Pernyataan Dirga sama sekali tidak aku ambil pusing. Aku tetap mengira ia bercanda dengan semuanya. Semua tingkahnya, ucapannya, dan cara dia memperlakukanku. Hanya sebatas bercanda. Tidak lebih dari itu. Ada seseorang yang sebelumnya ia sempat harapkan, seseorang yang ternyata mematahkan harapnya. Lalu dia dengan mudah pindah begitu saja padaku. Aku sempat ragu dengan dirinya. Tetapi setelah hari itu, jika kami sedang berdua ia selalu bertanya tentang jawabanku. Sedangkan aku yang tidak mengambil serius tentang pertanyaan dia hari itu memilih untuk tidak pernah menjawabnya.
"Ay!" Panggil Nida saat baru memasuki kelas.
"Kenapa?"
"Jangan lupa nanti kerja kelompok"
"Oke"
Kemudian Nida duduk diam disebrangku, memainkan ponselnya. Aku merasa bersalah rasanya kalo tidak bercerita tentang apa yang terjadi diantara aku dan Dirga padanya.
"Nid"
"Apa?" Menoleh kearahku.
"Ituu"
"Kenapa sih Lo Ay?"
"Gue mau cerita"
"Ya yaudah cerita aja, kenapa?" Nida sudah meletakan ponselnya, tanda ia sudah serius mendengarkanku.
"Bang Dirga nembak Gue"
"Gue gatau sih ini nembak atau ngga" Lanjutku. Nida masih terdiam mencerna semuanya.
"Dirga? Dirgahayu?" Ragunya.
"Ya iya. Mau Dirga siapa lagi"
"SERIUS LO??!!!" Responnya saat baru sadar dengan apa yang aku katakan.
"Ya iyalah. Lo kira Gue halu"
"Ya siapa tau kan Lo udah ngefans sama dia banget sampe halu gitu"
"Sembarangan banget deh Lo Nida. Gue serius"
"Iya iya. Emang dia ngomong nya gimana?"
"Ya tiba-tiba dia bilang minta Gue temenin hidup dia" Menjatuhkan kepala ku pada lipatan tangan di atas meja.
"TERUS?!" Tanya Nida kemudian memukul kepala ku.
"HEH!"
"Ya abisnya Lo. Cerita yang bener"
"Ya itu bener. Dia ngomong begitu"
"Kapan dia ngomong nya?" Mulai percaya dengan apa yang ku katakan.
"Tanggal 1 kemarin"
"Terus udah jadi dong sekarang?"
"Belum Gue jawab"
"LOH?! Sekarang aja udah tanggal 9 Ay"
"Iya. Gue diemin"
"Wah jual mahal banget Lo" Ucap Nida lalu tertawa.
"Ya ga gitu juga"
"Terus kenapa?"
"Gue bingung" Jawabku sambil mengusap wajahku.
"Apa lagi sih yang bikin Lo ragu?"
"Sebelum dia ngomong, temennya telfon Gue kalo dia lagi ga baik-baik aja Nid. Dia abis ditinggal nikah"
"Nikah?! Sama siapa?!" Kagetnya.
"NID! Jangan keras keras" Di ruang kelas ini bukan hanya aku dan Nida, bisa bahaya kalau ada yang mendengar.
"Iya iya. Ditinggal nikah sama siapa Ay?" Memelankan suaranya.
"Gebetannya"
"Yaampun. Padahal mungkin kalo diliat dia ga punya kurang ya Ay"
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME OF US
Teen Fiction(DIUSAHAKAN SETIAP WEEKEND) Berawal dari kita ga kenal, sampe diakhiri dengan aku yang gamau kenal lagi (inginnya). Tetapi semua gapernah bisa aku tolak. Dampak kamu pada kehidupanku sudah terlalu banyak dan terlalu jauh. Aku cuma berharap kamu bis...