9

2.4K 322 14
                                    

Teman2, versi tamat
> valencia and her devil husband
> pamela and her bastard husband
> avery and her ice husband

Tersedia di:
GOOGLE PLAY BUKU
KARYA KARSA
(Unduh app di google play)

Versi buku cetak bs order di saya, WA 08125517788

Cerita tetap dilanjutkan di wattpad sampai TAMAT!

9

Mentari Senin pagi bersinar cemerlang, masuk menembusi dinding kaca yang membentang dari lantai hingga langit-langit ruang kerja Gabriel Vinson.

Sayangnya sinar sang matahari tak mampu mengalirkan kehangatan ke dalam hati Gabriel Vinson yang sedang duduk di balik meja kerja dengan mata terpaku pada kartu undangan yang ada di tangannya.

Gabriel menghela napas panjang. Kartu undangan tersebut didesain dengan elegan, berlatar belakang merah hati dengan tulisan berwarna emas.

Dulu ia pernah mengkhayal membagikan undangan pernikahannya dengan Claura kepada relasi, sahabat dan teman-temannya, siapa sangka kini yang tercetak di sana bukan nama Claura, melainkan seorang gadis asing yang meringsek masuk ke dalam hidupnya.

Interkom di atas meja berdering membuyarkan lamunan Gabriel.

"Ya?"

"Ada Nona Avery Larasati ingin bertemu, Pak," kata Ashanty, wanita berusia awal tiga puluh yang telah tiga tahun menjadi sekretaris Gabriel.

"Suruh dia masuk."

Beberapa menit kemudian terdengar ketukan pelan dari pintu ruangan kerja Gabriel, lalu pintu terbuka dan menampilkan sosok gadis yang mengenakan blus berlengan sesiku dan celana jins ketat panjang hingga pergelangan kaki.

"Hai," sapa Avery ketika sudah berdiri di depan meja Gabriel.

Gabriel tidak membalas sapaan itu. Ia hanya menatap gadis di depannya dengan dingin.

Avery tersenyum salah tingkah. "Apa aku mengganggu?"

Gabriel menggeleng samar.

Avery menghela napas lega. "Syukurlah." Tanpa dipersilakan, gadis itu duduk di kursi yang ada di depan meja Gabriel. "Aku ingin bicara."

"Ya, katakan," kata Gabriel datar. Apa pun yang ingin dikatakan gadis itu, tentunya tak penting lagi, bukan? Rencana pernikahan mereka tak mungkin dihentikan.

"Aku ..., kau akan datang bukan saat kita menikah nanti?"

"Kenapa aku harus datang? Bukankah sudah kukatakan aku tak akan menikah denganmu?" Gabriel tahu ia tak bisa mundur lagi, ia tak mungkin mematahkan kebahagiaan ayahnya. Namun rasa dongkol membuatnya ingin mengerjai gadis itu.

Wajah Avery memucat. "Kau bercanda, bukan? Kau tak mungkin melakukan itu. Orangtua kita akan malu."

"Ya, itu karena ulahmu."

Avery terdiam dengan bibir dikatup rapat. Setelah sesaat ia menghela napas panjang. "Please ...."

"Pernikahan bukan perkara main-main, Nona."

"Avery. Kau bisa memanggilku Avery."

"Sadarkah kau ulahmu akan menghancurkan masa depan kita? Menikah tanpa cinta sama saja mengundang malapetaka." Lalu tatapan Gabriel menerawang, teringat pada Claura. Ia mencintai Claura. Ia juga yakin wanita itu mencintainya, tapi ternyata semuanya ilusi. Cinta hanya omong kosong!

"Aku tahu. Tapi kita tidak mungkin mundur. Aku ..., ayahku akan marah besar," suara Avery memelan. Awan mendung seketika menyelimuti wajah cantik itu.

Gabriel menatap wanita itu. "Kenapa aku? Ke mana kekasihmu?"

"Aku tak punya kekasih."

Gabriel tak merespons.

"Aku harap kau hadir di hari pernikahan kita, Gabriel. Aku janji, aku akan menjadi istri yang baik."

***

"Kau serius?"

Avery melirik malas sang sahabat. Silvia sudah menikah dan memilki seorang putra berusia tiga tahun. Saat ini Avery mengunjungi sahabatnya itu dalam rangka mengantar kartu undangan.

"Apa aku terlihat bercanda?" Avery cemberut. Saat itu menjelang pukul delapan malam, Avery dan Silvia duduk di sofa ruang keluarga, sementara suami Silvia menemani sang putra bermain mobil-mobilan tak jauh dari mereka.

"Tapi kenapa mendadak? Aku pikir kau tak memiliki kekasih." Kening Silvia berkerut.

"Memang tidak." Akhirnya Avery pun bercerita singkat apa yang terjadi.

"Gila! Ini gila, Avery! Kau tak boleh menikah dengannya! Pernikahan bukan perkara main-main. Sebaiknya kau berterus-terang pada orangtuamu."

Mendung menyelimuti wajah Avery. Ia menggeleng samar. "Please, Via, jangan memintaku melakukan itu. Aku butuh dukunganmu. Aku tak mungkin mundur atau Papa akan kecewa dan marah besar."

Silvia menghela napas panjang dan meremas lembut punggung tangan sahabatnya. "Tapi kau tak mungkin menikah dengan pria yang tak kaucintai dan tak mencintaimu, Avery. Kalian bahkan tidak saling mengenal."

"Aku tahu. Tapi aku tak punya pilihan lagi, Via. Dengan Gabriel atau David, aku tetap harus menikah."

***

Hmm, vote dan komen di part  sebelumnya sepi yahh.
Yuk vote dan komen yang banyaak biar cpt update ya, next minimal 300 vote 50 komen br update

Makasi tmn2

Avery and Her Ice HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang