°●°●°●°
Gue baru menyadari suatu hal, bahwa selama ini bukan kebahagiaan yang menjadikan kita bersyukur. Tapi Bersyukurlah yang menjadikan kita bahagia.
🍁Arselan Elfredo Huanran🍁
°●°●°●°
Seperti biasa, hari-hari telah berlalu dengan sendirinya tanpa disadari telah satu pekan berlalu. Arselan dengan perasaan gugup kini tengah menyelesaikan mengenakan pakaiannya, baju kemeja putih serta celana hitam panjang. Di lirik dasi bercorak garis biru-abu yang dia taruh di atas kasur bersamaan dengan jas hitam yang ada disebelahnya.
"Pake dasi? Aneh nggak ya? Keliatan norak nggak?" Guman Arselan sendiri sambil meraih dasi tersebut. Sambil menghadap kaca dia mencoba memasangkan dasi itu.
"Behhh ganteng pisan denn-!" ujar Bi Sum yang tiba-tiba sudah berada di dalam kamar Arselan. Yang dipuji langsung melonjak kaget melihat Bi Sum dengan wajah bahagianya melihat dirinya kini. "Bikin jantungan astaga," ujar Arselan sambil mendekati Bi Sum.
"Cakep pake dasi apa engga bi?"
Dari yang ada di tangan Arselan seketika di ambil alih oleh Bi Sum. "Den mau di gimanain aja tetep ganteng udah, pake gapapa toh nggak masalahkan?" ujarnya sambil memasangkan dasi pada pria yang lebih tinggi darinya. Dengan kesadaran diri Arselan sedikit menundukkan kepalanya untuk memudahkan Bi Sum memasangkan dasi itu.
"Den nggak bakal nyesel kan?" tanya Bi Sum memastikan keputusan Arselan yang sangat sangat beresiko buat kedepannya. Arselan hanya menganggukan kepalanya singkat sambil menatap seorang wanita yang selalu menemaninya sejak kecil, yang dia anggap sebagai ibu sendiri. "Kemarin jadi ngabarin orang tua aden?" tanya Bi Sum lagi.
"Ayah si biasa lah Bi Sum juga tau, kalo Ibu bodo amat ngamuk kek mau apa kek bodo amat yang penting udah ngabarin," jawabnya sambil mengambil jas hitam dan mengenakannya.
"Toh ini yang jalanin juga bukan mereka, ini pilihan Arselan yaudah ini tanggung jawab Arselan, syukur-syukur bisa dapet hidayah," lanjut Arselan sambil menaikan alisnya bersamaan.
Selama sepekan setelah dia menyatakan ingin memegang teguh ajaran islam, dia selalu menghabiskan waktu sepulang sekolah untuk mampir ke rumah Kenzo untuk di ajari berbagai macam dasar hal kewajiban sebagi seorang islam. Ya walaupun Kenzo juga semampunya membagikan ilmu yang dia tau, setidaknya menurut Arselan itu sangat-sangat membantu.
Hal yang membuat Arselan terkesan yakni saat dia mempelajari tentang Sholat yang Kenzo ajarkan. "Lo pernah liat orang sholatkan?" tanya Kenzo sambil membentangkan sajadah di lantai kamarnya.
"Jangan tanya gue, gue kalo ngeliat orang sholat kaya jungkat-jungkit doang, lo tau olah raga yang gini nggak? Kepala pundak lutut kaki lutut kaki.." ujar Arselan sambil memperaktikan gerakan lagu itu. Dengan pedenya Kenzo langsung menepuk lengan Arselan dengan keras. Dengan menahan sakit Arselan mengusap lengan yang tadi di pukul Kenzo.
"Sholat ga bole buat mainan woi," tegur Kenzo dengan menahan senyum. Tingkah Arselan yang kekanak-kanakan terlihat sangat konyol dan jarang terjadi.
Sebelum hal-hal ini terjadi Anak anggota geng Arselan yang lain sebelumnya mencurigai Kenzo melakukan suatu hal yang beresiko sendirian. Diam- diam mereka saat berkumpul di tengah malam seperti biasa mereka berbincang-bincang, tapi lama kelamaan obrolan tersebut justru memojokkan Kenzo.
Yang sudah pasti Kenzo langsung membuka rencananya perlahan dan meminta untuk anggota lain mendukungnya tanpa sepengetahuan Arselan. Ipul yang juga ikut memojokkan Kenzo tersenyum senang mendengar kabar keputusan Arselan yang ingin berpegang teguh pada agama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mɪsᴛᴀᴋᴇ
Genç Kurgu🄼🄸🅂🅃🄰🄺🄴 🄱🅈 🄳🅄🅁🄰🄷_🄼🅄🄼🅃🄰🅉. Lewat kesalahan aku menganal kata maaf dan memaafkan. Lewat kata maaf akupun mampu memperbaiki kesalahan. Semua berawal dari 'kesalahan'. -Nadra Shayma Zeamaya- cerita ini di ciptakan dari otak halu saya...