- Arandito

27 1 0
                                    

Semenjak kepulangan Mas Tio, aku jadi bisa minta ini itu sesuka hatiku padanya. Ia pun akan mengabulkannya, entah karena keinginanku bukan sesuatu hal yang berlebihan atau karena aku adalah adik satu-satunya. Bahkan ia dengan senang hati meminjamkan mobil nya untuk aku gunakan ke kampus ataupun kumpul dengan teman-temanku. 

"Mas Tio hehe" Panggilku manja saat melihatnya di ruang tengan rumah ku dengan laptop dipangkuannya. Mendesain sesuatu.

"Apa?"

"Ay mau main hari ini. Ay boleh minta uang pegangan ga? sebenernya punya sih, cuma buat pegangan aja Mas, takut kurang"

"Pegangan mah sama tiang noh" 

"Mas Tio mah ih. Ga lucu" Dengan satu lemparan bantal padanya.

"Loh bener dong Mas. Kamu mana bisa pegangan sama uang. Pegangan tuh sama tiang. Lebih bagus lagi tiang agama Ay. Solatt"

"Iya yaudah salah. Ulang"

"Mas, Ay minta uang jajan"

"Jadi frontal gitu kamu" 

"Ya biar cepet dikasih aja"

"Udah mau berangkat banget emang? kamu aja belum rapih" 

"Nanti Ay siap siapnya. Sekarang minta uang dulu"

"Yaudah siap-siap dulu aja. Nanti Mas transfer"

"Gamau. Ay maunya cash"

"Yaudah gausah"

"Ibuuu. Mas pelit gamau kasih Ay uang"

"DIH" sambil meletakkan laptopnya di meja.

"Mas ga punya cash Ay"

"Dihh cemen banget Mas"

"Lebih cemen kamu gapunya uang"

"IBUUUU.." Bantal yang tadi ku lemparkan padanya pun kembali mengenai wajahku.

"MAS IH!"

"Berisikk!"

"Udah pokoknya Mas transfer aja. Kalo gamau yaudah alhamdulilah"

"Yaudah deal ok sip" sambil mengacungkan jempol ku sambil tersenyum, bahkan mataku nyaris tak terlihat. 

Setelah mendapat bantuan dana dari Mas Tio, aku pun kembali ke kamar untuk bersiap. Hari ini aku akan menghabiskan waktu dengan teman-temanku. Baju yang ku gunakan saat ini hanyalah kaus pendek dibalut dengan jaket denim merah dan jeans hitam. Baju yang ku gunakan cenderung santai karena kami tidak ingin pergi ke mall, kami hanya ingin berkumpul lalu bercerita. 

"Mas Tio mana uangnya?" Tanyaku saat keluar dari kamar sambil mencari sandal yang akan ku gunakan.

"Udah ditransfer" Sambil memperhatikan pakaianku dari atas sampai bawah.

"Kenapa sih Mas?"

"Mau kemana ? katanya mau main"

"Ya emang main" 

"Ko pake baju gitu?"

"Ya kan mainnya ga lama mas. Cuma ngumpul aja ko, paling ngopi sama jalan jalan sebentar"

"Wah kayaknya uang yang mas kasih kebanyakan kalo gitu, balikin setengahnya ya jangan lupa"

"NGGA! Apa yang udah dikasih gaboleh diminta lagi Mas" Ia pun hanya tertawa mendengar jawabanku. 

"Kamu naik apa?" 

"Ojek online"

"Ngga mau bawa mobil Mas aja?"

"Maunya sih dianter"

"Terus Mas nganter kamu aja abis itu pulang?"

"Yaa terserah. Mas boleh ko ikut main juga, tapi duduk nya jauhan ya. Jangan satu meja sama kita"

"Yaudah sekalian deh, Mas juga butuh inspirasi sama kopi nih kayaknya" Setelah berkata demikian ia pun beranjak ke kamarnya, tidak lama kemudian keluar namun tidak ada yang berubah sedikitpun.

"Mas pake baju itu?" 

"Loh kamu aja begitu. Ngapain Mas rapih"

"Yaudah" Lalu masuk kedalam mobil duluan. 

Selama perjalanan tidak ada yang membuka percakapan, Mas tio terfokus pada jalanan begitu juga aku. Sampai akhirnya kami sampai pada tempat yang dituju, salah satu tempat berkumpul sambil meminum kopi ada juga beberapa orang yang sambil mengerjakan tugas ataupun pekerjaannya. 

Disana aku hanya melihat Nida. Dila dan Nanda sepertinya belum sampai.

"Nid" Sapaku.

"Eh Ay. Akhirnya sampe juga Lo" Kemudian melirik ke sampingku.

"Mas Tio. Kapan sampai?" Nida mengulurkan tangannya.

"Sudah beberapa hari kemarin. Gimana Nida kabarnya?" Membalas uluran tangan Nida.

"Baik. Mas tio gimana? Gimana Surabaya Mas?" Oke. Sepertinya keberadaanmu mulai tersingkirkan.

"Baik juga. Disana ramai, ga banyak jalan-jalan sih. Saya sibuk kerja soalnya. Gimana kuliahnya? Seru ya teknik sipil?" 

"Ya seru sih Mas, tapi susah hehe" 

"Udah Mas sana ah, katanya mau kerja" Potongku sebelum pembicaraan antar mereka berdua makin memanjang.

"Baru juga berdua" Sebelum akhirnya ia mengambil tempat duduk disamping mejaku dan Nida.

Perbincangan mengalir begitu saja antara aku dan Nida, sedangkan Mas tio di meja samping masih terfokus pada layar laptopnya. Tidak lama kemudian Dila dan Nanda pun datang bergabung di meja kami. Nida sempat bertanya tentang pendaftaran kepengurusan yang sempat ditawarkan oleh Dirga saat itu. Tidak terasa waktu sudah terasa menunjukan pukul 4 sore. Aku pun harus pulang terlebih dahulu, karena Mas tio pasti sudah akan mengajakku pulang. Ditambah lagi ia sudah tidak memainkan laptopnya, yang menandakan pekerjaannya sudah selesai. 

"Duluan ya semua" Ucapku setelah berpamitan dengan ketiganya. 

Selama perjalanan pulang semua kembali sunyi seperti sebelumnya, tidak ada sesuatu yang mencurigakan. Mas tio pun terlihat tidak ingin membuka pembicaraan selama perjalanan pulang. 

"Abis mandi Mas tunggu di ruang tengah. Ada yang mau Mas omongin" 

"Hah?"

"Hah hoh hah hoh"

"Apasih Mas ih"

"Kamu abis mandi nanti mas tunggu di ruang tengah"

"Ngapain?"

"Udah mandi dulu aja sih Ay"

"Abisnya Mas serem tiba-tiba ngajak Ay ngomong gitu"

Aku pun segera pergi ke kamar untuk mandi dan berganti baju, kemudian kembali ke ruang tengah menemui Mas tio. 

"Ada apa sih Mas?"

"Mas mau nanya aja sih, sesuai yang Mas denger tadi"

"Kamu gamau ikut organisasi kenapa?" Tanyanya. Sudah ku duga. Hal yang Mas tio tanyakan tidak akan jauh dari hal tentang perkuliahan.

"Gapapa. Ay juga masih pikirin sih, gatau ikut atau ngga"

"Terus Dirgahayu? siapa kamu ? pacar?"

"Hah?"

*To Be Continued

Haloo teman-teman semuaa. Aku mau coba untuk nulis wattpad lagi nih. Kalau kalian baca boleh distar dan komen yaa jangan lupa share juga ke temen kaliann supaya makin banyak yang bacaa nih. Semakin banyak yang baca, klik star, dan komen. Aku bakal semakin semangat juga buat nulis dan upload. Kalau gaada yang baca dan klik star nanti cerita ini bakal berakhir kayak cerita aku yang lain, yaitu aku unpublish dan masuk draftku aja.

Support satu sama lain yuk hihi. Sehat selalu semuanya.

See you next part.

HOME OF USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang