"Aska kalau sampai di restoran kalau mama tanya apakah Aska nangis, jawab iya." Ucap Ryco
"Aku nggak mau bohong. Aku nggak nangis Pa."
Ryco berdecak. Keponakannya kenapa tidak mau diajak kerjasama. "Nanti Papa belikan mainan, tolong kerjasamanya Nak, demi kewarasan hidup Papamu ini." Ucap Ryco lagi dan Aska hanya mengangguk sebagai jawaban. Aska terlalu polos untuk berbohong tapi cara ini lebih masuk akal agar ia bisa bertemu Dira dan Refal di kafe.
Biasanya ia tenang bermain bulu tangkis sampai sore tapi hari ini tiba-tiba ia kalah dengan lawannya, ia selalu ingin cepat menyelesaikan pertandingan lalu pulang. Pikirannya dipenuhi Dira dan Refal, sedang apa mereka, sudah berkenalan, bagaimana cara mereka berkenalan. Ryco nyaris gila hanya karena memikirkan ini.
"Janji ya, Papa? Kalau bohong aku bakal bilang sama Mama."
Ryco mengacak rambut Aska gemas. Pria kecil di sampingnya sudah berani mengancam. Ia langsung mengiakan ucapan Aska. Jalanan cukup ramai karena hari ini weekend dan sebagian memilih berada di luar. Ia memarkirkan mobilnya lalu turun sembari menggendong Aska.
"Mama...!!" Panggil Aska. Aska meminta Ryco untuk menurunkan dirinya. Ia segera berlari ke arah mamanya.
"Tante Didii..." Aska menyapa Dira dan dibalas oleh perempuan itu.
Sedangkan Ryco masih memperhatikan dari kejauhan, ia berjalan mendekati mereka. Ia mulai menyapa mereka.
"Pak Ryco?"
"Kenapa? Kok kaget Dir?" Tanya Ryco. Ia mulai kursi lalu duduk di samping Dira.
"Kok Bapak di sini?"
"Kamu lupa kalau Yesi kakak saya, Aska anaknya?"
Dira menggeleng. Harusnya ia sadar tentang hal itu tapi kedatangan Ryco cukup mengejutkan.
"Kamu mengenali Ryco juga?" Tanya Refal
"Iya Mas, Pak Ryco bos saya."
Refal mengangguk-angguk. Ia cukup terkejut dengan kedatang Ryco hari ini tapi ia tak lupa menyapa pria di depannya. "Lama tidak bertemu, terlihat semakin sukses."
"Anda juga. Senang bertemu kembali..." Ryco membalas uluran tangan Refal. Ia tahu sosok Refal dan pernah bertemu saat pesta pernikahan kakak laki-laki Refal. Ryco menemani mamanya.
"Jangan lupa jaga kesehatan." Refal mencoba mencairkan suasana.
"Ya, sebagai seorang bisnis hal paling rentan adalah sakit."
Dira hanya diam memperhatikan interaksi keduanya. Ini pertama kalinya Dira bertemu dengan pria yang bisa menghangatkan suasana, ia merasa Refal mudah berinteraksi dengan orang luar.
"Aska kenapa nangis?" Tanya Dira. Ia beralih mengajak Aska bercengkrama.
"Aku nyariin Mama."
Dira mengusap kepala Aska. "Kangen Mama ya?"
Aska mengangguk. "Soalnya Mama lama banget perginya."
Dira terkekeh. Sedangkan Ryco merasa bangga dengan Aska dan ia akan menyiapkan hadiah untuk keponakan tercintanya, Aska menjalankan misinya dengan baik.
"Lagian Mbak juga kenapa nggak ajak Aska sih."
"Dia kan biasa ditinggal Co." Jawab Yesi
Dira tanpa sadar tersenyum melihat interaksi Yesi dan Ryco ternyata terlihat seperti seorang adik, berbeda ketika berada di kantor.
"Dir?" Panggil Refal
"Ya, Mas?"
"Kok nggak dimakan? Nggak suka ya, sama rasa ikan ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Finally, We Meet Again (END)
ChickLitDiralova pikir bekerja di butik Yesi adalah awal dari mimpinya tapi semua itu harus ia relakan karena butik terpaksa tutup setelah merasa penjualan selalu menurun setiap harinya, berbagai cara sudah mereka lakukan termasuk membenahi marketing mereka...