3

3.3K 366 6
                                    

Temen2, aku info ya,
Gabriel punya temen, namanya drake dan sebastian, nah versi lengkap cerita mereka bisa dibaca di app
Karya karsa
Google play buku

3

"Bagaimana keadaan Papa? Apakah baik-baik saja?" tanya Gabriel begitu disambut Pak Hasto di pintu rumah. Ia tadi sedang duduk menyendiri di pantai Melawai ketika Pak Hasto menghubunginya.

"Tadi Dokter Seno sudah memeriksa Bapak. Tekanan darahnya tinggi. Sepertinya Bapak sedang banyak pikiran."

"Papa sudah minum obat?"

"Sudah."

Gabriel melangkah masuk ke rumah diikuti Pak Hasto, pria awal lima puluh yang telah belasan tahun menjadi tukang kebun, sopir sekaligus asisten pribadi Gunawan Vinson.

Gabriel masuk ke kamar sang ayah yang terletak di lantai dasar.

"Papa?" sapa Gabriel dengan suara dibaluri rasa cemas.

Gunawan Vinson yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang, mengangkat wajah dari tablet di tangannya.

"Gabriel," Gunawan tersenyum samar. "Papa sudah memesan Hasto agar tidak memberitahumu, tapi rupanya dia tak mendengarkan." Gunawan meletak tablet di atas ranjang di sisinya.

"Hasto sudah bertindak benar. Sudah sepantasnya aku diberitahu kondisi Papa."

"Papa baik-baik saja, Nak."

Gabriel menatap ayahnya dalam-dalam. Di awal enam puluh, wajah sang ayah tampak dihiasi kerut. Rambut yang dulu tebal dan hitam kini menipis dan beruban. "Apa ada yang mengganggu pikiran Papa?"

Sang ayah memang memiliki riwayat hipertensi. Namun selama ini semua cukup terkontrol. Gabriel yakin saat ini ayahnya sedang banyak pikiran hingga memicu naiknya tekanan darah.

Gunawan menatap sang putra, lalu menghela napas panjang.

"Apa, Pa?" desak Gabriel.

"Umurmu sudah tiga puluh dua tahun, Nak, tapi sampai hari ini kau belum mengenalkan kekasihmu pada papa."

Gabriel terdiam. Selama ini ia memang belum pernah mengajak satu wanita pun untuk dikenalkan pada sang ayah. Tadinya jika Claura menerima lamarannya, ia akan mengajak wanita itu menemui sang ayah.

"Kapan kau berencana menikah, Gab? Papa semakin tua. Papa ingin melihatmu menikah. Ingin menimang cucu."

Gabriel mengertak rahang. Ia jelas tak mampu memenuhi keinginan ayahnya itu dalam waktu dekat, bahkan lama. Claura telah menyakitinya sangat dalam. Gabriel tak yakin mampu membuka pintu hatinya untuk wanita mana pun lagi.

"Papa kesepian, Nak."

Pengakuan itu memukul Gabriel dengan telak. Selama ini ia tak pernah berpikir kalau ayahnya akan merasa seperti itu. Gabriel pikir adanya Hasto yang dengan setia menjadi teman bicara sepanjang waktu, kesepian tak akan pernah menghampiri ayahnya, bahkan sesenti pun.

"Menikahlah, Nak. Beri papa cucu-cucu yang cantik dan tampan. Papa akan sangat bahagia dan berterima kasih padamu."

***

Avery meraih selembar daun yang jatuh di pangkuannya dan memuntir pangkalnya dengan jari telunjuk dan ibu.

Sampai di usianya yang ke 28, Avery tahu ia belum pernah membuat kedua orangtuanya bangga. Ketika sekolah, ia hanya mendapat nilai pas-pasan. Setelah lulus kuliah, ia bahkan tidak berminat terjun membantu Ferdinan, sang kakak laki-laki, mengelola perusahaan ayah mereka. Ia justru membuka toko penyewaan komik dan novel. Sang ayah hanya geleng-geleng kepala dengan keputusannya itu, sementara sang ibu, memakluminya.

Tidak ada yang bisa dipaksakan, bukan? Avery tak suka berbisnis. Kesenangannya dalam membaca novellah yang akhirnya membawanya pada keputusan membuka toko penyewaan novel dan komik, yang sebenarnya untungnya tak seberapa.

Soal materi Avery memang tak perlu khawatir. Sampai saat ini pun, setiap bulan, uang jajan dari sang ayah rutin masuk ke rekening banknya. Terdengar menyedihkan mengingat ia bukan lagi gadis remaja, melainkan wanita dewasa, yang seharusnya sudah mandiri.

Avery tahu ayahnya akan sangat bangga padanya jika ia menikah dengan David Arsalan. Siapa yang tak kenal Aryo Arsalan yang kaya raya dengan bisnis berbagai bidang? Bermantukan seorang David Arsalan dan berbesanan dengan Aryo Arsalan tentu saja sangat membanggakan.

Avery mengembus napas panjang. Ia tak mau menikah dengan David Arsalan. Ia masih nyaman dengan kesendiriannya. Menikah dengan pria tak dikenal akan sangat menguras energi. Ia harus menyesuaikan diri dengan pria asing yang berstatus suaminya. Avery belum siap untuk itu. Apalagi jika kelak ternyata pria itu tak setia. Avery tak sanggup membayangkan bagaimana perasaannya apabila diduakan.

Jadi, apa yang harus ia lakukan?

***

Evathink
IG: evathink

Vote dan komen yang cetar yahh biar cpt update!

Avery and Her Ice HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang