"Kamu siapa sih? Kok masih berani naruh rasa dan juga harapan ke dia yang udah jadi milik orang lain? Sopan 'kah begitu? Yuk sadar yuk!"
***
"Lo masih punya perasaan ke Aldy?"
Pertanyaan itu terus terngiang di telinganya sejak pagi tadi, membuat gadis ini tidak bisa fokus bekerja seharian. Sekarang pun, saat sedang menulis laporan, berkali-kali ia salah dalam menuliskan kalimatnya dan mengingat jumlah angka-angka yang seharusnya ia tulis.
Tangannya meremas rambutnya dengan sangat frustasi, dilema adalah satu hal yang cocok untuk dirinya saat ini. Sedetik kemudian ia mengangguk, yang ia perlukan adalah penenangan diri, ya benar.
Dengan langkah lesu, gadis itu berjalan keluar dari kamar dan menuju dapur untuk mengambil dua kaleng minuman bersoda yang sudah disediakan oleh perusahaan untuk mereka. Namun, langkahnya terhenti ketika kedua matanya menangkap sosok Aldy yang tengah duduk di salah satu kursi meja makan.
Redinta merasakan degupan jantungnya bertambah keras sekarang ketika mengetahui jika Aldy melihat kehadirannya di sana.
"Re? Belum tidur lo?" tanya Aldy lalu meneguk sekaleng sodanya.
Redinta memegangi tengkuknya karena gugup. "Hmm."
"Duduk gih," suruh Aldy yang langsung diangguki kepala oleh Redinta.
Redinta diam, seperti mati kutu di depan lelaki itu. Aldy yang melihat itu 'pun merasa anehd engan gadis di depannya ini. Tidak seperti biasanya, pikir Aldy. Karena salting sama elu bang.
"Napa lo? Sakit? Lesu gitu," tanya Aldy setengah khawatir.
"Hah? Nggak, gue cuman ... Kepanasan hehe," jawab Redinta mencoba mencari alasan.
Aldy mengerutkan keningnya karena bingung. "Aneh, di luar lagi hujan padahal."
Redinta merutuki dirinya karena kebodohannya sendiri. Bagaimana ia bisa lupa jika di luar tengah hujan deras?
"Hm, gak tahu gue kepanasan aja, emang suka gak jelas nih badan gue, hehehe." Redinta kembali memutar otak untuk beralasan, walaupun ia tahu jika alasannya ini tidak masuk akal.
Sebenarnya ia bingung dengan alasan gadis itu. Namun, ahh sudahlah Aldy tidak ingin mengambil pusing dengan betanya lebih lanjut.
"Oh ya, gimana kabar istri lo?" tanya Redinta basa-basi. Nyari penyakit atau gimana nih mba?
"Baik, hm ... Kalau boleh gue cerita, ada satu hal yang mau gue bagi ke lo," jawab Aldy.
"Apa tuh?" tanya Redinta antusias.
Aldy menurunkan buku yang menjadi bacaannya sedari tadi, ia menegakkan punggungnya dan memajukan tubuhnya ke depan. Redinta bertambah gugup dengan keadaan seperti ini, wajah Aldy begitu dekat dengannya sekarang ini. Dan ia bisa melihat jelas lekuk tampan wajah lelaki itu. Ya ampun, tahann!!
"Lo mau tahu? Kemarin gue dapat kabar bahagia banget," ucap Aldy mengawali pembicaraan mereka.
Redinta bertambah penasaran tentunya. "Apa emangnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Astheneia 2: End With You
Romance(SEQUEL ASTHENEIA) Kembali lagi dengan mereka berdua.. Mereka yang seperti matahari dan salju.. Mereka yang seperti tetesan air hujan dan batu.. Mereka yang sekarang telah bersatu dalam hangatnya cinta.. Dan mereka yang sekarang telah bersatu karena...