***
Happy Reading Everyone
***
.
.
.
..
"Harus seperti apa lagi aku mendeskripsikan rasa bahagia ini? Aku bingung, sangat bingung, sangking bahagianya aku sampai tidak tahu harus memakai kosa kata apa untuk menggambar seluruh kebahagiaanku."
***
USAPAN lembut ia rasakan di puncak kepalanya, membuat kedua matanya berkedip-kedip dan akhirnya berusaha untuk terbuka walaupun kantuk masih menyerangnya.
"Pagi, sayang," sapa seseorang itu dengan suara beratnya yang khas.
Telinganya selalu menyukai suara berat itu, ia tersenyum lalu membalas sapaan dari seorang pria muda yang sekarang sudah menjadi suaminya.
"Pagi, Mas suami."
"Mas suami?" Pria itu bingung dengan penyebutan wanita di sampingnya.
"Iyaa, panggilan Mas dari aku heheh," jawab wanita itu.
Tawanya terbit, terdengar hingga ke telinga wanita ini, membuatnya juga ikut tertawa kecil. Tak lama, pria itu turun dari kasur dan segera berjalan menuju keluar kamar.
"Mas Aldy," panggil wanita itu.
"Apa?" jawab pria bernama Aldyan itu.
"Mau kemana?"
"Mandi, ikut?"
"Ikuttt."
Aldy tertawa, "Yaudah ayoo."
Lui segera turun dari kasurnya dan mengekor di belakang Aldy. Mereka berdua melangkah menuju kamar mandi yang terletak persis di samping kamar kedua pengantin baru ini.
***
SELESAI memakai pakaian dan menata kembali tempat tidurnya, Lui segera keluar dan berjalan ke dapur. Aldy sudah berada di sana rupanya, Lui memperhatikan Aldy yang sedang duduk di meja makan sambil mengetik sesuatu di laptopnya. Di sampingnya terdapay secangkir kopi hangat buatan Aldy sendiri.
"Mas ngapain?" tanya Lui yang segera mengambil duduk di samping Aldy.
"Ngecek kerjaan," jawab Aldy sekenanya.
"Hmm, emang udah langsung kerja ya? Bukannya kemarin katanya ngambil cuti?"
"Untuk hari ini doang, besok nggak." Aldy menjawab dengan mata yang menatap lurus ke layar laptop, tidak memandang ke arah Lui sama sekali.
Namun, Lui paham sekali watak alami Aldy seperti ini, seberapa dingin dan cueknya suaminya itu, dan seberapa menyakitkannya kata-kata Aldy ketika sudah mencaci seseorang.
"Mas nggak mau nanya Lui lanjut masuk kampus kapan?" pancing Lui.
"Kapan emang?" tanya Aldy.
"Seminggu lagi."
"Ohh." Hanya itu yang keluar dari mulutnya.
Lui menghela napas panjang, lalu memilih untuk tidak mengganggu pria itu mengerjakan pekerjaannya. Usia mereka memang hanya terpaut dua tahun, tetapi Aldy sudah lebih dulu lulus kuliah dibanding Lui.
Tak heran mengapa Aldy cepat mendapatkan gelar sarjananya, sudah jelas karena pria itu memiliki IQ yang tinggi dan di atas rata-rata. Hal itu sudah dibuktikan oleh Aldy yang hanya berkuliah selama empat tahun kurang tiga bulan. Jurusan yang ia pilih adalah arsitektur, jurusan yang sangat ia gemari, namun tidak digemari oleh ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astheneia 2: End With You
Romance(SEQUEL ASTHENEIA) Kembali lagi dengan mereka berdua.. Mereka yang seperti matahari dan salju.. Mereka yang seperti tetesan air hujan dan batu.. Mereka yang sekarang telah bersatu dalam hangatnya cinta.. Dan mereka yang sekarang telah bersatu karena...