"Kamu tahu nggak, satu hal yang aku suka dan satu hal yang aku benci? Menunggu... Di satu sisi aku suka menunggu, apalagi menunggu hujan turun. Tapi, di sisi lain aku benci untuk menunggu. Ya, menunggu kabarmu."
***
Di bawah rindangnya pohon beringin, seorang perempuan terduduk lesu sambil memegang botol air mineral di tangannya juga sebuah botol obat yang senantiasa berada di tas ransel kecilnya. Pandangannya kosong menatap lurus ke depan, ntah apa yang sedang dipikirkannya.
Tanpa ia sadari, dari kejauhan seseorang tengah memperhatikannya dengan pandangan yang sulit diartikan. Seperti bertanya 'ada apa dengan perempuan itu?'. Namun, lebih seperti 'apakah dia baik-baik saja?'
Satu pikiran terbersit dalam benaknya, 'kamu bukan siapa-siapa buatnya', seperti tamparan telak untuk pria bertubuh semampai itu. Enggan untuk bertanya, ia mengurungkan niat untuk melangkah maju mendatangi perempuan itu.
Sementara itu, dari belakang perempuan itu, seseorang menepuk pundaknya membuat lamunan Lui buyar seketika.
"Eh? Grac?" sapa Lui kepada temannya satu kampus itu.
"Haii, Lui." Grac menyapa balik Lui dan duduk di sampingnya.
Lui tersenyum ke arah Grac yang duduk di sampingnya. Lui kembali memandang lurus ke depan dengan tatapan kosongnya tadi. Pikiran-pikiran yang tadinya sempat buyar, kini terajut kembali seperti semula.
Grac yang merasa heran dengan kediaman Lui 'pun menoleh dan mendapati Lui tengah tenggelam dalam lamunannya sendiri. Grac merasa ada yang aneh dengan temannya itu, namun ia memilih untuk tidak mempertanyakan hal itu dan mencoba untuk mencari topik yang lain.
"Eh iya, Wi. Ada murid baru loh, pindahan dari luar kota," celetuk Grac mengalihkan perhatian Lui.
"Hm? Siapa emang, Grac?" tanya Lui sembari menoleh ke arah gadis itu.
"Hmm, gue kurang yakin sih, tapi kalau nggak salah namanya..."
***
Langkah kakinya melambat ketika ucapan Grac kembali terngiang di telinganya. Lui kembali berpikir dan berpikir lagi. Bukankah dia berada di luar negeri? Dan bukan di luar kota.
Pandangannya tertuju pada satu punggung lebar yang sedang berjalan tak jauh darinya, berada tepat di hadapannya. Lui seperti mengenal punggung ini, apakah ini orang itu? Mahasiswa pindahan yang tadi Grac ceritakan.
Lui menyusul langkah pria itu dan kini ia sudah berada di sampingnya. Lui mengintip pria itu dengan mencondongkan sedikit tubuhnya ke depan, membuat rambut panjangnya tergerai ke bawah dan membuat pria itu terkejut setengah mati.
"Astagfirullah! Lui bikin kaget aja sih lo," kaget pria itu sampai beristighfar.
"Kak Gerald? Kok nggak ngasih tau Lui kalau bakal pindah ke sini?" tanya Lui tanpa basa-basi.
Gerald menghela napas berat. "Baru mau ngasih tahu pas ketemu lo, gue gak ada ngeliat lo tadi soalnya."
"Hm? Masa sih?"
"Hmm, emang lo ada ketemu gue tadi?" tanya Gerald membalikkan pertanyaan tersebut.
Lui nyengir tidak berdosa. "Nggak ada sih heheh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Astheneia 2: End With You
Romansa(SEQUEL ASTHENEIA) Kembali lagi dengan mereka berdua.. Mereka yang seperti matahari dan salju.. Mereka yang seperti tetesan air hujan dan batu.. Mereka yang sekarang telah bersatu dalam hangatnya cinta.. Dan mereka yang sekarang telah bersatu karena...