O3 | PANGERAN KOIN & CRYBABY

261 90 15
                                    

"Kalau orang lain bisa, kenapa harus gue?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau orang lain bisa, kenapa harus gue?"

- Gallardo Gerald Devano -

•••

"Assalamu'alaikum! Tammy pulang!" Tammy yang baru saja sampai di teras rumahnya langsung masuk ke dalam dan celingak-celinguk untuk mencari keberadaan orang tuanya. "Ma? Pa?" Panggilnya beberapa kali. Namun, tak ada sahutan sama sekali seperti yang diharapkannya.

"Mama? Papa? Ih, kok mama sama papa enggak ada, sih?" monolog Tammy gemas. Gadis yang masih mengenakan seragam putih-biru itu bergegas menuju kamarnya untuk berganti pakaian.

"Surat?" Kening Tammy mengernyit saat tak sengaja menemukan secarik surat di atas nakas. Tanpa menunggu lama, gadis itu langsung mengambilnya, kemudian membaca isi surat tersebut di dalam hati.

‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙

Dear Tammy,
Maafkan Mama dan Papa ya, Sayang? Proyek kali ini tidak bisa ditunda lagi, jadi kami harus pergi ke kantor pusat di Surabaya untuk mengurusnya. Kamu baik-baik ya di rumah. Kalau bosan, main saja ke rumah teman. Mama sudah menyimpan sejumlah uang di brankas kamu.

‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙

Ah, ternyata surat yang sama dengan surat yang sudah-sudah. Senyum tipis Tammy mengembang di sudut bibirnya. Orang tuanya ini benar-benar tak berubah dari tahun ke tahun. Selalu saja gila kerja. Selalu saja egois. Mungkin menurut mereka, meninggalkan anak semata wayang seorang diri di rumah adalah hal biasa yang tak berisiko.

"Teman apanya? Emangnya Tammy punya?" Sekali lagi, senyum tipis Tammy menghiasi wajah imutnya yang kini mulai memerah karena amarah. Tangan yang menggenggam surat itu pun mulai bergetar hebat dan tak lama setelah itu, surat yang tadinya berbentuk sehelai kertas kini sudah berubah menjadi gumpalan tak berdaya di sudut ruangan.

Teman? Hal konyol apa itu?

Tammy tertawa miris saat membaca baris terakhir dalam surat yang ditulis oleh mamanya. Ternyata, saking sibuknya mengurusi pekerjaan di luar kota, mereka sampai tidak tahu bagaimana perkembangan anak mereka sendiri.

Apa Tammy belajar dengan nyaman di sekolahnya? Apa Tammy memiliki setidaknya satu orang yang dapat dijadikan teman bertukar cerita? Apa Tammy bahagia atas hidup yang dijalaninya saat ini?

Tammy bersumpah, orang tuanya tidak akan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Yang mereka tahu hanyalah, anak mereka aman di rumah dengan persediaan uang yang cukup. Ya, sudah. Itu saja.

"Ya udahlah, enggak apa-apa. Ngapain, sih, nangis? Bukannya Tammy udah biasa ditinggal tiba-tiba kayak gini?" monolog Tammy sambil menghapus air yang tahu-tahu sudah membasahi pelupuk mata hingga menetes ke pipi putihnya.

GEMMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang