- 30 Sebuah Prasangka

127 15 0
                                    

"Kamu nggak perlu kerja, karena itu tugas aku sebagai suami kamu, yang perlu kamu lakuin adalah jagain diri kamu baik-baik juga malaikat kecil yang ada di dalam rahim kamu, sayang."

***

Sebulan berlalu dengan cepatnya, kini usia kandungan Lui sudah menginjak empat bulan dua minggu. Perut yang tadinya langsing, kini bertambah menjadi buncit, kalau kata Vira seperti orang yang terkena penyakit cacingan.

"IH VIRA JAHAT BANGET!!" kesal Lui ketika mendengar Vira mengucapkan jika dirinya seperti orang cacingan.

"Hahaha, lah emang beneran kali," jawab Vira dengan tawa yang menggelak.

Lui memajukan bibir bawahnya ke depan lebih beberapa centi lagi. Bukannya menghibur, Vira malah membuatnya kesal. Padahal 'kan niat awal Lui menelepon video sahabatnya satu itu karena sedang kesepian. Tapi yang ia dapatkan adalah ejekan dari Vira.

"Kamu jahat, males ah," ucap Lui ngambek.

"Dih ngambek, awas loh anak lo ntar tukang ngambek juga kayak maknya." Vira semakin gencar untuk menggoda sahabatnya itu, membuat Lui marah adalah salah satu hobby-nya sejak dulu.

Lui melemparkan tatapan sadis ke arah Vira yang masih tertawa geli. Dasar sahabat nggak ada akhlak! 

"Hahah udah ah, eh Lui, lo semenjak hamil nggak ada ngidam gitu?" tanya Vira mengalihkan perhatian Luika.

Wanita itu mulai berpikir dan mengingat-ingat, kapan terakhir kali dirinya seperti itu. "Hmmm ... Seminggu yang lalu kayaknya deh."

"Oh ya? Minta apa lo sama Aldy?" 

"Minta dibeliin ketoprak jam tiga subuh hehehe," jawab Lui sambil nyengir lebar. Kalau diingat-ingat lagi, jahat sekali dirinya saat itu yang menyuruh suaminya untuk keluar pagi-pagi buta.

Vira menggumam singkat, "Hmm, masih normal lah ya."

"Eh? Itu normal?" 

"Yaiyalah jaenab! Yang nggak normal tuh minta dibeliin lamborghini sama minta dibawa ke pinggir air terjun pakai rumah terbang," jawab Vira ngeggas.

Lui tertawa mendengar gaya bicara Vira yang tidak santai, melihat Lui tertawa, Vira hanya menggeleng pelan sambil tersenyum kecil. Tiba-tiba, rasa nyeri di bagian kanan atas perut Lui membuatnya menghentikan tawanya. 

"Aww.. sshh.." Lui mendesis menahan sakit yang ia rasakan di bagian sana.

"Lui? Lo kenapa?" tanya Vira khawatir.

"Nggak papa, kayaknya efek hamil deh hehe. Hmm, Vira aku matiin dulu ya, mau mandi hehe," jawab Lui yang mencoba menahan rasa sakit itu ketika di depan sahabatnya, ia hanya tidak ingin membuat Vira cemas.

"Hmm okey deh, tapi lo beneran nggak papa, Wi?" tanya Vira yang masih khawatir dengan kondisi sahabatnya.

"Iya Vira, aku nggak papa, kamu jangan cemas deh," jawab Lui mencoba meyakinkan Vira.

Vira mengangguk mengerti dan mereka pun mengakhiri panggilan tersebut. Lui meringis kesakitan lagi ketika rasa nyeri itu timbul dalam waktu yang lumayan lama. Hal ini bukan pertama kalinya ia rasakan, dari beberapa hari yang lalu sakit ini sudah menyerang bagian atas perutnya. Ntah apa yang sedang terjadi dengan perutnya sekarang.

Astheneia 2: End With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang