- 35 Feel The Love

128 17 2
                                    

"Yang aku inginkan sekarang adalah membuat kenangan seindah mungkin di bulan-bulan terakhir sebelum aku benar-benar pergi dan menyesal karena tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya."

***

Pandangan matanya menatap sendu ke arah punggung lelaki yang duduk membelakanginya. Hembusan napas pasrah keluar dari sela bibirnya, dengan nampan di tangan gemetarnya, ia melangkah menuju ke sofa putih itu.

Tanpa disuruh, wanita itu segera duduk di samping pria yang tengah sibuk dengan laptop di hadapannya. Nampan yang tadi ia letakkan di atas meja kaca di depannya. 

Lui menghela napas berat ketika melihat Aldy sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Tanpa babibu, wanita itu langsung mengambil alih laptop Aldy dan meletakannya di atas meja, samping nampan.

Baru saja Aldy ingin marah dan berteriak kesal karena seseorang mengganggunya, namun hal itu ia urungkan ketika melihat wajah Lui yang polos menatapnya dengan tatapan datar.

"Sayang, aku lagi kerja," ucap Aldy menahan rasa kesalnya.

"Kamu harus istirahat dulu, pekerjaan itu nggak akan ada habisnya," jawab Lui sembari meletakkan piring berisi nasi goreng dan telur ceplok di atas pangkuan Aldy.

Aldy masih menatapnya dengan tatapan pasrah, Lui kemudian tersenyum dan melanjutkan perkataannya tadi. "Tapi kalau makanan, pasti ada habisnya. Jadi, ayo makan dulu yaa, Mas gantengku."

Aldy menghela napas, seketika amarahnya menguap ketika mendengar ucapan manis ditambah dengan senyuman manis istrinya yang begitu menghipnotisnya. Membuat kerutan di wajahnya berubah menjadi lengkungan senyum yang manis.

"Iyaa iyaa, punya istri cerewet banget," ucap Aldy dan akhirnya memakan nasi goreng spesial telur ceplok  buatan Lui.

Mendengar hal itu membuat Lui menggembungkan pipinya, sedikit kesal dengan ucapan Aldy barusan. Sementara Aldy yang menyadari kekesalan istrinya itu, kembali melanjutkan ucapannya. 

"Tapi, kalau aku nggak punya istri cerewet seperti kamu, berat badan dan juga jam tidur aku pasti berantakan." Aldy sengaja menggantungkan maksud dari ucapannya barusan.

"Kenapa? Mas 'kan pinter atur waktu?" tanya Lui heran.

Aldy menggeleng. "Karena kamu, alarm terbaik yang aku punya. Mulai dari bangun tidur, mandi, makan, berangkat kerja, pulang, makan lagi, sampai tidur lagi pun, kamu nggak inget kalau aku bisa seteratur itu karena kamu, hm?"

Mendapat pujian tak langsung seperti itu, membuat Lui tersipu malu. Aldy terkekeh pelan melihat Lui yang sepertinya salah tingkah karena ucapannya barusan. Dengan tiba-tiba, Aldy menariknya ke dalam pelukannya dan menciumi puncak kepala Lui.

"Tetap di sini selamanya ya, sayang, tanpa kamu aku nggak bakal bisa sesukses ini." 

Baru saja Lui ingin melupakan tentang kematian yang sudah menunggunya di depan sana. Wanita itu menghela napas berat, kemudian mengatakan hal yang ingin ia katakan kepada Aldy.

"Kalau misalnya nanti aku nggak ada, apa kamu nggak bisa pertahanin sukses kamu?" tanya Lui.

"Bisa, but not perfect. Kenapa nanya gitu? Kamu mau pergi kemana?" Aldy bertanya dengan polosnya.

Astheneia 2: End With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang