15

8 2 0
                                    

*
**
***
Da Reum POV
***
**
*

Setelah aku mendengarkan ceritanya, hatiku menjadi sakit dan aku ingin tetap tinggal bersamanya. Tapi, bisakah aku egois? Aku ingin menuruti egoku. Namun, aku bukan siapa-siapa dan tidak punya hak untuk menjaganya. Kukira Yoojung tidak memiliki masalah apapun dengan keluarganya. Tapi ternyata ia juga sama denganku yang memiliki masalah dengan keluarga. Aku juga harus memikirkan masa depannya, begitu pun dengannya. Ia pasti mencemaskan bagaimana ia dan keluarganya nanti dimasa depan. Haruskah aku juga memikirkan bagaimana hubunganku dengan ibuku? Aku yakin pasti kita sama-sama tidak ingin membahas keluarga untuk saat ini.

Tapi bagaimana? Aku sangat tertekan dengan perasaan ini. Aku sangat ingin menjaganya tapi di sisi lain ia juga penulisku. Bagaimana jika suatu saat nanti aku sendiri yang merusak karier menulisnya?

Ia juga menyuruhku untuk memutuskan. Aku akan tegas terhadap perasaanku. Aku tidak ingin menjadi pecundang. Aku harus segera memilih.

*
**
***
Da Reum POV End
***
**
*

"Apa kau sudah memutuskan, editor-nim?" tanya Yoojung yang membangunkan Da Reum dari lamunannya.

"Bisakah kau menulis dan fokus pada ceritamu jika...." tiba-tiba ponsel Yoojung berdering. "Angkatlah" pinta Da Reum.

Yoojung segera mengangkat telfon tersebut di balkon apartemennya, "Ada apa Moon Bin-ssi?"

"Apa kau sudah dirumah?" tanya Moon Bin dari seberang telfon

"Ah iya, tadi sore Lia menjemputku dan menyuruhku kembali. Maafkan aku karena tidak menghubungimu. Aku tidak ingin mengganggumu"

"Tidak masalah. Aku hanya ingin mengantarmu pulang dengan selamat. Aku sangat mencemaskanmu. Apa kau sampai rumah dengan selamat?"

"Ah ya... Aku sampai dengan selamat. Bagaimana denganmu?"

"Aku masih harus tinggal disini agar proyekku cepat terselesaikan. Baiklah, maaf sudah mengganggumu. Aku yakin kau pasti lelah. Istirahatlah. Ku tutup telfonnya". Dan sambungan telfon pun ditutup.

Da Reum menunggu Yoojung yang selesai mengangkat telfon, "Telfon dari siapa?" tanya Da Reum.

"Ah, Moon Bin-ssi. Aku bertemu dengannya di penginapan. Ia nampak khawatir, dan aku juga memintanya agar ia tak bilang kepada siapapun bahwa aku ada disana bersamanya. Kami juga kebetulan bertemu disana. Entah bagaimana bisa aku selalu bertemu dengannya, mengejutkan sekali bukan? Hehe" jawab Yoojung dengan senyuman

Da Reum gerah mendengarnya. Ia yakin bahwa ia tak cemburu. Namun lain di mulut lain juga di hati, "Mengapa kau memintanya untuk tutup mulut? Kau harusnya tau kalau aku mencemaskanmu. Aku juga ingin bepergian namun tidak bisa karena aku harus menunggumu. Bagaimana bisa kau...."

"Kau?... " tanya Yoojung

"Sudah lupakan saja. Aku akan tinggal disini selama beberapa hari lagi. Aku mendapat pesan masuk bahwa hari ini akses ke goshiwon tempatku tinggal harus ditutup karena ada masalah perbaikan jalan. Aku lapar, bisakah kau memesankan sesuatu untuk dimakan?" tanya Da Reum dengan kesal

"Apa kau mau ayam? Aah tidak kau sedang sakit. Bagaimana kalau kita makan belut? Kebetulan juga cuaca sedang panas. Dan kau juga membutuhkan nutrisi lebih agar staminamu pulih." tawar Yoojung

"Baiklah. Aku akan mandi terlebih dahulu" Da Reum segera meninggalkan ruang tidur Yoojung dan segera menuju kamar mandi.

*
**
***
Da Reum POV
***
**
*

Waah kenapa aku kesal sekali saat ia bersama Moon Bin dan di penginapan pula? Apakah ia melakukan sesuatu pada Yoojung? Moon Bin itu sangat mencurigakan. Bagaimana bisa ia tau tempat dimana Yoojung berada? Apa ia penguntit atau sebagainya? Baiklah aku tidak boleh kalah!!! Aku harus melindungi Yoojung dari Moon Bin si penguntit bermata keranjang itu!!!

*
**
***
Da Reum POV End
***
**
*

Pesanan belut telah datang dan Da Reum juga telah keluar dari kamar mandi. Mereka berdua segera makan di ruang makan.

"Oh iya Da Reum oppa, selama aku pergi apakah Jun Ho oppa mencariku kesini?" tanya Yoojung dengan samar karena ia bertanya seraya mengunyah makanan.

"Datang dengan Sin B-eonnie. Mereka berdua seperti orang gila kesini. Dan Jun, ehm maksudku pimpinan Lee mengintrogasiku mengapa aku ada disini. Ia juga bercerita bahwa kau sedang perang dingin dengan orang tuamu. Ia juga memintaku untuk menjagamu sementara waktu agar kau tidak pergi lagi." jawab Da Reum.

"Jadi... " Yoojung menelan makanannya. "Mereka sudah bersama? Yaaaaaa Jun Ho oppa sangat gesit juga ternyata. Aku kalah darinya." sambungnya dengan kesal

"Kalah? Maksudmu? " tanya Da Reum

"Kami berlomba untuk mengetahui siapa yang lebih cepat berpacaran. Apakah aku denganmu atau Jun Ho oppa dengan Sin B-eonnie.... " Yoojung menyadari bahwa ia tak sengaja membongkar rahasianya. Dan itu membuat Da Reum tambah semakin penasaran.

"Lanjutkanlah" pinta Da Reum.

"Lanjutkan apa? Ah aku sudah kenyang. Aku akan mencuci piring" Yoojung segera bangkit dari tempat duduknya dan menuju wastafel dapur.

"Kau menyukaiku?" tanya Da Reum dalam keheningan.

"A-apa? Kenapa kau bertanya begitu?"

"Aku hanya ingin mengetahui apa kau hanya mempergunakanku untuk taruhan dengan pimpinan Lee atau kau memang menyukaiku" jawab Da Reum dengan ragu

"A-aku... Aku sejujurnya tidak tau. Apakah aku menyukaimu sebagai lelaki atau aku hanya menyukaimu karena kau dapat diandalkan. Aku tidak tau. Aku sempat berpikir bahwa ini adalah perasaan sesaat. Namun setelah melihatmu terbaring lemah seperti itu, aku ingin melindungimu" ujar Yoojung dengan pelan.

"Bisakah aku menganggapnya sebagai pernyataan cinta?" tanya Da Reum kembali. Da Reum segera bangkit dari tempat duduknya dan memeluk Yoojung dari belakang.

"A-apa yang kau lakukan, oppa?" Yoojung terdiam

Da Reum menyenderkan kepalanya di bahu Yoojung, "Aku juga seperti itu. Aku juga masih bingung untuk menganggap perasaan ini. Apakah aku suka atau hanya mengagumimu. Masih terlalu cepat untukku mengakuinya, aku ingin menyangkalnya namun tidak bisa."

Yoojung melepaskan pelukan Da Reum dan berbalik kembali untuk memeluknya dari depan, "Oppa. Bisakah kau tetap disini? Bisakah aku menyukaimu? Aku tau ini tidak profesional. Tapi aku tak bisa menyangkal perasaanku padamu."

Da Reum mengangkat dagu Yoojung lalu menatapnya dengan hangat dan mencium keningnya cukup lama.

Yoojung terdiam dan hanya bisa menatap Da Reum. Hingga ia tersadar kembali, "Oppa? Bisakah aku menyebut hubungan kita dengan kekasih?"

"B-baiklah". Wajah mereka saling memerah, merekapun kembali saling memeluk dengan penuh kasih sayang dan perasaan lega karena mereka saling menyukai.

Setelah itu, Yoojung dan Da Reum membereskan piring lalu kembali ke kamar masing-masing karena mereka terlalu malu untuk saling bertemu setelah mereka saling mengakui perasaan masing-masing.

... Bersambung

Cinta Atau Nyawa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang