17 | TAMMY SAYANG GERALD?

147 48 20
                                    

"Kebaikanmu membuatku besar kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kebaikanmu membuatku besar kepala. Aku pikir kamu menyukaiku. Namun, aku takut jika dugaan itu hanyalah halusinasi semata."

- Tamara Ayoumy Rasella -

•••

"Kak Ger kenapa, sih, tiba-tiba muncul di sekolah Tammy? Emangnya Tammy minta jemput? Kok kakak main muncul gitu aja? Tammy 'kan jadi enggak bisa pulang bareng Alvaro. Tammy juga jadi ingkari janji Tammy sendiri. Kalau Tammy dosa, gimana? Kak Ger mau tanggung jawab?"

Gerald membulatkan mata ketika mendengar ocehan Tammy yang tiba-tiba memenuhi indra pendengarannya. Meskipun angin kencang berembus menerpa mereka berdua, tetapi suara Tammy barusan tetap berhasil membuat fokus Gerald pecah.

Nih bocil kenapa lagi? Batin Gerald bingung.

"Ini perlu gue sautin, enggak, sih?" monolog Gerald bimbang. Pasalnya, ia tidak tahu apakah Tammy hanya mengoceh tidak jelas atau sedang protes padanya.

"Kak Ger budek, ya?! Kok enggak jawab omongan Tammy?!" Tammy berteriak kencang di telinga Gerald hingga membuat cowok itu nyaris kehilangan keseimbangan.

"Ya Allah, Cil. Jangan teriak di kuping gue, nanti kita bisa kecelakaan!" ucap Gerald dengan nada tinggi agar Tammy dapat mendengar suaranya di tengah-tengah embusan angin kencang.

"Ya abisnya Kak Ger nyebelin! Enggak jawab omongan Tammy!" ucap Tammy bete. Sedetik kemudian, gadis itu membisu. Dari kaca spion, Gerald dapat melihat bahwa Tammy sedang badmood. Aneh. Ini pertama kalinya Gerald melihat Tammy marah-marah dan bete seperti ini karena biasanya gadis itu selalu ceria dan absurd seperti anak umur lima tahun.

Si bocil lagi kenapa, ya? Tumben banget mood-nya berantakan gitu. Batin Gerald cemas sambil terus memantau Tammy dari kaca spion.

•••

"Besok malam Rigel ngundang kita untuk party di club orang tuanya. Kalian ikut, enggak?" tanya Samantha pada kedua sahabatnya yang sedang bersantai dengan cara masing-masing. Ruby sedang duduk di meja rias Samantha sambil mencoba beberapa skincare yang baru saja Samantha beli di Perancis, sedangkan Atlanta sedang berbaring di kasur Samantha dengan jiwa yang melayang entah ke mana.

"Ikut, lah! Masa enggak? Yang kayak gini mah jangan dilewatin, nanti nyesel!" jawab Ruby excited.

"Lo gimana, Ta? Ikut juga, 'kan?" Samantha beralih pada Atlanta yang terlihat tak bersemangat di atas kasurnya. Sejak tadi, sahabatnya itu hanya berguling di atas kasur dan menatap langit-langit kamar. Raga Atlanta memang ada di sini, tetapi jiwanya seperti sedang berada berada di tempat lain.

"Enggak, deh," jawab Atlanta lesu.

"Yahhh, masa enggak? Ayolah, Ta. Kapan lagi kita party kayak gini? Lo 'kan juga baru balik dari Jerman. Masa lo enggak kangen ngumpul bareng anak SLYTHER?" ucap Samantha dengan nada memelas. Gadis berdarah campuran Indonesia-Belanda itu sedang berusaha membujuk sahabatnya agar mau ikut ke party yang Rigel adakan besok malam.

GEMMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang