"Membangun benteng persembunyian setinggi-tingginya, hanya itu cara agar aku bisa bertahan hidup, setidaknya sampai makhluk kecil ini bernapas di muka bumi."
***
Duduk termenung sendirian di bawah dinginnya malam adalah salah satu rutinitas yang dilakukan oleh pria itu. Setiap hari, bahkan setiap malam ada saja bahan untuk membuatnya termenung lama, ntah sebuah masalah atau bukan, ntah kecil atau besar.
Namun, alasan yang membuatnya termenung malam ini sungguh berbeda. Sudah berulang kali ia memastikannya dan berpikir positif, tetapi tetap saja pikiran-pikiran negatif masih berputar-putar di dalam kepalanya.
"Masa sih yang gue liat kemarin sore itu Lui?" gumamnya bertanya-tanya.
Kerutan di keningnya bertambah dalam. "Kalau emang cuman check up kenapa nangis?"
"Rald!" panggil seseorang dari arah belakang.
Pria yang dipanggil namanya itu segera menoleh dan menemukan temannya, Danis sudah berada di balik pagar rumahnya. Dengan segera, Gerald berjalan ke arah pria itu dan membukakan pintu pagar untuknya.
Malam ini, mereka berdua berjanji untuk main PS bareng di rumah gerald. Aktivitas yang biasa mereka lakukan dulu, semasa putih abu-abu.
***
"Lo beneran mau balik lagi?" tanya gadis itu kepada Aldy.
"Hm, gue harus balik, firasat gue gak enak," jawab Aldy yakin.
Redinta menghela napas berat, ia melemparkan tatapan lelah ke arah Aldy lalu Andy. Andy menepuk pundak Aldy, membuat pria itu menolehkan kepalanya ke arah Andy.
"Kali ini kenapa lagi? Lui kumat lagi mabok-maboknya?" tanya Andy yang disambut tawa kecil dari Redinta.
Aldy menatap gadis itu tajam, lalu kembali menatap Andy. "Lo berdua kalau gak tahu apa-apa mending diem deh, istri gue lagi hamil!"
Setelah mengatakan hal itu dengan penuh penekanan, Aldy memilih untuk pergi dan masuk ke dalam kamarnya.
Sementara Andy dan Redinta kini saling bertatapan heran. Keduanya menghela napas gusar, tak ada niatan sedikit pun bagi mereka untuk mengejek Lui.
"Lo sih, pakai ketawa segala, salah paham 'kan dia," omel Andy.
"Ih, lo sih pakai ngomong kayak gitu, gue kira becanda anjir," balas Redinta.
"Dahlah, gue laper mau makan," ucap Andy lalu beranjak dari sofa menuju dapur.
"Mau dong." Redinta langsung berekasi cepat ketika mendengar kalau Andy akan membuat makanan di dapur.
Andy berjalan menuju dapur dengan diikuti oleh Redinta di belakangnya. Sedangkan Aldy, kini sedang bertelepon ria dengan istrinya. Saling bertukar kabar malam itu karena ia tidak sabar untuk mendengar kabar Lui.
"Kamu beneran nggak kenapa-napa 'kan, sayang?" tanya Aldy kepada Lui di telepon.
Hanya hening yang ia dengar di seberang sana. Aldy mengerutkan keningnya dan mengepal tangannya kuat-kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astheneia 2: End With You
Romance(SEQUEL ASTHENEIA) Kembali lagi dengan mereka berdua.. Mereka yang seperti matahari dan salju.. Mereka yang seperti tetesan air hujan dan batu.. Mereka yang sekarang telah bersatu dalam hangatnya cinta.. Dan mereka yang sekarang telah bersatu karena...