"Kisah kita rasanya semua sempurna. Sampai aku sadar kalau sempurna untukku belum tentu sempurna dalam definisimu juga."
>>>>>>>>>>>>>>>>>
Pagi ini rasanya berbeda dengan pagi yang lain. Sejak hari dimana Dirga mengajariku mata kuliah yang merupakan kesulitanku, mulai saat itu ia semakin tidak dapat lepas dari pikiranku. Setiap goretan penanya, caranya melihat buku sambil sesekali menatapku sambil menjelaskan sesuatu. Semua itu, aku mengingatnya dengan jelas.
"Tumben ibu gaperlu manggil sudah rapih aja, ke kampus hari ini?" Tanya Ibu sambil menyiapkan sarapan kami.
"Iya Bu. Bapak mana?" Biasanya Bapak sudah duduk lebih dulu di ruang makan kami, namun pagi ini aku tidak melihatnya.
"Sudah berangkat sebelum kamu" Jawab Ibu, kemudian ikut sarapan bersamaku di meja makan.
Jalan ke kampus pagi itu lumayan ramai namun tidak sampai membuatku terlambat di kelas pertamaku. Entah apa yang terjadi pada diriku, hari itu aku menjalani hari dengan sangat bahagia.
"Eh Ay, Lo ke kantin duluan aja ya. Gue harus ke ruang dosen dulu nih" Jelas Nida kemudian pandangannya terarah pada tumpukan kertas di tangannya.
"Oke deh. Lo abis selesai dari ruang dosen langsung ke kantin ya Ni"
Aku pun melangkahkan kaki ke arah kantin karena perutku memang sudah lapar, apalagi nanti harus ada mata kuliah lagi. Rasanya harus cepat diisi.
Namun, firasatku sudah tidak enak saat dari jauh aku melihat Nuggy berdiri bersender pada dinding seperti menunggu seseorang melintas. Aku pun segera berbalik dan berjalan kearah berlawanan, semuanya sia-sia saat mendengarnya memanggil diriku.
"Airaa!" Sapa nya sambil menepuk puncak kepalaku.
"Jangan pegang-pegang" ketusku. Masih tetap berjalan.
"Eh Lo belum cerita ke Gue, gimana bisa Lo jadinya belajar sama Dirga?" Tanyanya menghadapku, sambil berjalan mundur.
"Ya bisa aja. Abisnya Lo nipu Gue mulu. Gue gamau lagi ya harus percaya sama Lo" Jawabku, entah kenapa setelah pertanyaannya dijawab, Nuggy kemudian menatapku lekat. Ia berhenti berjalan, menatapku.
"Lo jalan yang bener deh. Malu Gue kalo nanti Lo jatuh atau nabrak orang"
"Ok. Kita ke kantin. Ada yang mau gue obrolin juga" Tingkah Nuggy yang tiba-tiba merangkulku kemudian berjalan ke kantin membuatku aneh.
-DI KANTIN-
"Lo mau pesen makan dulu ga Ay?" Tanya Nuggy yang duduk pas di hadapanku.
"Nanti deh. Lo mau ngomong apa? cepetan!" Balasku memburunya.
"Ya itu Gue mau nanya, ko Lo bisa jadinya belajar sama Dirga?" Introgasi yang dilakukan Nuggy pun dimulai.
"Ya bisa aja. Dia mau ngajarin Gue, abisnya Lo ga bertanggung jawab. Main bawa Gue ke ruang kepengurusan tapi Azka nya ga masuk" Jelasku sebal.
"Masalahnya banget ni Ay, abis ngajarin Lo Dirga tiba-tiba nyuruh Gue maksa Lo masuk seleksi kepengurusan"
"HAH?"
"Kaget kan Lo. Sama Gue juga" Balas Nuggy.
"Dia pengen Lo masuk kepengurusan. Kata dia Lo pinter, berbakat, ya bisa lah jadi pengurus selanjutnya" Sambung Nuggy, namun dengan ekspresi mengejek saat mengucapkan keunggulan diriku.
"Terus Lo ga ngomong kalo Gue ga minat sama sekali?" Tanyaku. Seketika hilang sudah rasa laparku.
"Ngomong. Tapi kata dia, ajak lagi kalo perlu paksa aja" Jawaban Nuggy membuatku heran.
"Kenapa Gue sih? Gue tuh beneran ga minat sama sekali. Gue pengen kuliah aja udah yang bener gitu loh" Penjelasanku dapat ditangkap dengan mudah oleh Nuggy, karena sepertinya ia juga paham maksudku.
Setelah penjelasanku, hening menyelimuti antara Aku dan Nuggy. Sampai akhirnya Nuggy melihat kearah belakangku, lalu membulatkan matanya.
"Dirga" Ucapnya pelan padaku, aku masih dapat mendengar suaranya.
1
2
3
"Nuggy" Panggil Dirga dengan suara yang akhir-akhir ini terus berputar dikepala dan telingaku.
Setelah mendapat sautan dari Nuggy, laki-laki berkemeja navy itu duduk di sampingku dan diikuti Azka yang mengambil tempat di samping Nuggy.
"Lo berduaan mulu deh kayaknya" Goda Azka melirik kearahku, sambil mengedipkan matanya.
"Iyalah. Gue berduaan sama Aira, emang Lo berduaan sama Dirga. Kayak stok cewe udah abis aja Ka" balas Nuggy sewot namun diselingi tawa.
"Yeh. Gue berduaan sama Dirga juga dia mau jalan ama Gue. Coba Lo, mau emang Lo Aira sebenernya duduk berduaan sama dia?" Tanya Azka padaku sambil menunjuk Nuggy.
"Ya ngga lah. Dipaksa" Jawabku lalu ditanggapi tawa oleh Azka juga Dirga, dan tatapan meremehkan dari Nuggy.
Pembicaraan diantara kami mengalir begitu saja, sebenernya aku sedikit risih dan tidak terbiasa dengan situasi berbicara seperti ini. Lebih tepatnya tidak terbiasa duduk kemudian berbicara dengan laki-laki yang lebih banyak jumlahnya sedangkan aku perempuan sendiri.
Sampai akhirnya, Nida datang menghampiriku. Tanda tugasnya di ruang dosen sudah selesai.
"Eh halo Kaka kaka" sapa Nida pada mereka.
"Ay Lo belum pesen makan?"
"Belum. Kalau Lo mau pesen. Pesen duluan aja Nid, Gue nanti deh" Jawabku.
"Nih Dir. ini temennya Aira yang katanya mau daftar kepengurusan" Ucap Azka tiba-tiba sambil menunjuk Nida.
"Oh iyaa?" Balas Dirga menoleh pada Nida.
"Iya. Halo Ka. Nida" Nida menanggapi sambil mengulurkan tangannya.
"Dirga" Dijawabnya dengan tangan yang membalas uluran tangan Nida.
"Kemaren yang liat CV dia siapa ya? Lo ya nug?" Tanya Azka pada Nuggy yang sedang sibuk dengan ponselnya.
"Lo. Terus Lo nanya ke Gue, ini temennya Aira bukan sih" Jawab Nuggy dengan nada suara dibuat agar mirip Azka.
"Gue juga liat ko CV dia" balas Dirga sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya.
"Tapi Gue blum liat ada CV Aira deh kayaknya"
*To Be Continued
Haloo teman-teman semuaa. Aku mau coba untuk nulis wattpad lagi nih. Kalau kalian baca boleh distar dan komen yaa jangan lupa share juga ke temen kaliann supaya makin banyak yang bacaa nih. Semakin banyak yang baca, klik star, dan komen. Aku bakal semakin semangat juga buat nulis dan upload. Kalau gaada yang baca dan klik star nanti cerita ini bakal berakhir kayak cerita aku yang lain, yaitu aku unpublish dan masuk draftku aja.
Support satu sama lain yuk hihi. Sehat selalu semuanya.
See you next part.

KAMU SEDANG MEMBACA
HOME OF US
Novela Juvenil(DIUSAHAKAN SETIAP WEEKEND) Berawal dari kita ga kenal, sampe diakhiri dengan aku yang gamau kenal lagi (inginnya). Tetapi semua gapernah bisa aku tolak. Dampak kamu pada kehidupanku sudah terlalu banyak dan terlalu jauh. Aku cuma berharap kamu bis...