Sembilan belas

17 3 1
                                    

Happy reading guys
.
.
.
.
.
'memangnya jika jiwaku masih utuh kau mau denganku?'
.
.
.
.
.

Di hutan kini sudah terlihat gelap, bulan menunjukan bentuk sempurnanya dengan cahaya yang sangat terang, namun beberapa saat cahayanya berubah menjadi sedikit kemerahan, terlihat seorang laki-laki yang tengah memeluk seorang wanita yang sedikit lebih pendek.

"Aska ini udah malam," ucap jelita yang tengah berada dalam pelukan Alaska, sebenarnya Alaska sempat memasuki portal di detik terakhir sebelum portal tertutup sempurna, sedangkan masalah jelita, wanita itu memaksa ikut, bahkan sampai mengundang kemarahan Yura yang biasanya selalu sabar, bagaimana tidak, situasi kali ini bukanlah permainan atau hal yang cocok untuk dijadikan waktu berbulan madu, ditambah lagi jelita adalah seorang manusia biasa, akan sangat berbahaya berada di tempat yang bernama Aurora ini.

"Aku kan sudah bilang tidak usah ikut," jawab Alaska membuat jelita merajuk.

"Kita bahkan baru menikah, dan kamu ingin meninggalkanku?"

"Bukan begitu jelita, ini hanya sementara!"

"Tidak akan, kamu harus selalu membawaku dan menjaga ku kan?" Tanya jelita menengadah menatap Alaska yang juga menatapnya.

"Iya," ujar Alaska setelah menghela nafas lelah, namun tak lama seseorang berlari kearah mereka dengan wajah yang menggunakan cadar merah dengan rambut pirangnya.

Swussss.....

Skras!

Tes.

"Arg!" Dingin Alaska saat sebuah cakaran mengenai lengannya yang menghalang serangan yang mengarah pada jelita, sedangkan jelita tersentak kaget hingga tanpa sengaja mengeluarkan sedikit kekuatan es nya, kekuatan yang disalurkan dari kalung kerajaan milik Alaska yang pria itu serahkan pada jelita sebagai hadiah, itu membuat jelita bisa mengeluarkan sedikit kekuatan es, tapi tetap saja kekuatan itu tak stabil.

Syut....

Sebuah gumpalan es milik jelita melesat mengenai wajah wanita bercadar itu hingga cadar itu lepas dari wajahnya, dengan kepala yang masih tertunduk wanita berambut pirang itu mengeluarkan cahaya biru dari telapak tangannya, sihir es.

"Itu....." Kaget Alaska, namun terlambat jelita berlari untuk menyerang wanita pirang yang menegakkan kepalanya dengan perlahan, sepasang mata terasa familiar dalam ingatan Alaska, namun tidak dengan kedua manik merah darahnya yang membuatnya terasa begitu asing.

"Sky?" Bingung Alaska, sedangkan sekarang sky mengeluarkan kedua taringnya hendak menggigit jelita yang memiliki darah segar dalam tubuhnya, cakarnya terus saja berusaha mencabik jelita, begitupula dengan jelita yang terus menghindar hingga kelelahan, namun nafsu untuk membunuh dalam diri sky membuatnya lengah hingga jelita mendapatkan kesempatan untuk menusukkan sebuah bongkahan es yang begitu runcing dan tajam tepat pada dada sky.

"Jelita jangan!" Teriak Alaska, namun jelita sudah lebih dulu meluncurkan serangannya.

Crasssss

Tes

Tes

Tes

Light and darkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang