8 - Sahabat Perempuan

191 25 1
                                    

🦋Happy Reading Everyone🦋
.
.
.
.
.

"Melihatmu sedekat ini dengan perempuan lain, tentu saja aku cemburu! Karena kamu hanyalah milikku!"

***

LUI menangis di dalam kamarnya karena mengingat kejadian tadi. Bisa-bisanya Aldy malah menyuruh orang lain untuk membuatkannya makanan saat Lui menawarkan makanan untuknya. 

"Sebel banget ish!" kesalnya sambil memukul-mukul kasur dengan tangannya yang dikepal.

Lui menghapus air matanya dengan cepat lalu duduk bersila sambil bersedekap di depan dada. Menatap sinis ke arah pintu yang tertutup rapat.

"Awas aja, dasar perempuan penggoda! Aku harus buktiin kalau masakannya gak bakal seenak buatan Lui!" dengusnya kesal dengan Redinta.

Lui mengambil ponselnya dan menghubungi Vira juga mama mertuanya untuk meminta resep masakan rumahan dan cara membuatnya. Tak lupa ia juga menonton banyak video di youtube pada malam itu untuk menambah pengetahuan tentang kedapuran.

Sementara Aldy yang berada di luar pun menatap cemas ke arah pintu kayu di samping pintu kamarnya dengan tatapan lelah. Helaan napas terdengar keluar dari bibirnya dengan berat.

Aldy mendekati kamar itu dan hendak mengetuk pintu tersebut, namun terhenti karena ia mendengar suara dari dalam.

"Aduhhh!!! Sakittt bangett!!"

Dengan panik Aldy mencari kunci cadangan yang sudah ia simpan untuk antisipasi di lemari kamarnya dan segera membuka pintu kamar itu. Setelah membukanya, Lui terkejut dan menatap Aldy dengan terkejut.

"Kenapa, Dek?" tanya Aldy panik.

"Hah? E-enggak, emangnya kenapa?" Lui bertanyabalik kepada Aldy.

"Tadi teriak kenapa?"

"O-ohh, ini kepala Lui sakit karena gak bisa nyerna kata-kata dari tutorial masak di youtube," jawab Lui jujur sambil memperlihatkan ponselnya ke arah Aldy.

Aldy ternganga dan menggeleng pelan, tak habis pikir dengan istrinya ini. Bisa-bisanya Lui berteriak seperti tadi jika hanya ia kesulitan mencerna ajaran dari youtube.

Langkah Aldy mendekati ranjang lalu duduk di samping Lui yang menatapnya dengan tatapan tak suka.

"Masih marah sama aku?" tanya Aldy berusaha lembut kepada Lui.

Lui seketika memasang tampang garang dan membuang wajahnya. Bibirnya mengecurut, masih kesal dengan kejadian tadi.

"Yaudah," jawab Aldy lalu berdiri dari tempatnya.

"Eh mau kemana?" tanya Lui spontan ketika Aldy beranjak dari ranjang.

"Ke luar, kamu aja masih marah."

"Ya kalau istrinya marah itu dirayu bukan ditinggal, dasar kulkas 100 pintu!!" sembur Lui bertambah kesal.

Lui beranjak dari sana dan berjalan dengan langkah yang dihentak menuju kamarnya. Aldy menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu menghela napas berat.

Astheneia 2: End With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang