Tiga puluh satu

16 3 0
                                    

Happy reading guys
.
.
.
.
.
"Demi dia, kamu terus melakukan pertarungan saudara bersamaku!"
-unknow

"Putri matahari..." Gumam pria berjubah hitam itu, bibirnya sedikit tersenyum, namun matanya masih begitu memancarkan kemarahan.

"Untuk apa? Dia?" Ucap pria berjubah hitam itu menunjuk Alaska dengan nada dinginnya membuat asya terdiam.

"Kamu sudah tau alasanku-" asya men jeda ucapannya dan dengan gerakan kilat melepas topeng pria berjubah hitam.

"-hentikan Arthur!" Lanjut asya dengan nada tajamnya.

"Tidak mungkin!" Ucap Flo dan Khanza yang sudah berwujud manusia kembali dengan bersamaan.

"Itu raja Arthur!" Ucap semuanya terkejut, namun Kenzo menutupi rasa terkejutnya dan hanya menatap Arthur tak percaya.

"Untuk kedua kalinya pula, berikan aku penjelasan yang masuk akal!" Teriak Arthur, aura yang terasa begitu membunuh menyebar dengan cepat dari tubuhnya, bahkan asya sedikit mundur.

"Kak, bukan ini yang bunda dan ayah mau!"

"Maksudmu mereka ingin kita mengabaikan pembantaian keluarga kita dan berbalik berkhianat melindungi pembunuh mereka?!" Teriaknya marah membuat asya menggeleng.

"Bukan, apakah kamu masih tidak mengerti?" Ucapnya dibalas gelengan tegas dari Arthur, perlahan asya tersenyum dan menyentuh perutnya.

"Kau!" Ucap Arthur terkejut dan langsung menatap Alaska dengan Tajam.

"Ya," ucap asya pelan.

"Bajingan!" Marah Arthur melepaskan jubah hitamnya, semua terkejut melihat pemandangan setelahnya, dua buah sayap yang sangat kontras, rambut hitam panjang yang menjuntai layaknya raja di zaman dahulu, dengan dua buah pedang hitam ditangannya, dengan cepat Arthur berlari mendekati mendekati Alaska membuat semuanya terkejut.

"Kenapa ia menjadi lebih marah?" Ucap Dirga yang tengah dipapah oleh Khanza.

Baru saja Arthur ingin menebaskan pedangnya untuk memenggal Alaska, asya lebih dulu menghalanginya menggunakan pedang miliknya.

"Haruskah kita mengulang ratusan tahun lalu?" Ucap asya tertunduk.

"Menyingkirkan matahari, aku tidak ingin membunuhmu!" Ucap Arthur marah dan tetap berusaha untuk membunuh Alaska, mungkin jika asya tak menghalanginya, Alaska mungkin sudah mati puluhan kali di tangan Arthur.

"Kenapa?"

"Karena kau satu-satunya keluarga yang aku punya, sudah puas? Menyingkirlah!" Teriak Arthur seraya sedikit mendorong asya hingga menjauhi Alaska, mengambil kesempatan itu Arthur kembali melayangkan pedangnya pada Alaska yang tak lagi bisa bertarung akibat cideranya yang cukup parah.

"Jelita, bisa bantu lindungi Aska?" Lirih asya membuat jelita terkejut, namun tak urung mengangguk, dalam sekejap sebuah barier berwarna silver menutupi tubuh Alaska, melindunginya dari serangan Arthur yang juga ikut terkejut.

"Jelita bagaimana bisa?" Ucap Alaska dan Flo berbarengan, jelita tersenyum.

"Aku tidak pernah bilang aku seorang manusia biasa bukan, aku juga seorang wizard, dari negeri galaksi," ucap jelita menjelaskan, Arthur bedecih dan membaca mantra nya hingga jelita terpundur nyaris terhempas, namun dengan cepat jelita membaca mantra memperkuat bariernya.

Slinggggg

Dengan cepat Arthur menangkis sebuah anak panah yang melesat kearahnya, terkejut melihat lambang di anak panah itu, itu adalah panah milik Maurin yang diberikan pada asya, panah ratu malaikat.

Light and darkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang