*
**
***
Yoojung POV
***
**
*Haruskah aku bersyukur memiliki orang tua yang kaya Raya namun aku merasa ditelantarkan? Ataukah aku harus menyesal karena telah menjadi bagian dari keluarga ini?
Aku jadi kembali teringat masa lalu. Aku sangat ingat kejadian pada saat aku berusia 9 tahun. Saat itu aku masih memiliki jadwal mata pelajaran di sekolah. Lalu tiba-tiba aku mimisan dan itu membuatku pingsan. Dan ketika aku tersadar, aku sudah di ruang kesehatan. Saat itu aku ditemani oleh temanku yang aku tidak ingat siapa. Dan juga aku ditemani oleh wali kelasku. Wali kelasku bilang bahwa orang tuaku tidak dapat menjemputku. Oleh karena itu, aku dijemput oleh supir pribadiku. Aku tidak mengingat begitu jelas, namun saat aku pulang, teman yang menemaniku di ruang kesehatan itu terus menangis. Dan setelah kejadian itu, aku tidak pernah melihatnya lagi. Dan bahkan aku tidak mengingat bahwa ada anak seperti itu dikelasku. Yang ku ingat adalah ia anak laki-laki.
Aaah, aku juga mengingat setiap aku sakit, mama dan papaku tidak bisa menjagaku. Mereka selalu menitipkanku pada penjagaku. Aku juga tidak bisa bebas bermain. Aku hanya bisa mengikuti jadwal yang sudah ditetapkan oleh kedua orang tuaku. Aku hampir tidak ada waktu untuk bersantai ataupun mengenal diriku sendiri dan bahkan aku tidak bisa mendapat pelukan dari kedua orang tuaku baik dari bangun ataupun tidur. Aku hampir tidak pernah menyentuh tangan mereka, aku sangat ketakutan pada saat itu. Saat kecil aku sudah sangat terbiasa bermimpi buruk, aku bahkan harus menangis dalam keheningan saat terbangun. Saat itu yang aku pikirkan hanya membuat orang tuaku bangga padaku dan menyayangiku jika aku mandiri dan pintar. Namun, semua prestasi dan kemandirianku tidak mendapat apresiasi apapun dari mereka. Hingga saat remaja aku tersadar bahwa ini bukanlah diriku yang sesungguhnya.
Aku berubah saat memasuki jenjang sekolah menengah akhir, yaitu aku ingin lebih coba mengendalikan diriku agar aku bisa memahami emosi apa yang bisa kurasakan. Akhirnya aku bertemu dengan Lia, sahabat baikku. Ia mengajariku untuk mengekspresikan diriku lewat karya tulis. Hingga pada akhirnya aku menulis beberapa karya dan aku sangat tertarik untuk menghasilkan sebuah karya yang lebih banyak lagi untuk mengekspresikan diriku dan aku luapkan emosiku pada karya tulis ku. Dan itu yang membuat aku sampai disini hingga sekarang. Aku mendapat kekuatan dari penggemar dan sahabatku. Aku malu pada diriku sendiri karena mereka lebih mementingkan diriku sendiri. Sedangkan aku? Aku sampai saat ini tidak bisa memutuskan dengan mantap apa yang aku inginkan kecuali menulis.
Hingga pada saat ini aku hanya bisa mengingkan banyak orang yang dapat memahamiku. Aku tidak tau, perasaanku pada Nam Da Reum apakah nyata atau hanya sebuah rasa obsesi. Aku hanya ingin ada orang yang mengerti diriku dan mendukungku. Tapi jika pada akhirnya aku hanya menyakiti orang lain, lebih baik aku tidak menlanjutkan perasaan ini. Akan lebih baik bagiku dan dirinya.
*
**
***
Yoojung POV End
***
**
*Yoojung pulang sendiri dengan menaiki bus, ia bahkan tidak ingin pulang menuju rumahnya. Saat ini ia hanya ingin sendirian. Oleh karena itu, Yoojung pergi menuju desa terpencil untuk menangkan diri. Tujuan itu ia buat berdasarkan keputusan sendiri yang tidak direncanakan sama sekali. Ia hanya ingin fokus sendiri untuk menenangkan pikirannya setelah berperang dingin dengan kedua orang tuanya.
================================
Sesampainya di desa terpencil pada sore hari, Yoojung mematikan ponselnya dan mencari penginapan disekitar desa tersebut. Ia mencoba beradaptasi dengan lingkungan yang baru untuk menyembuhkan dirinya. Yoojung mulai menyusuri setiap jalan pada desa tersebut dan menemukan sebuah penginapan yang terlihat sedikit kecil namun nyaman dengan sentuhan gaya skandinavia. Ia lalu masuk ke dalam penginapan tersebut seraya melihat-lihat seperti apa rupa didalam penginapan tersebut.
