Pada kenyataan meski saling melempar kata maaf tapi menjauh adalah keputusannya.
Malam ini entah mengapa menjadi sangat sepi dan mencekam bagi Jennie. Hatinya terus merasa sesak jika teringat tentang kisah singkat dimasa lalunya. Kebahagiaan bersama Lim yang sesaat justru sangat membekas hingga bertahun-tahun. Terutama jika mengingat Lim yang sudah bertunangan.
2 hari lagi Lim akan kembali ke Korea, Lim bekerja disebuah agensi ternama di Korea sebagai seorang staff biasa, namun meski begitu Lim selalu mengirimkan banyak uang untuk anaknya.
"Ma, tadi papa telpon katanya mau mampir." Ucap Lio yang mengagetkan Jennie.
Jennie langsung melirik jam di dinding diam diam merayap. Jam 9 malam, untuk apa Lim mampir semalam ini. Pantas saja Lio tak mau tidur sejak tadi.
"Katanya papa mau kasih surat undangan buat mama." Lanjut Lio lalu duduk di pangkuan sang ibu.
Deg...
Hati Jennie merasa diremas, ia tau undangan apa yang akan Lim berikan pada Jennie. Sungguh terluka sekali rasanya. Tak lama bel rumah jennie berbunyi, Lio langsung turun dari pangkuan sang ibu dan berlari untuk membuka pintu."Papa...." Teriak Lio lalu melompat pada pelukan sang ayah.
Cup...cup...cup...
Lim langsung menciumi wajah Lio dengan gemas, sedangkan Lio tertawa geli atas ulah sang ayah."Hey mba." Sapa Lim lalu mengecup kening Jennie. Entahlah apa maksud dari lelaki itu. Berani-beraninya memberikan harapan pada Jennie.
"Hey, ada apa malam-malam Lim?" Jennie berusaha bersikap sesantai mungkin.
Lim tak langsung menjawab, Lio sedang asik menggelitik perut ayahnya itu. Mereka berdua tertawa bahagia berbeda dengan Jennie yang justru ingin menangis saja rasanya. Lelaki di hadapannya ini akan benar-benar menjadi milik orang lain dalam beberapa waktu dekat ini.
"Oia, ini surat undangan. Besok lusa kalian ikut denganku ya ke Korea. Semua sudah aku urus. Lumayan lah aku memiliki penghasilan meski tak besar. Hehe" lim memberikan sebuah undangan pada Jennie.
Jennie hanya diam, Lim mengundang Jennie dan Lio ke acara pernikahannya. Maksud Lim apa? Apakah dia ingin membalas dendam dengan seperti ini? Apakah Lim tak memikirkan perasaan Lio? Sungguh Jennie sangat muak sekali rasanya, ingin marah, ingin menangis namun tak mungkin di depan Lio.
"Pa Lio ngantuk, papa nginep kan di sini?" Tanya Lio dengan merangkul leher Lim.
Lim melirik Jennie, "coba tanya mama, boleh ga papa nginep di sini." Ucap Lim dengan tersenyum manis.
"Boleh kan ma? Aku kangen mau bobo sama papa." Pinta Lio dengan sedikit manja, berharap sang ibu akan mengizinkannya.
"Boleh sayang. Ya udah Lio tidur ya. Mama mau bicara dulu sama papa." Jennie mengelus kepala Lio lalu mengecup kepala anaknya dengan sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Hidup Selamanya
FanficJadilah temanku hidupku selamanya, hingga hanya ajal yang memisahkan. ada adegan dewasa meski ga banyak, jadi wahai adik-adik tercinta hati-hati memilih bacaan ya.