29 | PESONA TAMMY

143 25 19
                                    

"Lo cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo cantik. Lebih cantik lagi kalau jadi pacar gue."

- Gallardo Gerald Devano -

•••

"Jadi, lo enggak bisa rayain ultah mama lo ... lagi?"

Atlanta menoleh pada Varga yang baru saja melontarkan pertanyaan padanya. Terdapat penekanan pada kata 'lagi' karena lelaki itu tahu, ini bukan yang pertama kalinya untuk Atlanta. Dua tahun belakangan ini, Atlanta memang selalu kesulitan untuk merayakan momen indah bersama sang ibu karena ayah tirinya yang terlalu posesif.

"As you see, jam segini gue masih nongki bareng kalian. Itu artinya gue enggak jadi rayain ultah mama gue," jawab Atlanta lesu.

"Terus kadonya?" tanya Varga penasaran.

"Gue minta tolong tukang ojek kepercayaan gue buat nganterin kado itu ke rumah ayah tiri gue. Semoga aja yang nerima itu pembantunya, bukan anaknya, karena bisa bahaya banget kalau sampe itu anak yang nerima," jawab Atlanta dengan nada bicara yang terdengar kesal sekaligus gemas.

"Syukurlah kalau gitu. Gue do'ain semoga kadonya sampai ke tangan mama lo, Ta," ucap Varga sambil mengusap bahu Atlanta untuk menyemangati gadis itu. "Btw, emangnya saudara tiri lo segitu ngeselinnya, ya? Kayaknya lo anti banget sama dia?"

Mendengar pertanyaan Varga, Atlanta menghela napas panjang. "Enggak usah bahas dia, Var. Enggak penting," ucapnya, mengalihkan pembahasan. Biar bagaimanapun juga, Atlanta tidak bisa membahas tentang saudara tirinya lebih dalam, apalagi kepada Varga---orang yang sangat mengerti dirinya. Bisa-bisa nanti Varga tahu bahwa saudara tiri yang ia maksud selama ini adalah sahabat mereka, Damian Rigeltara.

"Oke, gue enggak akan bahas soal ini lagi," pungkas Varga, menghargai privasi keluarga Atlanta. Lelaki yang mengenakan jaket denim dengan headband biru yang melingkar di kepalanya itu mengeluarkan sebungkus rokok. Setelah menarik satu batang rokok, Varga membakarnya dengan pemantik api, lalu menghisap benda candu itu.

"Lo kenapa enggak join sama Elang? Tadi gue liat dia lagi main kartu sama Sky." Atlanta menatap bingung Varga yang terlihat tak tertarik untuk bergabung dengan Elang dan Sky, padahal setahu Atlanta, sahabatnya itu sangat suka bermain kartu.

Varga balas menatap Atlanta, kemudian menggeleng pelan. "Lagi enggak mood, gue lagi pusing," jawabnya dengan nada tak bersemangat.

"Tumben lo pusing? Jangan-jangan lo abis diomelin sama Tante Vania karena keseringan nongki, ya? Apa gue bilang, lo tuh--"

"Bukan karena itu, Ta," sela Varga cepat, membuat Atlanta semakin bingung.

"Terus karena apa?"

"Udah dua kali gue mimpiin Aralla. Di mimpi itu, Aralla keliatan sedih banget. Dia nangis, tapi tanpa suara. Pokoknya, di mimpi gue, Aralla seolah bisu. Dia enggak bisa ngutarain perasannya, Ta. Aralla cuma bisa nangis dan nangis," jawab Varga, menjelaskan pada Atlanta tentang mimpinya dua hari belakangan ini.

GEMMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang