Nggak usah sedih. Pakai saja dulu. Aku yakin kamu butuh. Aku mendengar dari satpam apartemen, keterlaluan banget. Ngasih kasih sayang aja nggak, ini tega-teganya morotin anaknya. Nggak punya otak! Sorry emosi Sist.
Dira menghela napas panjang setelah membaca pesan dari sahabatnya. Jemarinya mulai bergerak membalas pesan dari Nana.
Na, kamu baru bekerja. Aku nggak berhak nerima ini.
Nana is calling...
Hanya hitungan menit Nana langsung menelepon Dira.
"Ngomong apa sih? Pakai aja dulu, aku tahu kamu butuh. Kemarin aku tanya Ibu katanya kamu minta waktu buat bayar uang sewa." Jelas Nana. Ibu yang mereka maksud adalah pemilik apartemen. Nana memang sempat tinggal bersama sembari mencari pekerjaan, ia juga membantu Dira membayar uang sewa.
"Kamu kenapa baik banget sama aku?"
"Karena kamu baik sama orang. Hukum timbal balik, aku sibuk dulu ya, see you..."
"See you..." Jawab Dira. Ia kembali memandangi ponselnya ada perasaan ragu, tapi jauh di dalam hatinya uang ini sangat membantu. Dira menghela napas sebentar. Ia akan memakai uang ini untuk membayar Ryco.
Jumlahnya tiga juta dan Ryco meminjamkan uangnya 2 juta, Dira melihat jam di pergelangan tangan. Menjelang istirahat sepertinya ini waktu yang tepat menemui Ryco. Dira memencet bel setelah sampai di ruangan Ryco, nampaknya pria itu sedang santai terlihat sedang bermain ponsel. Dira mulai membuka pintu setelah mendapat kode lambaian tangan Ryco untuk segera masuk.
"Ada apa Dir?"
"Bapak sibuk?" Dira tanya juga.
"Nggak. Sudah beres kok, ada hal penting yang ingin kamu sampaikan?" Semenjak kejadian waktu itu hubungan mereka biasa-biasa saja, hanya saja Dira sering mengatakan maaf, terima kasih berulang kali.
"Saya boleh minta nomor rekening Bapak?"
Ryco mengernyitkan dahinya. "Buat apa?"
"Saya mau balikin uang yang kemarin. Kebetulan saya sudah ada." Jawab Dira
"Santai aja kali Dir, ada gaji kamu juga. Tinggal dipotong." Sahut Ryco
"Jangan Pak..." Bukan Dira tidak mau tapi kalau gajinya dipotong maka tidak ada sisa untuk membayar sewa apartemen. Soal uang yang dikasih Nana ia bisa mengganti pelan-pelan.
"Lho, kenapa?"
"Pokoknya jangan. Mana rekening Bapak?" Tanya Dira lagi.
"Kamu cari tahu sendiri. Saya nggak hafal." Jawab Ryco santai. Sebenarnya ia ingin sekali mengatakan Dira tidak perlu mengganti uanganya. Tapi tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya.
Dira terkejut. "Pak... Ayo dong, saya mau makan siang."
"Ayo ke mana? Kamu ngajak saya makan siang?"
"Rekening!" Kesal Dira
"Kamu cari tahu sendiri."
"Kok Bapak gitu sih, saya mau bayar hutang Pak?!" Dira menghela napas. Padahal tinggal memberi nomor rekening kenapa banyak sekali alasannya.
"Iya, kamu tahu cari sendiri. Mandiri dong Dira..."
"Saya kalau ngomong bisa nyakitin orang Pak, jadi kasih saya rekening sekarang juga ata—”
"Atau apa? Ngatain saya lagi?" Ryco menyela ucapan Dira.
Dira berdecak kesal." Oke, saya cari sendiri. Makasih." Dira berbalik meninggalkan Ryco.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finally, We Meet Again (END)
ChickLitDiralova pikir bekerja di butik Yesi adalah awal dari mimpinya tapi semua itu harus ia relakan karena butik terpaksa tutup setelah merasa penjualan selalu menurun setiap harinya, berbagai cara sudah mereka lakukan termasuk membenahi marketing mereka...