"Ada yang bisa aku bantu nona?" ucap seorang pemuda yang merupakan penjaga penginapan tersebut
"Ah, iya. Aku ingin menginap disini. Apakah masih tersisa kamar?" tanya Yoojung
"Ada. Tapi apakah tidak apa jika kamar tersebut kecil? Karena ada kamar yang sudah dipesan terlebih dahulu oleh pemuda dari kota." sambung pemuda tersebut
Yoojung berpikir sejenak, "baiklah. Tidak apa-apa, aku hanya menginap disini selama 3 hari saja. Kamar kecilpun tak masalah."
Pemuda tersebut memberikan kunci kamar dan segera mengantar Yoojung ke kamar tersebut, "silakan"
Yoojung segera memasuki kamar 'kecil' tersebut. Ia melihat-lihat interior kamar yang tertata rapih. Padahal kamar tersebut kecil, tapi terasa luas karena permainan penempatan interior ysng sesuai.
Usai mengagumi kamar yang ditinggalinya selama 3 hari ke depan, Yoojung pun segera membaringkan tubuhnya diatas kasur empuk tersebut. Ia memandangi langit-langit kamar seraya memikirkan apa yang telah terjadi padanya dan orang tuanya. Ia menangis dengan lepas dikamar itu.Karena merasa lelah dan ditelantarkan, ia segera tertidur lelap seolah ia belum tidur sekian hari.
Baru kali ini Yoojung tidur tanpa terbangun karena suara-suara berisik. Biasanya ia sangat peka terhadap suara kecil ataupun hal yang lainnya yang dapat membangunkannya.================================
Yoojung terbangun dari tidurnya karena merasakan cahaya yang membelai pipinya, "uwaaaaaaaa" menguap dengan sangat lebar.
,"Ini... Sudah pagi hari? Apakah aku tidur semalaman?"Seakan masih tak percaya, Yoojung keluar kamar setelah membersihkan diri. Ia juga menyapa pemuda kemarin yang memberikannya kunci kamar, "permisi, dimanakah aku dapat membeli sarapan pagi di sekitar sini?" tanyanya dengan malu
"Apakah kau kemarin tidak keluar pada malam hari?" pemuda tersebut bertanya kembali pada Yoojung sehingga membuat Yoojun kebingungan.
"Apa maksudnya?" tanya Yoojung dengan heran
"Penginapan kami sudah menyiapkan makan malam dan sarapan nona. Karena nona sedang menginap disini, maka akan saya tunjukan dimana tempat untuk sarapan pagi." pemuda itu menunjukkan tempat untuk menyantap sarapan pagi di penginapan tersebut. Dan Yoojung terkesima karena pemandangan di area makan itu langsung mengarah ke bukit yang masih hijau nan asri tersebut.
"Silahkan nona" mempersilakan Yoojung untuk mengambil makanan dan segera pergi.
*
**
***
Yoojung POV
***
**
*Aku tidak tau ada tempat seperti ini disini. Untunglah aku kemari untuk menyembuhkan diriku. Namun kalau dipikir-pikir apakah tidak ada yang mencariku?
Ah betul juga...
Aku mematikan ponselku. Sudah saatnya sekarang aku menyalakannya kembali
Pesan masuk? Dari Moon Bin-ssi? Lalu ada panggilan tak terjawab sebanyak 12x dari editor-nim. Lalu papa juga menghubungiku? Dan bahkan Jun Ho oppa? Tak kusangka mereka segera mencariku.
Mari kita tunggu sampai esok hari. Aku ingin mematikan ponselku kembali. Aku benar-benar tidak ingin memikirkan apapun untuk saat ini. Mungkin memang benar bahwa aku adalah orang yang plin-plan dan kekanak-kanakan. Namun aku seperti ini karena tidak ingin ada yang mengetahui situasiku untuk saat ini. Aku hanya ingin melarikan diri dari masalah. Apa peduli mereka jika aku menghilang?
*
**
***
Yoojung POV End
***
**
*Sementara itu, terdengar langkah kaki dari belakang tempat makan Yoojung
... Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Atau Nyawa?
FanfictionMenceritakan kisah Kim Yoojung yang masih belum bisa membedakan rasa keegoisan dan cinta. Yoojung merupakan gadis berusia pertengahan 20-an yang sedang bekerja sebagai penulis novel. Yoojung memiliki editor yang bernama Nam Da Reum yang hampir menem...