22 - Keberangkatan Aldy

103 16 0
                                    

"Aku yakin seratus persen Mamas bakal kangen aku nanti di sana, kenapa? Karena istrimu yang satu ini hanya ada satu di dunia dan yang paling cantik! Udah gitu ngangenin lagi."

***

Hari itu, tepatnya hari senin pagi, Kota Jakarta di guyur hujan deras semenjak subuh tadi. Tak henti-hentinya wanita itu berdiri di depan jendela ruang tengah rumahnya menatap ke arah luar jendela dengan tatapan cemas. 

Ia khawatir dengan suaminya yang baru saja berangkat sepuluh menit yang lalu menuju kantor dengan membawa mobil pribadinya. Hari itu, sang suami akan menjalankan proyek di luar kota bersama dengan rekan kerjanya yang lain.

"Duh, si Mas bakal baik-baik aja 'kan?" gumamnya khawatir.

Sementara sang istri cemas di rumah, sang suami kini sudah berada di kantor untuk berkumpul dengan teman-teman dan rekan kerjanya yang lain.

"Gimana? Udah siap?" tanya Andy yang melihat Aldy datang dari pintu masuk kantor.

"Udah," jawab Aldy.

"Siap!" sambung Redinta.

Andy mengangguk mantap, lalu segera mengajak mereka berdua bergegas menuju mobil pribadi Aldy untuk segera berangkat menuju Bandung.

Aldy termenung sejenak, ucapan sang istri kembali terngiang di telinganya sebelum ia berangkat pagi tadi. 

"Aku yakin seratus persen Mamas bakal kangen aku nanti di sana, kenapa? Karena istrimu yang satu ini hanya ada satu di dunia dan yang paling cantik! Udah gitu ngangenin lagi."

Seulas senyuman terbentuk di bibirnya, dan tanpa ia sadari Redinta yang duduk di bangku sebelah bangku pengedumi, memperhatikan Aldy yang tengah tersenyum secara diam-diam.

"Woy! Fokus, Al, jangan senyum-senyum sendiri lo. Kesambet apa sih?" tegur gadis itu.

Aldy sedikit terkejut dengan teguran gadis itu yang tiba-tiba. "Hmm."

Aldy kembali memfokuskan pikirannya ke depan, ia singkirkan dulu jauh-jauh tentang hal lainnya. Keselamatannya juga teman-temannya sangat penting sekarang ini.

***

Luika Grasenda Simanuel, kini wanita itu tengah berada di rumah kedua orang tuanya. Untuk sementara waktu, ia akan kembali dulu ke rumah tersebut karena merasa tidak aman jika tinggal sendirian di rumah pribadinya. 

Mama dan papanya juga menyuruh anak semata wayangnya itu untuk tinggal bersama mereka saat Aldy tidak bersama dengannya. Awalnya Lui menolak karena tidak enak, namun sepertinya hal itu hanya akan menambah beban pikrian kedua orang tuanya nanti jika ia nekat untuk tinggal sendiri.

"Aldy udah sampai mana, Nak?" tanya sang papa, Leon Simanuel.

"Hm? Kayaknya masih di jalan deh, Pa, soalnya handphone-nya belum aktif," jawab Lui.

Leon mengangguk-angguk paham lalu mengambil cangkir kopinya dan menyeruputnya perlahan. Tak berselang lama, dari arah pintu masuk tiba-tiba ada seseorang yang menekan bel rumah Lui dua kali.

"Siapa ya?" gumam Lui.

"Bukain, sayang," suruh Leon kepada putrinya.

Astheneia 2: End With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang