"Aku tahu, Sayang, kamu bakal kangen dan aku juga bakal kangen sama kamu. Tapi, gimana kita mau makan kalau kamu aja ngelarang aku nyari nafkah, hm?"
***
Kedua matanya perlahan-lahan terbuka, peregangan otot dimulai dari tangan hingga kaki-kaki kecilnya. Matanya menyapu ke sekeliling, ini bukan kamarnya, dan ini bukan rumahnya, lantas dimana dia?
Lui terdiam sebentar untuk mengingat-ingat kembali kejadian kemarin, ahh iyaa, ini adalah kamar hotel Vira, ia baru ingat dirinya kemarin menangis dan datang ke sini.
Tiba-tiba terasa sebuah benda berat menindih perutnya. Lui menoleh ke samping dan mendapati sang suami tengah tertidur pulas di sampingnya sambil memeluk tubuh kecilnya. Sejenak ia memandangi wajah suaminya, tangannya tergerak untuk menelusuri wajah tampan Aldy.
Tak disangka hal itu membuat pria tersebut terbangun dan segera menggenggam tangan Lui. Betapa terkejutnya Lui ketika mendapati tangannya digenggam erat oleh sang suami, mengingat kalau ia masih menaruh kesal pada Aldy.
"Mas ih, lepas aku mau mandi!" titah Lui dengan nada jutek.
"Nggak usah pura-pura marah deh, aku tahu kamu udah nggak marah lagi sama suamimu ini," jawab Aldy yang lebih mengeratkan pelukannya terhadap Lui.
Lui menghela napas kasar, sepertinya usaha untuk ngambek kepada Aldy tidak ada gunanya. Karena biar bagaimanapun juga ia tidak akan pernah bisa untuk berlama-lama marah kepada suaminya ini. Aldy ibarat kompor yang selalu menyala, dan Lui ibarat es batu yang berada di dekat kompor tersebut, selalu saja mencair terkena hangatnya api dari kompor tersebut.
"Mau Mas apa sih?" tanya Lui pasrah.
"Izinin aku ke luar kota, Sayang," jawab Aldy yang membuat bola mata Lui berputar dengan malas.
Aldy yang menyadari kalau istrinya itu tidak akan setuju dengan ucapannya tadi pun langsung melanjutkan kembali ucapannya. "Kalau kamu aja nggak ngizinin aku buat kerja, gimana aku mau ngasih kamu nafkah, Dek? Hmm?"
Lui memikrikan ucapan Aldy tersebut. Bener juga sih, tapi...
"Aku tahu kamu bakal kangen sama aku, dan aku pun bakal kangen sama kamu ... Tapi, cuma dengan kangen nggak bisa bayar tagihan listrik dan air, Sayang." Aldy menjelaskan lebih lanjut lagi agar Lui mengerti dan memberinya izin.
Lui terdiam mendengar hal itu, ia diam di tempat dengan tatapan mata yang lurus menatap langit-langit kamar hotel tersebut. Aldy bangkit dari tidurnya dan menatap Lui yang sedang termenung.
Tangannya terulur untuk mengelus kepala Lui dan mengusap pipi wanitanya itu. Lui mengalihkan pandangannya ke arah Aldy yang juga menatapnya dengan pandangan sendu.
"Gimana? Boleh 'kan?" tanya Aldy.
"Apanya?" tanya Lui yang seketika ngeblank karena terintimidasi dengan tatapan Aldy.
"Boleh 'kan Mas tinggal sebentar?" tanya Aldy lagi, memperjelas pertanyaannya.
Lui menghela napas lagi, kemudian anggukan kecil terlihat di mata Aldy. Seketika senyuman Aldy merekah dan memeluk tubuh Lui erat.
"Tapi janji selalu kabarin aku ya, Mas?" pinta Lui kepada Aldy.
"Just it?" tanya Aldy yang sedang menyembuyikan wajahnya di tekukan leher Lui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astheneia 2: End With You
Romansa(SEQUEL ASTHENEIA) Kembali lagi dengan mereka berdua.. Mereka yang seperti matahari dan salju.. Mereka yang seperti tetesan air hujan dan batu.. Mereka yang sekarang telah bersatu dalam hangatnya cinta.. Dan mereka yang sekarang telah bersatu karena...