*Saat itu aku punya kamu yang yakin sama kemampuan yang aku punya bahkan saat aku ragu pada diriku sendiri.
Semenjak malam itu kami jadi lebih dekat dari sebelumnya. Beberapa malam ku lewati bersamanya. Dia menjadi sosok yang akhir akhir ini mengisi pagi juga malam ku. Semua terjadi begitu saja, tanpa persiapan sedikit pun. Rasanya aneh saat sosok yang awalnya cuma bisa aku lihat dibeberapa acara kampus, terus tiba-tiba kami dekat dan akrab. Dia sosok yang baik juga asik. Bahkan dia juga sering membagikan beberapa ceritanya saat kami menghabiskan malam berdua lewat panggilan telfon.
Hari ini adalah hari dimana wawancara ku dilaksanakan. Semalem Dirga sudah uji coba mewawancarai ku. Ia juga memberi tahu hal-hal yang sekiranya perlu aku terapkan pada wawancara ku kali ini. Bahkan saat ini ia masih memberikan aku wejangan sepanjang perjalanan menuju ruang wawancara.
"Nanti pokoknya jawab aja apa yang Lo bisa. Ngomong aja. Jangan belibet. Ngomong nya yang jelas. Jangan grogi, terus-" Cerewetnya.
"Udah. Udah ya. Gue tau kok. Gue tau harus ngomong apa. Lo dari semalem juga udah ngasih gue masukin banyak banget. Udah cukup" Sambil menghadap padanya. Sebentar lagi aku akan masuk ke ruangan wawancara.
"Oke oke" Ia memegang kedua pundak ku.
"Kamu pasti bisa. Maaf ya Aku gabisa nungguin, ada kelas soalnya" Aku sedikit terkejut, bukan karna ia yang tiba-tiba memegang kedua pundakku. Tapi karena kosa kata yang ia gunakan. Aku kamu. Sangat bukan Dirga sekali.
"O-oke" Jawabku gugup.
Setelah memasuki ruangan wawancara, disana sudah ada Ka Aca dengan kemeja coklat susu andalan jurusan kami.
"Haloo Aira"
"Haloo Ka"
Wawancara pun dimulai, banyak pertanyaan yang ia tanyakan seputar jabatan dan posisi yang akan aku ambil. Aku menjawabnya sebisa ku. Ia cantik dan pintar. Bahkan setelah wawancara selesai, tidak sedikit pun pertanyaan seputar hal pribadi keluar dari mulutnya.
Selesai dari ruang wawancara, aku menuju kantin untuk menemui Nida. Ia wawancara sebelumku dengan orang yang berbeda.
"Haii Nid" Kemudian duduk di hadapannya.
"Eh Ay.. Gimana? udah Lo?"
"Udah dong. Tapi Gue gatau sih keterima atau ngga ya, Gue jawab sebisa gue aja soalnya"
"Dapet Lo pasti. Yakin aja lah" Kemudian kami sibuk dengan obrolan dengan topik yang lain. Tidak membahas hal-hal yang berhubungan dengan wawancara lgi.
"Gimana gimana?" Dirga tiba-tiba duduk di samping ku dengan tangan bertanggar pada pundak ku.
"Gimana apanya?"Tanyaku sambil memperhatikan sekitar, ternyata ada Nuggy dan Azka juga.
"Wawancaranya lah" Berbicara dengan jarak dekat, menghadap kearahku.
"Ooh lancar" Merasa tidak nyaman aku pun membenarkan posisi duduk ku untuk sedikit berjarak dengannya.
Tetapi pergerakan ku ditangkap oleh Dirga, ia pun langsung membenarkan posisi duduknya juga, sedikit lebih jauh. Tangannya pun turun, tidak lagi pada bertengger di pundak ku.
"Diwawancara sama siapa Lo?" Kali ini Nuggy yang buka suara.
"Ka Aca"
"Ooh. Gampang itu mah. Tenang aja udah Lo. Pasti lulus, ya gak Dir?" Entah apa maksudnya.
"Ngga lah. Dirga mana mau pake cara begitu. Pasti harus murni" Azka membuka suara
"Ya tapi kan Lo pengen banget Ay masuk. Masa gamau bantuin"

KAMU SEDANG MEMBACA
HOME OF US
Fiksi Remaja(DIUSAHAKAN SETIAP WEEKEND) Berawal dari kita ga kenal, sampe diakhiri dengan aku yang gamau kenal lagi (inginnya). Tetapi semua gapernah bisa aku tolak. Dampak kamu pada kehidupanku sudah terlalu banyak dan terlalu jauh. Aku cuma berharap kamu bis...