Ke Kantor Darko

4.8K 753 53
                                    

Ibunya tidak paham apa yang terjadi dengan anak bungsunya, tiba-tiba berpamitan dengannya untuk pindah apartemen bahkan alasan pun kurang masuk akal. Apa yang kurang dari rumahnya, bukankah rumah ini memiliki suasana yang dingin, hening dan juga dipenuhi pepohonan yang bisa dijadikan healing untuk anak-anaknya.

"Kamu yakin mau pindah dari sini?" Tanya papa Ryco

"Yakin Pa. Aku hanya ingin mencari suasana baru."

"Apa Aska terlalu mengganggumu?" Tanya Yesi juga

"Nggak Mbak..."

"Ya, terus kenapa? Apartemen biasa lho di sana , kamu yakin? Tinggal di apartemen sendirian, suasana di sana juga nggak terlalu strategis." Ucap mama. Nampaknya ucapan mama tidak artinya karena Ryco justru mengabaikan ucapannya.

"Mama pernah jatuh cinta?"

Mama mengangguk. "Kenapa?"

"Kalau jatuh cinta itu wajib dikejar atau menunggu dia mengejar?"

"Kalau cowok wajib kejar dong, tapi tahu batasan. Kalau dia nggak cinta jangan memaksa perasaannya. Kamu harus berhenti mengejar."

Ryco mengangguk. "Berarti aku nggak salah kalau melangkah duluan, iya kan?"

"Ah, Mbak paham... Kamu lagi suka sama cewek? Jangan coba-coba main-main sama perempuan, kamu punya kakak perempuan." Yesi mencoba mengingatkan.

"Aku tahu Mbak. Itu hanya perumpamaan saja."

"Apartemen situ kan dekat rumah Dira lho, Co."

"Oh iya, masa? Aku baru tahu..." Jawah Ryco santai.

Yesi mengangguk. "Iya. Nanti Mbak kasih tahu si Dira, kalau kalian satu ap—”

"Jangan. Hubungan antara bos dan karyawan saja sudah cukup. Aku takut nanti Dira pindah dari sana setelah tahu bosnya satu apartemen." Ryco memotong ucapan kakaknya. 

"Iya sih... Malas juga satu apartemen sama bos sendiri, kaya nggak ada privasi."

Ryco berdehem. Sejujurnya dia tidak ada niatan mengganggu privasi Dira, biar Ryco hanya ingin lebih dekat saja.

"Mama tahu Refal nggak?" Ucap Yesi pada mamanya.

"Dokter Refal itu ya, ahli bedah di rumah sakit Magaskara kan?"

Yesi mengangguk. "Kemarin nggak sengaja ketemu, aku mau kenalin dia ke Dira. Kasihan kan Dira sekalinya pacaran tapi diselingkuhi."

"Cocok lho Yes, Dira juga anaknya pintar. Coba aja, Refal juga masih sendiri kan?"

"Masih Mam. Iya, aku sudah bilang anaknya kalau ada waktu makan malam bareng."

Ryco kembali berdehem. "Mbak masih anggap aku adik kan?"

Yesi mengernyitkan dahinya. "Iyalah, kamu adik Mbak satu-satunya."

"Terus kenapa nggak ngenalin Dira sama aku?"

"Kalian kan sudah saling kenal, Dira juga belum tentu mau Mbak jodohkan sama kamu. Kamu bos dia, kebayang nggak sih kalu kalian pacaran satu kantor tuh nggak enak." Jawab Yesi santai.

Ryco terdiam. Memang ada larang bos dan karyawan saling suka, perasaan suka itu tidak bisa dicegah. Nampaknya keluarganya lebih mendukung Dira bersama orang lain. Andai mereka tahu Ryco adalah orang pertama yang mencuri ciuman milik Dira. Sebenarnya Ryco tidak bisa memastikan apakah itu first kiss Dira, anggap saja iya. Ryco sangat beruntung kan.

"Ryco balik ke apartemen dulu deh, masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan." Pamit Ryco. Ia makan malam di rumah mamanya, soal kepindahan Ryco ke apartemen sudah ia lakukan tadi pagi. Ryco menyuruh orang untuk membantu menyelesaikan semuanya. Sementara ini ia masih belum bertemu Dira.

Finally, We Meet Again (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang