- Aira

66 3 2
                                    

*Semua ada masanya. Termasuk masa aku yang akan terbiasa saja saat mendengar namamu disebut, berbicara denganmu dengan langsung menatap matamu (aku sudah tidak perlu lagi menunduk kan), berdekatan denganmu tanpa berusaha menenangkan detak jantungku sendiri. Aku akan terbiasa tanpamu, jika tidak sekarang maka esok hari. Semua ada masanya kan. 

Sejak kemarin entah kenapa rasanya aku hanya ingin melihatnya. Tidak perlu menyapa. Aku pun tidak seberani teman-temanku yang bahkan mampu untuk mengekspresikan rasa kagum dan sukanya. 

Sayangnya di hari kedua ini aku tidak melihatnya sama sekali. Namun, teman-teman yang saat itu satu ruangan denganku sudah mulai membicarakannya. Baru satu hari saja ia sudah berhasil menarik mata kaum hawa angkatanku. Tapi memang pesona pada dirinya susah sekali ditolak. 

"Jadi besok adalah hari terakhir kita ospek, jadi saya minta kalian bikin surat untuk kaka kaka nya ya" Mentorku menjelaskan tentang tugas yang harus dikerjakan untuk besok yaitu hari terakhir ospek.

"Harus untuk mentor sendiri Kak?" Tanya Tina, perempuan di sebrangku itu. Entah kenapa aku sudah menangkap maksud darinya tanpa perlu ia jelaskan. Ia ingin menulis surat tersebut untuk Dirga. Itu maksudnya. 

"Iya, kenapa emangnya?" Mentorku menanyakan kembali kepada Tina, mungkin ia sebenarnya juga paham maksud Tina menanyakan hal tersebut.

"Ya gapapa Ka" Jawab Tina malu-malu. 

"Yaudah deh gimana kalau kalian bikin dua surat, satu buat mentor sendiri satu lagi buat kaka yang lain. Boleh juga dua surat itu buat mentor kalo kalian gatau satu lagi buat siapa" Jelasnya. Saat itu tidak ada terlintas sedikitpun dibenak ku akan menulis surat buat kaka mentor ruangan sebelah itu.

"Ok Ka"

"Sekian dari saya, kalian sudah boleh meninggalkan ruangan"

Aku tanpa berlama-lama segera meninggalkan ruangan, menemui teman-temanku yang berasal dari sekolah yang sama.

"Ehh kalian dapet tugas nulis surat itu gak sih?" Tanya Nanda mulai membuka obrolan. Setelah ospek kami memutuskan untuk pergi ke rumah Nida

"Iya dapet Nan, itu wajib nulis buat mentor ya?" Dila menanggapi pertanyaan Nanda.

"Kalo gue wajib Dil, gue ngga tau yang lain"

"Kalo lo gimana Ra?"

"Gue ga wajib mentor sih boleh kaka yang lain. Yaa cuma gue bingung juga mau nulis buat siapa" Jawabku dengan tawa.

"Iya ya sama. Gue juga kalo boleh ga buat mentor sih bakal bingung ya. Gakenal siapa-siapa abisnya" Nida mulai ikut menanggapi.

"Lo pada kelompok berapa sih ?" Sambung Nida,

"Nanda sama gue" Dila menanggapi sambil melirik ke arah Nanda.

"Bosen banget gue asal kalian tau aja. Kemana mana ketemunya sama dia lagi" keluh Nanda yang ditanggapi tawa oleh kami serta pukulan kecil dibahu nya dari Dila.

"Jangan gitu Nan, nanti lo putus cinta mau nyari siapa?" ledek Dila menanggapi.

"Sialan lo"

"Kalo lo Ra?" Tanya Nida melanjutkan pertanyaan yang tadi.

"Gue sendirian dikelompok 3" Jawabku dengan akting sedih

"Gausah sok sedih lo, kan ada tuh temen kita dikelompok 3 juga. Laki-laki" balas Nanda menyenggol bahuku

"Lo semua kan tau, gue mana pernah akrab sama laki-laki" Balasku.

"Emang lo kenapa sih kalo sama laki-laki?" Nida menanggapi dengan pandangan pada jalan. Ia menyetir.

"Mereka juga gabakal ngapa-ngapain lo kali Ra. Apalagi lo galak begini, blum hai aja gue tau tuh mereka udah babak belur duluan" balas Dila sambil tertawa

"Ga gitu juga Dil, lo kira gue se-cantik apa sampe pede banget mereka mo ngapa-ngapain gue" Jawabku sambil memukul dahi Dila lembut.

"Gue cuma ga nyaman aja setiap temenan deket sama laki-laki.  Even dia juga gabakal ngapa-ngapain tapi gue ga nyaman"

"Dari dulu Ra penyakit lo tuh gapernah ilang. Lo inget masa-masa lo selalu ngajak gue kemana pun cowo yang naksir sama lo ngajak lo pergi?" Omongan Nida benar-benar membuatku terdiam.

"Tuh cowo sampe kesel sendiri karna gapernah ada kesempatan berdua doang sama lo"

"Iya gue tau" Jawabku

Aku menyadari hal yang diucapkan Nida tadi. Banyak laki-laki yang berusaha mendekat cuma aku yang selalu memukul mundur mereka. Aku merasa selalu ada saja hal yang bikin aku ilfeel saat laki-laki mendekatiku.

"Lo gabakal sama kita terus Ra. Sekarang aja kita udah masuk kuliah. Mau sampe kapan lo begini?" Ucapan Nanda langsung menyadarkanku. Aku gabisa terus melibatkan mereka pada setiap hubungan asmaraku.

Semua akan selalu sama jika saat itu aku tidak jatuh sejatuh jatuhnya pada laki-laki yang dapat mengubah cara pandangku terhadap semuanya. 

*To Be Continued

Haloo teman-teman semuaa. Aku mau coba untuk nulis wattpad lagi nih. Kalau kalian baca boleh distar dan komen yaa jangan lupa share juga ke temen kaliann supaya makin banyak yang bacaa nih. Semakin banyak yang baca, klik star, dan komen. Aku bakal semakin semangat juga buat nulis dan upload. Kalau gaada yang baca dan klik star nanti cerita ini bakal berakhir kayak cerita aku yang lain, yaitu aku unpublish dan masuk draftku aja. 

Support satu sama lain yuk hihi. Sehat selalu semuanya. 

See you next part. 

HOME OF USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang