Hai aku kembali, yuk vote sebelum membaca dan... Kuy komen sebanyak-banyaknya^^
Happy reading ❤
(Hari yang cerah tetapi tidak untuk Bening)
~~~~~~~~~
Oh no! Arghhh kenapa sih pakai terkirim segala emot berbentuk hati itu pada Langit, saat Bening ingin menghapusnya, namun sayang beribu sayang Langit sudah membacanya dan Langit bilang mau dibingkai? Yang benar saja!
"Aaaa gimana nih?" Bening mondar-mandir di kamarnya. Ini sudah pagi dan ia siap pergi ke sekolah cuma tinggal pasang jilbab aja lagi.
Akhhh mau ditaruh dimana mukanya saat ketemu sama Langit? Ah, sudahlah Bening tidak peduli lagipula itu gak sengaja terkirim.
Bening menguncir rambutnya tetapi dia dikejutkan dengan suara gedoran pintu kamarnya.
"Woy Bening buka!" Perintah seorang dari luar, Bening tau betul suara ini yang tak lain adalah teman se-kostnya.
"Sabar Mbak!" Teriak Bening dari dalam, ia buru-buru ngambil jarum pentul dan memasang jilbabnya.
Bening membuka pintu dan tampak wajah teman kostnya itu.
"Ada apa sih Mbak, gedor-gedor pintu pake teriak, kaya orang utan tau!"
"Gue tadi baik-baik manggil lo, lo aja kali gak denger makanya gue teriak." Bening berdehem "ya, ada apa Mbak pagi-pagi ke kamar ku?" tanya Bening. Lihatlah orang didepannya ini rambut berantakan seperti baru bangun tidur dan masih memakai daster tipisnya.
Tangan Bening langsung ditarik mendekat. "Ada cowok yang nyariin lo dipagar, katanya mau barengan lo ke sekolah, cogan njir cie cie," goda Kakak kost itu dan membuat Bening menatapnya sinis.
Siapa yang mau barengan ke sekolah? Cowok pula! Hadeuh semoga aja bukan Langit, tapi kalau bukan Langit siapa lagi? Pikir Bening.
"Buruan elah, malah ngelamun," tegur Kakak kost itu sambil mencubit hidung Bening.
"Iya-iya ih, merah nih." Bening pergi ke kamar untuk mengambil tasnya lalu ia keluar dan mengunci kamar kostnya. Ia pamit dan menyalami tangan Kakak kostnya itu, bagaimanapun juga Kakak kost itu lebih tua.
"Bening pergi dulu." Imbuhnya.
"Cie-cie dijemput doinya ya?" Goda Kakak itu lagi.
"Doi itu apa Mbak?" tanya Bening. Kakak kost itu langsung memukul keningnya sendiri, ia lupa kalau Bening gak ngerti tentang begituan.
"Gak ada, udah sono sekolah belajar yang bener," ucapnya dan Bening menganggukkan kepala.
Bening menuju ke pagar, sebelum sampai di pagar, sosok Langit sudah terlihat di indra mata Bening. Kan sudah Bening duga kalau bukan Langit siapa lagi?
Bening keluar membuka pagar dan menutupnya kembali. Langit yang menyadari itu, ia senyum dengan lebar hingga matanya berbentuk senyuman juga. "Barengan kuy?" Ajak Langit yang masih aja tersenyum.
Bening hanya menganggukkan kepala, mereka pun berjalan kaki menuju ke sekolah, Bening yang baru tau ternyata Langit jalan kaki juga bukan dengan motor, lantas ia bertanya.
"Lo jalan kaki ke kost gue?"
"Yap, lumayanlah olahraga biar tubuh gue sehat," jawabnya, lagipula ia lebih jalan kaki sama Bening tetapi tau batasan juga. Langit rela bangun pagi-pagi banget buat ke kost Bening.
"Oh ya. Makasih lho love nya, hahaha," ketawa Langit yang masih saja teringat pesan dari Bening semalam.
Bening berdecak "udah gue bilang Langit, gue salah kirim emot elah." Kesal Bening.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bening
Teen Fiction[ Wajib Follow akun Author sebelum membaca❤] Gadis sederhana berasal dari kampung yang pergi dan menempuh pendidikan di ibu kota. ia pergi ke kota karena amanat yang diberikan ibunya sebelum beliau meninggal, dan juga ada sesuatu yang harus ditemuk...