Avery. Pria itu mengangguk. Avery pun berlalu.
Tiba di dapur, Avery meletak gelas bekas cokelat panasnya ke bak cuci piring, lalu membuka kulkas, bermacam sayuran, ikan, daging ayam, ada di sana. Sayangnya Avery tidak pandai memasak.
Avery tidak gemar memasak. Sejak dulu, satu-satunya hal di dapur yang bisa ia lakukan adalah menyeduh kopi.
Ketika Avery menutup pintu kulkas, terdengar derap langkah kaki memasuki dapur. Avery menoleh.
"Jadi apa menu makan siang kita?" Gabriel mengangkat alis. Pria itu berdiri tidak jauh dari Avery.
Avery membuka lemari dapur, tampak di sana ada beberapa bungkus mie instan dengan bermacam varian rasa. Avery mengambil beberapa bungkus. "Mie instan?"
Alis Gabriel terangkat semakin tinggi.
Avery meringis. "Maaf, aku tidak pandai memasak."
Gabriel tertawa kecil.
Avery terpaku. Ini kali pertama ia melihat Gabriel tertawa. Avery pikir urat ketawa Gabriel telah putus.
"Atau kita pesan makan saja?" tanya Avery setelah keterpakuannya.
Gabriel menggeleng. Pria itu melangkah mendekati Avery, lalu kedua lengan kukuhnya melingkar di pinggang wanita itu.
"Gabriel," desis Avery terkejut. Ia mendongak menatap Gabriel.
Gabriel menunduk, lalu bibir mereka pun bersatu.
Tak pernah ada kata-kata yang terucap dari bibir Gabriel ketika akan mengajak bercinta. Tak ada rayuan manis, tapi Avery tahu, Gabriel sangat menginginkannya.
***
Beberapa hari berlalu dengan cepat. Selama itu, perkembangan hubungan Avery dan Gabriel sangat pesat. Tembok pemisah di antara keduanya telah runtuh sepenuhnya.
Gabriel masih pendiam, tentu saja, tapi ada kehangatan di setiap tatapan pria itu kepadanya. Avery entah bagaimana, merasa berbunga-bunga karenanya. Ia bahkan tak lagi memikirkan bagaimana nasib pernikahan mereka nantinya. Setiap waktu mereka bercinta dan bercinta, seolah belum puas mengenal setiap senti tubuh sang pasangan.
Tak terasa hari mereka harus meninggalkan vila pun tiba. Jika awalnya Avery keberatan dengan ide bulan madu dari sang ayah mertua, tapi kini Avery diam-diam berterima kasih.
Mereka tiba di Balikpapan menjelang senja dan disambut senyum semringah sang ayah mertua.
Wajah Avery mau tak mau merona.
"Sebaiknya kalian istirahat, setelah itu kita makan malam," kata Gunawan Vinson.
Avery dan Gabriel bersamaan mengangguk, lalu keduanya berlalu.
***
"Tak kusangka diam-diam kalian pergi berbulan madu," kata Sebastian saat menerima bingkisan oleh-oleh dari Gabriel.
"Bukan tiga atau empat hari, tapi satu minggu, Bung!" imbuh Drake.
Gabriel hanya menyeringai samar mendengar kicauan kedua sahabatnya. Siang itu ia mengajak Drake dan Sebastian makan siang bersama. Di bandara kemarin Avery membeli banyak cake ubi ungu untuk dijadikan oleh-oleh. Karena Avery tidak terlalu mengenal Drake, Sebastian dan istri kedua pria itu, Gabriel berinisiatif membawakan oleh-oleh untuk mereka.
"Jadi apakah bunga cinta telah mekar bersemi di hati kalian?" goda Drake.
Untuk sesaat Gabriel bungkam. Cinta tak ada dalam kamusnya. Masa lalu telah memberinya pelajaran penting, bahwa cinta hanya omong kosong. "Kami nyaman satu sama lain," kata Gabriel datar.
"Maksudmu di tempat tidur?" tuding Drake.
Gabriel melirik sahabatnya itu dengan malas. Ia tak berusaha menjawab. Tak dimungkiri, di tempat tidur, Gabriel merasa sangat serasi dengan Avery. Gairah mereka sama-sama menggebu. Namun dalam kehidupan sehari-hari pun, Avery menyenangkan. Avery ceria dan bersikap apa adanya, sama sekali tidak manja apalagi genit. Meski wanita itu tak pandai memasak, Gabriel tak melihatnya sebagai kekurangan. Tak semua wanita harus pintar memasak, bukan? Setiap orang memiliki bakat dan minat masing-masing.
"Kalian sudah tidur bersama, kan?" kejar Sebastian.
Rasa panas merambat ke wajah Gabriel. Ini bukan kali pertama kedua sahabatnya itu dengan gamblang membicarakan seks, tapi ketika dirinya yang menjadi sasaran topik itu, Gabriel jengah.
Gabriel mengelus lehernya dengan tak nyaman.
Melihat itu Drake dan Sebastian tertawa bersamaan.
Gabriel mengertakkan rahang. Kedua sahabatnya itu memang berengsek, senang menggoda.
***
bersambung ....
jangan lupa love dan komen ya teman2
makasih
Instagram/Youtube/Threads: evathink
BTW, Novel cerita ini dan karya2 saya yang lainnya tersedia versi buku cetak, PDF dan ebook.
Buku cetak (READY STOCK) dan PDF, bisa diorder pada saya, WA 08125517788. PDF harganya jauh lebih murah dan ada PROMO GRATIS PDF untuk pembelian tertentu.
Untuk ebook tamat tersedia di GOOGLE PLAY BUKU & KARYA KARSA (unduh apk di playstore)
CERITA TETAP DILANJUTKAN DI WATTPAD SAMPAI TAMAT!
KAMU SEDANG MEMBACA
Avery and Her Ice Husband
Romance[Follow Evathink sebelum membaca, agar mendapat Info update!] Unexpected Love #3 Tak mau menikah dengan pria pilihan orangtuanya membuat Avery Larasati nekat mengklaim seorang pria asing yang ia temui di pesta sebagai calon suaminya. Adalah Gabriel...