Kalian disuruh komen sama Lim dan Jennie tuh.
"Saya terima nikah dan kawinnya Jennie Ruby Jane binti Jiyong Suherman dengan maskawin 5 gram emas dan seperangkat alat shalat dibayar tunai." Suara lantang terdengar dari anak lelaki muda bernama Limario, lelaki tampan dan polos dengan sejuta pesonanya.
"Bagaimana para saksi, Sah?" Tanya pak penghulu
"SAH..." teriak semua orang yang berada di sana.
Tak terasa pernikahan antara kedua manusia ini sudah terlaksanakan dengan lancar, meski terkesan buru-buru dan membahagiakan namun pernikahan diantara mereka bukanlah murni karena cinta.
Limario lelaki tampan berusia 22 tahun ini harus menerima perjodohan yang Ibunya tawarkan, semua karena ia ingin berbakti pada sang Ibu. Meski terasa berat karena gadis yang Limario nikahi hanya beberapa kali bertemu dengannya dan tanpa banyak obrolan.
Jennie Ruby Jane gadis cantik yang kini sukses menjadi seorang pemimpin di perusahaan kosmetik miliknya yang bernama Ruby Beauty. Diusianya yang menginjak kepala 3 ia sudah sangat sukses berkat kegigihan dan keulatannya dalam mengembangkan kosmetik buatannya itu.
"Mba kita mau tinggal di mana abis ini?" Limario, lelaki yang sudah Sah menjadi seorang suami itu terus saja mengikuti kemana istrinya pergi.
"Apartemenku." Jawab Jennie dengan singkat, lalu kembali melanjutkan jalannya menuju ke mobil.
Setelah pesta pernikahan selesai Jennie memutuskan untuk langsung pergi ke apartemennya. Meski Jennie menerima perjodohan ini namun ia masih belum bisa mencintai suaminya ini. Suami yang 8 tahun lebih muda darinya. Jennie sendiri merasa heran dengan pilihan sang ayah, lelaki muda itu berasal dari keluarga miskin bahkan untuk biaya kuliah saja karena Limario mendapatkan beasiswa, lalu alasan apa yang membuat ayahnya menjodohkan Jennie dengannya.
"Mba aku lapar." Ucap Lim dengan menatap Jennie yang sedang menyetir. Jennie tak menjawab sama sekali karena ia masih fokus pada kemudinya.
Tak lama Jennie menghentikan mobilnya di depan sebuah restoran mewah. Lim menganga tak percaya pasalnya selama hidup makan enak ala Lim adalah pecel lele pinggiran jalan. Maklum saja Ibunya hanya seorang janda pelayan salah satu toko sembako di dekat rumahnya.
"Mba ini pasti mahal, aku ga punya uang makan di sini. Makan pecel lele aja ya." Lim tiba-tiba menarik tangan Jennie, menghentikan langkah istrinya seketika.
"Biar aku yang bayar, kamu cukup duduk dan nikmati." Jawab Jennie lalu kembali berjalan hingga memasuki restoran mewah ini.
Lim langsung mengedarkan pandangannya saat melihat restoran ini sangat mewah, terkejut dan takjub melihat semua yang ada di hadapannya.
"Lim diam, jangan kampungan." Ucap Jennie dengan datar, gadis cantik ini seperti pampir tak memiliki ekspresi sama sekali.
Mendengar teguran dari sang istri, Lim langsung menundukan kepalanya karena takut. Ternyata Jennie sangat menakutkan meski tak marah dan memukulnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Hidup Selamanya
FanfictionJadilah temanku hidupku selamanya, hingga hanya ajal yang memisahkan. ada adegan dewasa meski ga banyak, jadi wahai adik-adik tercinta hati-hati memilih bacaan ya.