*Pada jam 1 sampai 2 pagi saat itu aku sibuk membuat kenangan bersamamu. Mengukir durasi telfon yang lama. Tapi kali ini jam 1 dan 2 pagi ku adalah hanya untuk melupakan dan berusaha bertingkah semua baik baik saja.
Hubungan ku dan Nuggy pun mulai membaik, aku sudah melupakan hal yang membuatku marah padanya saat itu. Toh lagipula Nuggy tidak mengetahui hal serupa akan terjadi. Kalau kalian bertanya tentang hubunganku dengan Dirga, hubungan kami juga baik. Tapi aku rasa belum sedekat itu.
"Libur Kamu?" Tanya seseorang sambil mengambil cemilan di pangkuanku, Mas Tio. Ini sudah hari kedua ia di rumah.
"Iya" Memandang laki-laki di hadapanku ini. Arandito Alfares.
"Gimana kuliahnya?"
"Begitu aja" Masih memandang televisi.
"Ada yang mau ditanyain?" Mas Tio memang dulunya adalah seorang mahasiswa berprestasi di kampusnya.
"Ngga Mas. Ay bisa sendiri ko"
"Kalo ada yang mau kamu tanyain, tanya aja ya. Mas bakal senang hati jawab Ay" Mas Tio adalah salah satu arsitek terkenal di Surabaya. Jurusan yang ia ambil pun sesuai dengan pekerjaan nya sekarang. Arsitektur.
"Iya Mas"
"Kuliah yang bener ya Ay"
Sebelum ku jawab ucapannya itu, Ibu memasuki rumah sambil membawa beberapa kantung makanan yang sepertinya baru saja ia beli.
"Wihh. Apa tu Bu?" Mas Tio bangkit dari duduknya berjalan kearah ibu.
"Makan siang. Makan Yo. Kamu disini harus banyak makan, Ibu liat kayaknya kamu di Surabaya ga ada yang ngurus ya"
"Ibu tau aja deh" Langsung mengambil posisi untuk menyantap makanan yang baru saja ibu bawa itu.
"Sini Ay" Aku pun menarik kursi di samping Mas Tio.
"Bapak mana Bu?"
"Di Luar. Ngobrol"
Kami pun fokus menyantap makan siang masing-masing, sampai akhirnya ibu membuka pembicaraan.
"Kamu mau sampai kapan sendiri Yo? Gamau nikah?" Mas Tio yang tiba-tiba ditanya seperti itu oleh Ibu pun tersedak.
"Ibu kalo mau bahas itu nanti kenapa sih Bu? Tio lagi makan" Setelah mengambil gelas yang ku berikan.
"Ibu cuma nyambungin yang tadi Ibu bilang soal kamu ga ada yang ngurus di Surabaya aja ko"
"Iya. Maksud Tio bahasnya nanti gitu loh. Tio kaget tiba-tiba ditagih jodoh sama Ibu" Kami pun tertawa.
"Kenapa Tio Bu?" Tanya Bapak yang baru saja masuk.
"Ibu cuma nanya aja tadi dia mau sampe kapan sendiri. Gamau nikah gitu. Eh malah batuk batuk dia Pak"
"Grogi kali Bu dia" Sambil duduk di samping Ibu.
"Grogi apa sih Pak, keselek Tio tuh. Kaget" Berusaha membela dirinya sendiri.
"Ooo gitu. Bapak kira kamu grogi"
"Kamu tuh udah mapan. Sukses. Rumah udah punya sendiri. Mau tunggu apalagi sih Yo?"
"Ya tunggu jodohnya dong Bu"
"Udah ah Tio males deh kalo masih dibahas gini. Kita makan dulu. Ceritanya nanti lagi"
Setelah itu tidak ada lagi yang membahas hal itu, semua orang kembali fokus pada makan siang nya masing-masing.
Pada malam harinya, aku masih sibuk di depan laptop dengan meja yang penuh dengan kertas dan buku. Teknik memang tidak semudah itu. Rasanya lelah sekali. Bahkan aku harus mengorbankan jam tidur juga jam makan ku. Tapi kalau diingat, perjuanganku untuk mendapatkan apa yang ku miliki saat ini jauh lebih sulit dan melalahkan. Masuk kampus yang sudah ku impikan dengan jurusan yang sesuai dengan minatku. Banyak air mata dan waktu yang jauh lebih banyak ku keluarkan saat itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
HOME OF US
Fiksi Remaja(DIUSAHAKAN SETIAP WEEKEND) Berawal dari kita ga kenal, sampe diakhiri dengan aku yang gamau kenal lagi (inginnya). Tetapi semua gapernah bisa aku tolak. Dampak kamu pada kehidupanku sudah terlalu banyak dan terlalu jauh. Aku cuma berharap kamu bis...