- Divergent dan Muezza

25 1 0
                                    

       Malam ini rumah sepi tidak seperti biasanya. Mas tio sedang keluar, berjumpa dengan teman-temannya. Ibu dan bapak juga sedang tidak ada di rumah. Mungkin karena aku terlalu sibuk di kamarku sampai tidak menyadari rumah ku sepi seperti sekarang ini. Tugas dan laporan praktikum ku benar-benar menumpuk, bahkan makan pun sering ku tunda. Tentu saja tidak sendirian. Sejak wawancara kemarin, Dirga menjadi seseorang yang terang-terangan mendekatimu. Mungkin tidak saat teman-temannya berada disekitar kami, tapi saat ia menelfonku. Laki-laki itu jelas ingin mengabisiku dengan pesonanya.

"Pada kemana sih?" Kemudian duduk di sofa ruang tengahku dengan eskrim di tangan kananku.

       Hanya duduk tanpa melakukan apa-apa sejak dulu suka sekali ku lakukan. Memikirkan apapun yang aku inginkan. Menghayalkan apapun yang aku harap terjadi pada kehidupanku. Tidak semua yang kita harapkan bisa terjadi bukan? Selalu ada Tuhan yang memiliki rencana jauh lebih baik dari yang kita inginkan. Jadi hanya dalam kepalaku sajalah semua yang aku angankan bisa terjadi. Dalam pikiranku saja. Setidaknya jika mereka disana, mereka tidak akan kemana-mana. Aku pun tidak akan kecewa nantinya.

"Ngelamun aja neng" Tegur Mas tio.

"Loh Mas ngapain disini?" Tanyaku menoleh padanya.

"Ya pulang lah. Ini kan rumah Mas juga" Kemudian duduk di sampingku, mengambil eskrim di tanganku lalu memakannya.

"Bukannya Mas main sama temen?" 

"Iya emang" Jawabnya santai masih memakan eskrimku.

"Sepi banget. Kamu sendirian?" 

"Iya. Ibu sama bapak pergi berdua. Ay ditinggal sendirian"  

"Mangkanya kamu jangan di kamar terus" 

"Ay lagi banyak tugas Mas" Keluh ku, menyenderkan punggung pada sofa.

"Banyak tugas apa punya pacar?" Goda nya sambil menyenggol bahuku.

"Apasih Mas.." Bisa-bisanya Mas tio menggodaku seperti itu. Ia pun hanya tertawa melihat responku.

"Udah ah. Ay mau lanjut ngerjain tugas" 

"Jangan malu gitu dong biasa aja" Sautnya sambil tertawa. Aku yang kesal pun bangkit dari duduk lalu memakan eskrim ku yang ada ditangannya, kemudian lari menjauh ke kamarku.

Akhirnya kembali dengan meja belajarku yang dipenuhi buku juga tumpukan kertas. Ditengah nya terdapat laptopku yang menyala sedari tadi. Setelah beristirahat dan menghilangkan pusing di kepalaku dengan satu eskrim yang belum ku makan dengan selesai, aku pun kembali duduk disini. Menghadapi banyaknya tugas dan laporan. Aku mengambil ponsel ku yang tergeletak di samping laptop.

Terdapat pesan dari Dirga yang tadi belum ku balas, pesan yang hanya memberitahuku ia akan rapat sebentar lagi.

Aira Faradisa : Masih rapat ?

Tidak lama kemudian, ia membalas.

Dirgahayu Albari : Masihh..

Aira Faradisa : Ok

Dirgahayu Albari : Sebentar ya. Rapat dulu, nanti Gue telfon.

Bahasa Dirga kembali seperti biasa dari beberapa hari yang lalu, Gue Lo. 

Aira Faradisa : Tapi kalau kemaleman gamau ah. Ngantuk Gue

Dirgahayu Albari : Jangan gitu dong

Aira Faradisa : Yaudah iya. Udah rapat dulu aja.

Setelah membalas pesannya, aku meletakan kembali ponselku. Lalu fokus pada tugas yang ada dihadapanku sekarang. Beberapa tugas biasa dan satu laporan dari praktikum yang sudah ku laksanakan beberapa hari yang lalu. Karena bobot nilai praktikum jauh lebih besar aku memilih untuk mengerjakan laporan praktikum ku terlebih dahulu. Menghitung beberapa perhitungan dan mengerjakan pembahasan. Semua ku kerjakan sampai ponsel ku kembali berdenting.

HOME OF USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang