16 - Have a Baby?

298 31 3
                                    

🦋Happy Reading Everyone🦋
.
.
.
.
.

"Tanggung jawab terbesar sepasang insan adalah ketika mereka mampu memberikan dan melahirkan sebuah kehidupan baru ke dunia ini."

***

Pagi-pagi sekali, Lui sudah bangun dari tidurnya dan mengecek ponsel yang tertelungkup di atas nakas samping tempat tidurnya. Jam masih menunjukkan pukul enam pagi, Lui memutuskan untuk duduk dan melihat sekitar.

Pandangannya berenti menatap ke arah seorang gadis yang ada di sampingnya, itu sahabatnya, Vira. Lui menghela napas lega lalu memutuskan untuk berjalan menuju kamar mandi. Hari ini masih ada jadwal kuliah, dan tidak mungkin Lui membolos hari ini.

Hari ini sangat penting untuk dirinya karena sebuah pengumuman tentang skripsinya akan diumumkan hari ini oleh dosen pembimbing. 

BRAKK!!!

Suara keras itu membuat Vira sontak terbangun dan terduduk di tempatnya. Matanya menatap awas ke sekeliling kamar hotel, mencari sumber suara itu.

"Eh jatoh," celetuk Lui yang ternyata adalah sumber dari keributan itu.

"Ya ampun Lui lo ngapain sih pagi-pagi udah ribut aja? Gak tau apa gue baru tidur jam tiga tadi?!" bentak Vira marah karena Lui membangunkannya.

"Eh iya sorry sorry, ini make up Lui jatuh tadi," jawab Lui lalu segera membereskan make up yang berhamburan di lantai.

Vira mendesah kesal lalu memilih untuk melanjutkan acara tidurnya. Sementara Lui, setelah selesai membersihkan ia langsung bergegas keluar dari sana dan berjalan menuju loby hotel tersebut.

"Lui," panggil seseorang dengan suara beratnya yang khas dan sangat Lui kenali.

Lui menoleh ke sumber suara dan tersenyum ke arahnya. Itu adalah suaminya, Aldy. Lui sudah mendapatkan pesan dari Aldy kalau pria itu akan datang untuk mengantarnya ke kampus pagi itu.

"Gimana? Nyenyak gak tidurnya?" tanya Aldy basa-basi kepada Lui.

"Enak, tapi juga gak enak," jawab Lui sambil berpikir.

"Kenapa gak enak?"

"Karena gak ada Mas Aldy yang selalu meluk aku kalau bobok."

Jawaban Lui barusan membuat Aldy mencubit pipi Lui dengan gemas dan merangkul istrinya itu.

Sesampainya di depan kampus Lui, perempuan itu pamit dan turun dari sana. Aldy memperhatikannya sampai Lui benar-benar masuk ke dalam kampus dan menghilang di antara kerumunan mahasiswa lainnya.

Setelah selesai mengantar Lui, Aldy langsung bergegas ke kantornya untuk aktivitas pagi ini.

"Woy Al," panggil Andy saat Aldy baru sampai di ruangan mereka.

"Hm?"

"Dicariin sama Pak Kepala, dia mau ngomong sama lo," jawab Andy.

"Sekarang?" tanya Aldy.

"Tahun depan sih kayaknya," jawab Andy dengan wajah datarnya.

Aldy tersenyum kecil lalu menggeleng pelan. Langkahnya menuju ke arah pintu dan keluar dari sana. Andy hanya menatap kepergian sahabatnya itu, ia tahu kalau Aldy akan menemui direktur mereka.

Sampai di depan pintu ruangan sang direktur, Aldy berhenti dan menghela napas sekali, mengusir rasa gugup di dalam dirinya sendiri. 

Aldy sedikit merapikan pakaiannya agar terlihat baik di depan direktur tersebut. Setelah mempersiapkan diri dengan baik, tangannya langsung menggenggam gagang pintu kayu jati itu dengan kuat. Rasa dingin menjalar dari gagang besi itu menuju lengannya ketika ia menyentuhnya.

Astheneia 2: End With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang